***
"Aku akan pergi berenang hari ini," pamit Lisa kepada suaminya di Senin pagi ini, sebelum Jihoon pergi kerja. Gadis itu memang benar-benar pergi berenang. Ia pergi ke hotel tempatnya biasa berenang, masuk ke kolam dan berenang beberapa putaran seperti bagaimana semestinya. Sampai matanya menangkap sosok pengacara yang melangkah mendekat, melewatinya dan terus berjalan sampai ke ruang ganti.
Ada pintu darurat di dekat ruang ganti pria dan lewat pintu itulah mereka biasa bertemu. Selepas mengganti pakaiannya, Lisa mengambil jalan yang sama dengan Jiyong. Masuk melewati pintu darurat yang jarang diperhatikan, melewati deretan tangganya sampai ia tiba di depan sebuah suite room, mengetuk pintunya kemudian melangkah masuk setelah dipersilahkan.
Kwon Jiyong tentu sudah ada di dalam sana, berdiri sembari melepaskan jasnya, menyampaikan benda itu ke sofa kemudian meraih sebuket bunga yang sudah ada di atas meja ruang tamu. Kamar hotelnya luas, seperti bagaimana suite room pada umumnya. Ada dapur bersih minimalis, meja makan, ruang tamu, sebuah kamar dengan ranjang king size premium, balkon sampai ruang ganti dan kamar mandi mewah dengan whirlpool bathtub.
"Kau sudah datang? Aku merindukanmu," sapa Jiyong, yang saat itu juga meletakkan handphone-nya ke sofa kemudian menghampiri Lisa dan memeluknya. "Kau cantik sekali hari ini, meski biasanya pun begitu," susulnya, memuji wanita simpanannya yang hari ini datang dengan kalung pemberiannya. Ia ulurkan tangan kirinya untuk memeluk Lisa, sementara tangan kanannya bergerak ke leher gadis itu, menyentuh liontin dari kalung yang ia berikan beberapa hari lalu.
"Kita sudah bertemu kemarin, kemarin lusa juga," balas Lisa. "Tapi aku belum berterimakasih secara langsung. Terimakasih untuk hadiahnya, aku suka sekali... Tapi jangan mengirim hadiah di akhir pekan, aku jadi gugup, sangat gugup," katanya yang juga balas memeluk pria di depannya itu, mengalungkan tangannya ke leher si pengacara. "Rasanya jantungku akan meledak saking gugupnya! Memang bentuknya seperti paket biasa, dan Jihoon oppa tidak curiga, tapi tetap saja... Kakiku lemas saat menerimanya," ia bercerita, mengundang senyum Jiyong yang kemudian tidak bisa menahan dirinya untuk tidak memberikan sebuah kecupan ringan ke bibir lawan bicaranya.
"Rasa gugupnya tidak membuatmu bersemangat?" goda Jiyong, yang kini mengusap pipi Lisa, lantas merangkul pinggangnya untuk mengajaknya duduk di sofa. "Sebenarnya aku sengaja mengirimimu hadiah saat ada Jihoon kemarin," katanya berterus-terang. "Aku sedikit kesal, cemburu? Karena melihat kalian bermesraan sepanjang hari. Kau tidak lelah? Bermain dengannya sepanjang akhir pekan?"
Pertanyaannya menjebak— nilai Lisa. Apapun jawabannya, kata-katanya tidak akan memuaskan Jiyong. Tidak akan membuat pria itu berhenti membicarakan suaminya dan meski terdengar bodoh, pembicaraan itu jelas membuat Lisa akan merasa bersalah, pada Jihoon yang ia khianati.
"Maaf," Jiyong lebih dulu berucap, sebab lawan bicaranya tidak kelihatan menikmati pembicaraan itu. "Aku melewati batas, ya? Maaf sayang," katanya.
Suasana jadi muram dan cepat-cepat Jiyong membalikkan keadaan. Diajaknya Lisa masuk ke kamar utama, dari belakang di peluknya gadis itu, membuatnya harus mematung diam dalam keterkejutan. Jiyong memberi Lisa sebuah hadiah— lagi. Kali ini sebuah buket bunga dalam keranjang, namun bukan hanya bunga yang ada di sana. Di tengah bunga-bunga itu, Jiyong menaruh sebuah maket. Rumah-rumahan kecil di dalam sebuah kotak kaca. Satu per empat bagian dari ranjang itu penuh dengan bunga dan maketnya.
"Apa itu?" Lisa bertanya, setelah tersadar dari rasa kagetnya.
"Cintaku?" bual Jiyong. Lengannya bergerak, membalik tubuh gadis dalam pelukannya, membuat Lisa menatapnya.
Rasa bingung tergambar sangat jelas. Tidak pernah Lisa terima sebuah karangan bunga besar dengan maket di tengah-tengahnya. Menyadari keheranan di wajah lawan bicaranya, Jiyong terkekeh. Ia usap wajah cantik gadis di depannya itu, "wajah bingungmu, cantik sekali, sayang," katanya kemudian.

KAMU SEDANG MEMBACA
Modern Fox
FanfictionAku mendengar rumor tentang serigala, katanya mereka masih liar. Aku punya gigi yang tajam seperti mereka, tapi aku tidak ingat cara memakainya, aku tidak ingat caranya menggonggong. Now, i feel like a modern fox. I lost my love, but i feel nothing...