LMA 48

858 62 22
                                    

Happy reading 📖

🌞🌞🌞

"ANGGI!"

Garta berlari mendekati gadis yang sudah memejamkan mata serta bersimbah darah. Garta mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Sabrina yang katanya akan pergi ke toilet ndalem, namun gadis itu tidak menampakkan wujudnya.

"SABRINA LO DIMANA?!" Teriak Garta membuat Sabrina terperangah dibelakang tembok lantai 2.

Sabrina mendiamkan Anggi beberapa saat, ia ingin membuat Anggi meninggal di tempat jadi tak kunjung turun untuk pergi membantu. Namun, mendengar suara Garta dengan nada tinggi membuatnya kaget dan segera berlari menuju lantai satu.

"Yaampun Ta, Anggi kenapa?" Sabrina berjongkok, ia menepuk-nepuk pipi Anggi dengan raut wajah cemasnya.

"Nggak usah munafik lo." Tekan Garta, wajahnya memerah padam. Ia tidak ingin tersulut emosi dan segera membopong tubuh Anggi tidak peduli dirinya akan terkena noda darah.

"TOLONG!!

"PANGGIL AMBULANCE, GUE MOHON TOLONG!!!"

Garta berteriak meminta tolong beharap semua orang berada di ruang Aula mendengarnya.

"SABRINA LO NGAPAIN DIEM AJA? PANGGIL ORANG YANG LAGI DI AULA!"

Sabrina pun mengangguk dan berlari menuju ruang aula.

"Anggi, bertahan aku mohon."

Setelah mendapat kabar dari Sabrina semua orang yang di Aula berlarian menuju keberadaan Garta. Termasuk Ummi Arum, Abi Zikri, Husna, Melvi, Naira dan Zayyan.

Mereka semua terkejut bukan main melihat Anggi di gendongan Garta dengan mata yang terpejam dan gamis putihnya terdapat banyak noda darah.

"ANGGI!!!" Tangisan Ummi Arum pecah.

"Innalilahi."

•••

Beberapa suster dengan tergopoh-gopoh mendorong sebuah brankar yang diatasnya terbaring seorang perempuan hamil dengan banyak noda darah di gamis putihnya.

Di belakangnya, beberapa orang yang merupakan keluarga dari suami Anggi mengikuti dengan rasa cemas, khawatir bahkan rasa sedih.

"Anggi.." Lirih Ummi Arum yang teramat khawatir pada menantunya itu. Husna yang disamping Ummi Arum pun merasakan hal yang sama.

Para perawat serta Dokter tadi langsung membawa Anggi masuk ke dalam ruang bersalin tanpa memperbolehkan siapapun untuk masuk ke dalam selain perawat. Bahkan Ummi Arum sampai bersimpuh memohon agar diizinkan masuk menemani menantunya, tapi mereka benar-benar tidak memperbolehkannya. Karena mereka masih harus mengecek kondisi Anggi terlebih dahulu sebelum memutuskan apa yang mereka lakukan pada pendarahan Anggi.

Dengan rasa cemas yang berlebih, mereka yang berada di luar seperti Ummi Arum, Abi Zikri, Zayyan, Naira, Melvi, Husna, bahkan keluarga Anggi dari Jogja pun baru saja datang mereka Vita, Maya dan Ridwan.

Zayyan mengedarkan pandangannya tidak melihat keberadaan Garta dan Sabrina, ia pun tanpa pamit mencari kebaradaan dua manusia itu.

Husna duduk dan memeluk dari samping Ummi Arum yang terus menangis tanpa suara. Sementara Abi Zikri sama sekali tidak bisa tenang, pria paruh baya itu sedari tadi bermondar-mandir di depan pintu ruang bersalin dengan perasaan yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.

Loving mas Adzam (On going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang