Happy reading 📖
🌞🌞🌞
Disinilah mereka berada, ditempat pemakaman putrinya. Anggi mengusap nisan bertuliskan Aisha binti Adzam dengan kedua mata yang sudah berkaca-kaca, berusaha menahan air yang membendung untuk tidak jatuh dari pelupuk matanya.
"Aish, gimana di sana?" Tanya Anggi, bibirnya mulai bergetar dan menahan isak tangisnya. Anggi masih belum bisa terlihat baik-baik saja, hatinya tidak sekuat Adzam, hatinya masih merasakan sakit yang begitu mendalam.
"Kamu bahagia, nak?" Sambungnya seraya menyeka air mata yang mulai jatuhan.
"Aduh Aish, maafin Umma. Umma nangis terus, padahal Umma ngga mau nangis." Ucap Anggi terkekeh sendiri.
"Sayang, Umma bawa sesuatu buat kamu. Kamu mau liat?" Anggi membuka resleting tasnya, mengeluarkan gaun lucu dan juga satu kotak kecil berwarna merah. "Liat deh, nenek beliin kamu gaun ini. Lucu kan? Umma juga bawa kalung, ada inisial kamu, Umma dan Abba. Aish suka kan?"
"Mas lucu kan?" Anggi beralih pada suaminya di samping.
Adzam tersenyum simpul lalu mengangguk seraya mengusap lembut puncak kepala istrinya.
Setelah berbincang-bincang cukup lama mereka berdoa untuk mendiang putrinya, lalu menaburkan bunga. Anggi menghela napas pelan, walaupun berbincang cukup lama rasanya tidak membosankan meski Anggi tau, anaknya itu tidak akan menjawab setiap ucapan dan pertanyaan yang ia lontarkan.
Anggi mengecup nisan Aisha sebelum beranjak pergi. Adzam tidak melepaskan rangkulan pada istrinya, Adzam terus merangkul sampai mereka sampai di tempat parkiran. "Anggi mau jalan-jalan ngga?"
Anggi menoleh ketika pertanyaan tersebut terlontar dari bibir suaminya. "Kemana?
"Kamu mau nya kemana?" Tanya Adzam balik.
Anggi berpikir sejenak kemudian menggeleng, membuat dahi Adzam mengkerut. "Ngga usah deh mas, kita di rumah aja. Kerjaan kamu juga pasti banyak."
Adzam menggeleng. "Aku udah ada waktu luang, Nggi. Mending kita jalan-jalan, itung-itung liburan supaya ngga terus bersedih." Tutur Adzam, "Gimana kalau kita ke Bali?"
Kedua mata Anggi melotot. "Apa ngga kejauhan?"
"Terus mau kemana, Bandung? Jogja? Malang?"
"Korea."
Adzam mengatupkan mulutnya. Bali saja sudah ia sebut kejauhan apalagi Korea, lagi pula opsi Korea tidak ada dipilihan Adzam. Anggi tertawa melihat wajah sebal suaminya, "Bercanda mas."
"Kemana aja, Aku ngikut."
"Oke! Kita ke jogja habis itu ke Bali." Putus Adzam semangat.
"Gempor dah gue."
•••
Adzam dan Anggi berjalan di tengah lapangan pesantren. Tentu hal tersebut menjadi sorotan para santri dan santriwati, karena melihat Anggi menggandeng gus mereka, pasangan suami istri tersebut sangat romantis. Dan tentunya, ada yang patah hati karena hal itu.
Anggi dan Adzam terkejut ketika seorang anak laki-laki terjatuh tidak jauh dari mereka. Adzam segera berlari dan membantu Abian bangun, kemudian ia berjongkok menyamakan tingginya dengan Abian. "Bian, ngga papa?" Tanya Adzam memastikan jika putra dari Naira itu baik-baik saja.
Abian mengangguk, ia menunjuk ke arah saku di kameja yang dikenakan Adzam. Di saku tersebut terdapat permen lolipop yang ia sengaja beli untuk istrinya. Tetapi melihat Abian terus menunjuk lolipop-nya, Adzam pun memberi permen lolipop tersebut pada Abian. Sebelum memberi Adzam melirik pada Anggi yang masih setia berdiri dibelakang, mendapat anggukan dari gadis tersebut Abian pun menerima lolipop itu dengan senang hati. "Jangan lari-larian lagi ya." Peringat Adzam mengusap puncak kepala Abian yang berambut tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loving mas Adzam (On going)
Teen Fiction"Saya terima nikah dan kawinnya, Anggia Humaira Adipta binti Pandu Adipta almarhum, dengan maskawin tersebut di bayar tunai." Tak pernah terbayang di benak Anggia seorang fangirl, akhlak minus, di cap sebagai anak nakal. Harus menikah dengan seoran...