🌞🌞🌞"ANGGIA!!"
Teriakan melengking yang sudah Anggi ketahui siapa pemilik suaranya pun segera menoleh.
Dengan berlari kecil, Melvi tersenyum menghampirinya. Manusia cantik, aneh, lemot, sekaligus sahabatnya.
Anggi merasa nafasnya tercekat saat Melvi memeluknya sangat erat. "Gue kangen lo!"
Anggi mengundurkan pelan tubuh Melvi dari tubuhnya. Ia merasa lega karena nafasnya kembali dengan normal. "Meluk si, meluk. Tapi gak nyekik juga njing." Kesal Anggi mengeluarkan kata mutiara andalannya.
Melvi cemberut sebentar, lalu menatap Anggia lagi dan memeluknya dengan erat lagi. "Bodo, yang penting gue kangen lo!"
"Astagfirullah, Melvi lo mau bikin gue mati?" Tanya Anggi di sela sela nafas yang sesak akibat ulah sahabatnya.
Melvi segera melepaskan pelukan itu, ia menyengir memperlihatkan deretan gigi rapihnya seraya menggeleng pelan. "Ya, kan. Gue kangen lo, Nggi." Cicitnya seraya memilin jemarinya.
Anggi terkekeh geli, "Wajar si, orang gue ngangenin." Anggi tertawa begitu mendapat cubitan di tangannya.
"Lo kemana aja si? seminggu gak ada kabar. Bahkan gak sekolah, WhatsApp juga gak aktif." Tanya Melvi dengan nada sebalnya.
Anggi tersenyum aneh. Bisa-bisanya ia melupakan teman satunya ini. Anggi sengaja mengnon-aktifkan WhatsApp nya seminggu sebelum pernikahannya berlangsung. Anggi terlalu larut dalam kesedihan harus menerima perjodohan itu, jadi ia malas membuka ponsel.
"Ah, itu," Anggi memutar otaknya untuk membuat alasan yang masuk akal agar sahabatnya tidak curiga.
"Hp gue disita sama bunda selama seminggu." Jelas Anggi tertawa garing, membuat Melvi mendengkus males.
"Terus, gak sekolah seminggu itu apa maksud? Kan bisa lo ke sekolah tanpa hp." Selidik Melvi yang tak cukup dengan satu penjelasan.
"Oh itu... gue kemarin ke jogja, Omah gue sakit." Ucap Anggi seraya meminta maaf dalam hatinya pada Omah yang sebenarnya sehat walafiat di jogja.
Terlalu fokus bertanya-tanya, Melvi melupakan satu hal dari Anggi sahabatnya. Manik Melvi tiba-tiba menyusuri ujung kepala hingga ujung kaki Anggi.
Melvi terdiam sebentar, ia masih bingung dengan penampilan Anggi yang berubah 360 derajat celcius!
Anggi mendengus kesal. Benar dugaannya, reaksi temannya akan seperti ini. Adzam benar-benar membuatnya sangat kesal. Anggi tahu jilbab itu kewajiban bagi seorang perempuan umat muslim, tapi Anggi belum sepenuhnya siap berpenampilan seperti ini.
Tawa Melvi berderai. "Masya Allah, anak Bunda Winda yang tadinya solehot ngilang seminggu jadi solehah." Kedua mata Melvi membinar.
Anggi memutar bola mata, malas mendengar ucapan asal dari sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loving mas Adzam (On going)
Teen Fiction"Saya terima nikah dan kawinnya, Anggia Humaira Adipta binti Pandu Adipta almarhum, dengan maskawin tersebut di bayar tunai." Tak pernah terbayang di benak Anggia seorang fangirl, akhlak minus, di cap sebagai anak nakal. Harus menikah dengan seoran...