LMA 36

1K 61 0
                                    

Happy reading 📖

🌞🌞🌞

"Assalamualaikum anak Umma. Nak, sehat sehat diperut Umma ya sayang." Anggi mengusap perutnya dengan senyuman yang tidak pernah memudar.

"Umma udah nggak sabar liat kamu, liat wajah kamu, usap rambut kamu, cium pipi kamu. Umma janji, setelah kamu lahir Umma akan menjadi ibu yang terbaik untuk kamu. Garda terdepan untuk kamu." Sambungnya tertawa kecil.

Setelah mengobrol-ngobrol sebentar dengan janin yang di kandungnya, Anggi mengambil buku kisah nabi diatas nakas, ia hendak membaca buku tersebut. Namun ketika membuka lembar halaman, bel rumah berbunyi. Anggi yang akan membaca buku kisah nabinya segera menaruh kembali buku tersebut ditempatnya dan beranjak pergi untuk membuka pintu, karena Adzam sedang mandi mau tak mau ia harus turun ke bawah.

Saat pintu terbuka, Anggi beserta ketiga laki-laki dihadapannya sama-sama bingung.

"Maaf, cari siapa ya?" Tanya Anggi sopan.

"Gus Adzam nya ada?"

Anggi terkejut, pasalnya ia tidak pernah melihat ketiga laki-laki di hadapannya bahkan Adzam tidak pernah memperkenalkan mereka kepadanya. "Gus Adzam?" Ah, ada kok. Silahkan masuk dulu." Ucap Anggi mempersilahkan ketiga laki-laki itu untuk masuk ke dalam rumah.

Mereka masuk, Anggi kembali menutup pintu. ketiga laki-laki berpakaian rapih itu terlihat sangat canggung. Mungkin karena hanya ada Anggi saja perempuan disini.

Anggi tersenyum kikuk. "Silahkan duduk, saya panggil dulu mas Adzam." Gadis yang masih mengenakan mukena itu mempersilahkan mereka duduk. Dan ketiga laki-laki tersebut mengangguk sebagai jawaban sementara Anggi berlalu menuju kamar.

"Ngapunten Gus, Apa iku bojone Gus Adzam? Tanya salah satu laki-laki yang beranama Bilal pada Gus Zayyan disampingnya.

Gus Zayyan mengangguk sebagai jawaban, "Ya iku bojone Gus Adzam"

"Woah ayu sangat, ndelok isih anem, Gus adzam sangat unggul milih bojo." Celetuk Farid yang membuat kedua laki-laki tersebut menoleh cepat menatap Farid dengan tatapan aneh. Hal yang membuat Farid tersenyum miring seraya menaikkan-naikkan sebelah alisnya.

"Opo sampeyan pengin duwe bojo kaya bojone Gus Adzam? Tanya Bilal dengan senyuman geli.

"Yo pingin lah. Sopo sing ra pingin nduwe bojo ayu koyo ngono." Jawab Farid seraya mengangguk mantap.

"Ayu bae ra pas, akhlak nomor siji." Ungkap Gus Zayyan

"Noh rungokna pangandikane Gus Zayyan, sampeyan ini gimana sih." Seru Bilal

"Iyo-iyo." Pasrah Farid.

•••

Anggi mengetuk pintu kamar mandi yang di dalamnya ada Adzam sedang mandi.

"Mas, ada tamu yang mau ketemu sama kamu."

"Jangan lama ya mandinya, mereka nunggu kamu."

Setelah mengucapkan itu, Anggi berjalan menuju dapur untuk membuat minuman dan menyiapkan camilan. Tidak mungkin juga ia membiarkan tamu datang ke rumahnya tanpa di suguhi apapun.

"Sayang.."

Anggi menoleh, mendapati Adzam yang tengah menyugar rambutnya. Laki-laki itu hanya mengenakan kaos putih polos dan celana santai.

Loving mas Adzam (On going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang