🌞🌞🌞Anggi keluar dari mobil yang sudah terparkir di halaman rumahnya, terlalu lelah ia ingin cepat-cepat sampai kamar untuk merebahkan dirinya.
Langkahnya terhenti saat melihat suasana rumah barunya, Anggi lupa bahwa sekarang ia menyandang sebagai istri, hampir saja ia melupakan kewajibannya lagi.
"Mau mandi pake air anget, atau dingin?" Tanya Anggi pada laki-laki yang sedang menaruh sepatunya di rak dekat dapur.
Adzam berjalan menghampiri Anggi yang tak jauh dari jarak rak sepatu, "Air anget aja," Ucapnya sambil mengacak kepala yang terlapisi hijab itu.
Perlakuan Adzam membuat Anggi membeku di tempat, tatapannya tak pernah lepas dari laki-laki yang berjalan duluan menuju kamar. Ia tidak mengerti dengan perasaannya sekarang. Mangapa jantungnya selalu berdetak kencang setiap kali mendapat perlakuan tak terduga dari suaminya, mengapa laki-laki yang mempunyai manik ber-iris coklat itu semakin membuat Anggi tidak mengerti apa yang dirasakan hatinya.
Memilih untuk membuang pikiran anehnya jauh-jauh, Anggi segera melangkah menuju lantai 2 untuk menyiapkan air hangatnya dikamar mandi sana.
Anggi membuka pintu lebar kamarnya. Kedua matanya membola sempurna dan mulutnya ikut melebar membentuk huruf O, sadar akan tatapannya itu segera Anggi menutup kedua matanya dengan kedua telapak tangan.
Tak bisa di pungkiri lagi, bahwa jantung Anggi benar-benar berpacu dengan kencang. Tidak sengaja gadis itu melihat perawakan Adzam tanpa di tutupi sehelai kain, menampakkan tubuh yang sangat ideal dan kotak-kotak di perutnya.
Adzam tertawa kecil seraya menghampiri gadis yang masih setia berdiri di ambang pintu. "Kalau mau liat, liat aja." Ucapnya melihat sela-sela jari itu terbuka, walaupun hanya sedikit tapi tetap saja tembus pandang dan bisa terlihat dengan jelas bagaimana tubuh itu tanpa terbalut kain.
"Apasih, gue gak liat." Sergah Anggi masih setia menutupi wajahnya.
Adzam membungkukkan sedikit tubuhnya seraya mencebik remeh, tangannya terulur menarik kedua tangan Anggi yang menutupi wajah cantiknya. "Nggak papa, kita kan udah mahram."
Merasa tangannya tertarik, mengambil antisipasi untuk tidak melihat Anggi memejamkan matanya yang berhasil membuat tawa renyah Adzam berderai. "Pake bajunya." Titah Anggi masih enggan membuka mata.
Adzam menggendikan bahunya acuh. "Gak mau, orang saya mau mandi."
Ucapan yang membuat Anggi berdengkus, "Kan bisa buka nya di kamar mandi."
"Gak mau. Saya juga gak tau kamu bakal kesini, suruh siapa juga kesini." Tutur Adzam membuat Anggi kalah bicara.
Adzam menarik tangan Anggi sehingga tubuh mungil itu menabrak dada bidang miliknya. Anggi tersentak membuka pelan matanya, ia bisa merasakan harum maskulin dari suaminya dan rasa hangat dari kulit putih itu. Jantung Anggi berdetak lebih kencang, rona merah tidak bisa ia tutupi sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loving mas Adzam (On going)
Teen Fiction"Saya terima nikah dan kawinnya, Anggia Humaira Adipta binti Pandu Adipta almarhum, dengan maskawin tersebut di bayar tunai." Tak pernah terbayang di benak Anggia seorang fangirl, akhlak minus, di cap sebagai anak nakal. Harus menikah dengan seoran...