LMA 29

1.2K 56 0
                                    

Happy reading 📖

🌞🌞🌞

Manik berbalut mata lentik itu terus memperkerjakan penglihatannya dengan ekstra bahkan tangannya pun tak tinggal diam tuk mencari keberadaan mie instan miliknya.

Seusai melakukan praktik shalat taubat bersama Adzam, perut Anggi merasa lapar dan terus berbunyi. Sementara Adzam melanjutkan pekerjaan kantornya yang katanya hanya butuh waktu sebentar untuk menyelesaikan.

Namun sudah lima belas menit gadis itu mengacak ngacak seluruh isian dapur, hasilnya nihil. Mie instan yang ia cari tak terlihat dimana pun.

Padahal Anggi yakin ia masih mempunyai satu bungkus mie di laci atas kompor. Sudah seribu kali tangannya menjelajah di dalam laci itu bahkan di laci berbeda, namun tetap saja tidak ada.

"Perasaan gue naro nya di sini, masa ilang si?" Masih dengan kekesalannya dan keyakinanannya bahwa mie instan itu berada di sana. Anggi kembali menyelusuri laci yang berada di bawah.

Adzam yang baru saja datang itu melihat aneh ke arah Anggi yang tengah berjongkok.

"Kamu lagi ngapain malem-malem udah kayak maling aja." Seru Adzam, kini tangannya menuangkan air putih, lalu menegaknya. Maniknya masih memperhatikan tingkah gadis dibawah itu.

Anggi kembali berdecak saat tidak menemukan apapun, ia kembali bangkit dari posisinya.

"Kamu liat mie nggak?" Anggi memutar tubuhnya menghadap Adzam, berharap suaminya itu tau dimana letak mie itu sekarang.

Adzam menggeleng sambil menaruh gelas. "Nggak liat."

Jawaban yang tentu membuat Anggi mendengkus, "Ish masa ilang si mie nya." Lirih Anggi kesal seraya menggaruk tengkuknya frustasi. Matanya kembali menjelajahi seisi dapur.

"Lagian untuk apa?"

"Untuk di plototin!" Kesal Anggi, "Ya di makan lah make nanya."

Adzam menghela napasnya, "Makan mie malam-malam nggak baik." Peringat Adzam. Namun begitu ia ingin pergi, tangannya langsung di sergah Anggi.

"Mas, pengen mie. Tapi mie nya nggak ada." Ucap Anggi sedih

"Terus?"

Anggi memasangkan puppy eyesnya. "Beliin mie," Pintanya memelas

Adzam melepas tangan Anggi dari tangannya. "Udah malem, Besok lagi."

Dan begitu kakinya ingin melangkah lagi, tarikan tangan yang lumayan kasar kembali menyampanya lagi. "Mas pilis banget ini mah, pengen mie..." Anggi memasang wajah melasnya.

"Beliin mie. Katanya kamu bakal turutin kemauan aku kalau lolos praktik. Aku udah lolos kan? kan? kan?, Aku pengen mie mas." Mohonya seraya menggoyangkan pelan tangan suaminya.

"Tapi kan nggak mie juga, lagian udah malam. Nggak baik kalau makan mie." Jelas Adzam berusaha sabar

Tak usah di pungkiri lagi seberapa manyun nya bibir merah Anggi sekarang, tangannya pun masih enggan untuk berhenti menggoyangkan tangan Adzam.

"Mas," Panggil Anggi sambil mengerjap-ngerjapkan matanya melas.

"Mas Adzam yang gantengnya kayak taehyung," Rayu Anggi. Bibirnya kini lebih maju, membuat pipinya terjepit lebih besar dari sebelumnya.

Ekspresi yang entah membuat Adzam bergedik geli. "Kamu kayak gitu mirip ikan buntal." Celetuknya tanpa sadar.

Anggi yang tak terima dikatai ikan buntal oleh suaminya, menarik tangan Adzam lalu ia gigit dengan kekuatan supernya hingga teriakan dari laki-laki itu tak bisa terelakkan bahkan sampai ada bekasnya.

Loving mas Adzam (On going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang