LMA 34

1.2K 54 0
                                    

Happy reading 📖

🌞🌞🌞

Anggi berjalan dengan tertatih, dan Adzam membantunya. Keduanya masuk ke dalam rumah, dan Adzam menuntun Anggi untuk duduk di sofa ruang keluarga.

"Tunggu disini."

Melihat kepergian Adzam, Anggi menghela napas. "Mau kemana coba?" Gumam Anggi bertanya.

Tidak lama, Adzam kembali dengan membawa kotak P3K. Ia duduk di sebelah Anggi dan membuka kotak tersebut, mencari minyak pijat.

Setelah menemukannya, Adzam menaruh kaki Anggi di pangkuannya lalu membuka kaos kaki yang Anggi kenakan. Ia mulai menuangkan minyak tersebut di pergelangan kaki Anggi dan memijatnya.

"Aw! Pelan-pelan dong, ini sakit tau!" Anggi memukul lengan Adzam.

"Tahan, ay."

"Ay?"

"Ayang." Jawab Adzam, kembali memijat kaki Anggi. Kali ini lebih lembut dan tidak menimbulkan rasa sakit.

Anggi terkekeh geli, "Alay." Cibirnya sembari menatap wajah Adzam yang terlihat sangat serius.

Dengusan kesal di perlihatkan Adzam, "Alay sama istri nggak papa kali."

"Iya deh iya."

"Mau dengerin cerita nggak?" Tanya Adzam

"Cerita apa?" Anggi tidak menjawab justru bertanya balik dengan kedua mata yang sudah membinar.

"Cerita Sayyidah Aisyah yang cemburu sama Rasulullah, kayak istri saya yang cemburuan."

Anggi mendengkus kesal, "Wajar lah kalau aku cemburu, harusnya kamu seneng. Berarti aku masih peduli sama kamu, sayang sama kamu."

Adzam yang tengah memijat memberhentikan pijatnya, ia menatap Anggi dengan mengulum senyumnya, hal yang membuat kening Anggi mengkerut. "Ngapain liat-liat?!" Sinis Anggi keki.

"Jangan marah-marah mulu loh, nanti anaknya juga ikut cerewet kayak umma nya."

"Ish! Aku nggak cerewet ya!" Desis Anggi keki.

"Iya, deh. Mau denger cerita nya nggak ni?"

"Mau, tapi sambil tiduran di paha kamu. Boleh?"

Adzam mengangguk, menepuk-nepuk pahanya lalu menaruh minyak pijit itu di atas meja. Anggi pun mulai merubah posisinya yang tadinya duduk kini merebahkan tubuhnya di atas sofa dengan paha Adzam sebagai sandarannya.

"Pada saat itu, Sayyidah Aisyah pernah cemburu sama Rasulullah Saw. Jadi Rasulullah mempunyai 13 istri–"

"13?!" Kedua bola mata Anggi membulat sempurna.

Adzam terkikik geli seraya mengangguk. "Saya kan udah bilang, istri Nabi Muhammad lebih dari 4."

"Ya kan, aku pikir nggak ampe 13 mas."

"Aku lanjut ya ceritanya." Ucap Adzam mendapat anggukan dari Anggi.

Sambil mengusap pucuk kepala istrinya, Adzam memulai kembali bercerita. "Yang mana setiap istri memiliki kemampuannya masing-masing, Salah satunya Ummu Salamah yang pinter masak. Namun Sayyidah Aisyah yang masih sangat belia, dirinya sedang semangat-semangatnya belajar masak, ketika itu Sayyidah Aisyah masih berumur 14 tahun."

"Sayyidah Aisyah menyiapkan beberapa roti dan kuah di hadapan Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. Ketika sedang masak, ada yang mengetuk pintu rumah Rasulullah. Assalamualaikum ya Rasulullah Ternyata itu jariyah, hamba sahaya, Perempuan yang membawa lauk."

Loving mas Adzam (On going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang