LMA 24

1.4K 75 0
                                    

Happy reading 📖

🌞🌞🌞

Adzam menutup jam mengajarnya di pesantren, berjalan menuju ruang Abi Zikri menjadi tujuannya untuk menaruh beberapa berkas-berkas. 

"Serius Naira sebenarnya udah punya anak?" Celetuk salah satu santriwati yang tidak sengaja didengar Adzam, sehingga laki-laki itu menghentikan langkahnya.

"Iya, anaknya ada di panti apa gitu namanya saya lupa. Sengaja di taruh disana, karena Naira masih belum siap buat bawa anaknya."

"Katanya keluarganya juga nggak terima anak itu."

"Iya lah anak haram."

"Astagfirullah. Gak ada yang namanya anak haram di dunia ini." Seru Adzam menatap penuh intimidasi terhadap segerombolan santri.

Ke lima santriwati itu terkesiap saat tiba-tiba Adzam berdiri di depan mereka. "Eh gus," Ujar Nisa sambil menundukkan kepalanya.

"Islam sangat melarang ghibah yaitu menggunjingkan keburukan atau aib orang lain. Dan apa yang kalian bicarakan ini sangat salah."

"Sampai bawa-bawa anak haram. Dalam Islam sendiri, tidak ada istilah anak haram. Adapun istilah haram itu adalah pekerjaan ibunya. Anak dari hasil zina pun terlahir bersih tanpa dosa, hanya saja yang berdosa adalah ibunya karena telah berbuat zina."

"Apa kalian mengerti?" Tanya Adzam dengan nada dinginnya

"Kami mengerti. Maafkan kami Gus." Jawab mereka serempak dengan kepala yang masih tertunduk.

Adzam menghelas napas, pelan. "Sekarang kalian ke mushola, sudah masuk dzuhur. Ingat, jangan diulangi lagi perbuattan kalian ini." Perintah Adzam yang langsung diangguki oleh mereka.

Kepala Adzam menggeleng heran menatap ke lima santri itu yang sudah menjauh darinya. Ia kembali melanjutkan jalannya menuju ruang Abi Zikri.

"Assalamualaikum, Abi." Adzam mengucapkan salam, tak lupa ia juga mengecup punggung tangan Abi Zikri.

"Waalaikumsalam" Jawab Abi Zikri seraya menutup mushaf nya lalu menaruh di lemari.

Adzam menjatuhkan bokongnya ke sofa, punggungnya ia senderkan sambil memejamkan mata Adzam menghela napas panjang lalu menghembuskannya dengan kasar. "Kamu kenapa Zam?" Tanya Abi Zikri ikut duduk di sofa tunggal.

Adzam kembali menegakkan tubuhnya, "Masalah Naira, bi."

Abi Zikri tersenyum tipis, "Abi sudah menjelaskan ke semua santri agar mereka tidak salah paham."

"Masih banyak santri yang membicarakan hal ini. Adzam hanya takut, kalau Naira tidak akan pernah menerima keadaannya lagi." Ucap Adzam membayangkan kejadian saat pertama kali Naira masuk ke pesantren Arrafah.

"Siapapun ayah dari anak itu. Abi harap dia bisa kembali dan mempertanggungjawabkan atas perbuattannya." Balas Abi Zikri berharap agar semua itu akan terjadi.

Garta?

•••

"Lo udah berapa lama dipesantren ini?" Tanya Anggi sebelum meneguk es jeruknya.

"Udah lima tahunan lah." Jawab Mira setelah menelan batagornya.

"What?! Serius?" Anggi reflek menggebrak meja membuat setengah populasi kantin menatap ke-arahnya.

Mira menyapu pandangan mereka seraya tersenyum kikuk. "Santai aja kali ning." Ucapnya

"Lo betah gitu diem dipenjara suci ini?" Tanya Anggi tidak percaya

Loving mas Adzam (On going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang