LMA 17

1.4K 68 2
                                    

Happy reading 📖

🌞🌞🌞

"Assalamualaikum," Naira mengucap salam begitu kakinya melangkah masuk ke dalam perpustakaan.

"Waalaikumsalam," Adzam yang tengah muraja'ah pun menjawab salam dari Naira.

Laki-laki itu mendongak sekilas untuk melihat siapa yang datang lalu menunduk kembali dengan helaan nafas panjang.

"Jam ngajar saya sudah habis." Cetus Adzam dingin

"Saya kesini bukan mau tanya tentang pelajaran ko, Gus." Sahut Anggi

"Tapi saya mau kasih ini untuk Gus Adzam, siomay bandung kesukaannya gus." Lanjutnya sambil meletakkan kresek hitam berisi siomay yang ia bawa ke atas meja tepat di depan Adzam.

Adzam melirik sekilas kresek hitam didepannya lalu menghela nafas jengah, "Saya sudah bilang berapa kali jangan ngasih makanan untuk saya, masa kamu masi tidak paham, Naira?" Tanya Adzam lelah

Naira tersenyum tipis "Saya paham. Tapi bukannya cinta harus diperjuangin, ya? Dan gak boleh nyerah. Jadi saya bakal terus berusaha, Gus."

Adzam berdiri dengan rahang yang mulai mengeras, "Berjuang apa?"

"Berjuang agar Gus Adzam bisa mencintai saya kembali."

"Kamu sudah terlalu banyak mengungkapkan perasaan terhadap saya, Naira. Dan saya, sudah beberapa kali menolak perasaan kamu, saya gak bisa balas perasaan kamu." Sungguh ia tidak bisa menahan lagi gejolak emosi pada dirinya. Seharusnya Naira sadar dan berhenti mengejar saat mendapat penolakan, Tapi Adzam salah besar. Justru gadis itu semakin gencar mendekatinya.

"Emang saya salah menaruh perasan lebih terhadap Gus?"

"Jelas salah!" Jawab Adzam nyaris berteriak

Adzam mengusap kasar wajahnya yang sudah memerah padam seraya nengucap istighfar.

Ia mengedarkan pandangannya. Disini sepi, tidak baik jika ia terlihat tengah berduaan ditempat sepi ini. "Keluar." Usir Adzam dingin

Tak mendapati pergerakan apapun dari gadis didepannya, Adzam menghela nafas jengah sambil berkacak pingang. "Saya bilang keluar." Tekan Adzam, "Disini sepi, cuma ada kamu dan saya. Saya harap kamu mengerti bahasa indonesia."

Adzam menghembuskan nafas gusarnya, "Keluar Na-"

Brak!

Suara dentuman pintu yang menabrak tembok membuat keduanya menoleh. Bola mata Adzam membulat sempurna melihat istrinya menghampiri mereka dengan mimik wajah yang bisa dikatakan marah.

"Lo-" Ucapan Anggi menggantung ketika melihat wajah gadis yang sangat ia kenali.

"Anggi?"

"Naira?"

Setelah keduanya menyebutkan nama satu sama lain, Anggi berdecih seraya melipatkan kedua tangan didepan dada. "Setelah jadi pelakor tobat juga ternyata." Sindirnya

Adzam dan Husna mengernyit bingung melihat pemandangan dari dua gadis itu.

"Jangan asal bicara ya, njing." Sahut Naira tidak terima sehingga tidak bisa mengontrol ucapannya.

"Astagfirullah," Gumam Husna

"Kalian saling ke-"

"Diem!" Sela Anggi, manik nyalangnya tertuju pada cowok itu.

Manik Anggi beralih pada sang rival, "Asal bicara, lo bilang? Gue ngomong fakta kok. Cewek murahan kek lo gak pantes ada ditempat suci kayak gini." Desis Anggi menaik turunkan alisnya

Loving mas Adzam (On going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang