Chapter [ 2 ]

5.2K 582 32
                                    

"Jadi keluarga Jongseong yang nolongin lo?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi keluarga Jongseong yang nolongin lo?"

Sunghoon mengangguk. Memang, dia sempat bercerita sedikit tentang insiden yang menimpa keluarganya kepada Heeseung. Mereka sudah berteman sejak pertama masuk SMA. Jadi tidak heran lagi melihat kedekatan mereka.

"Gue saranin sih," Heeseung mendehem pelan, melirik Sunghoon yang berjalan di sampingnya. "Jangan terlalu dekat sama Jongseong.

Sunghoon menoleh. "Kenapa?"

"Dia itu cowok bejat. Lo liat aja gimana brengseknya dia nonjok gue tadi sampe begini." Jelas pria itu sambil menunjuk luka di sudut bibirnya.

"Lagian kalian ada masalah apa sih? Jongseong keliatan benci banget sama lo."

Heeseung hanya tersenyum tampan. "Anak kecil, nggak boleh tau." Tangannya bergerak mengusak surai yang lebih muda.

"Udah berapa kali gue bilang, berhenti bilangin gue anak kecil!" Sunghoon menepis tangan Heeseung kesal.

"Iya iya, sensi banget." Kekeh pemuda itu. "Yaudah sana, masuk." Dia mendelik ke arah pintu kelas 2-1.

Sunghoon mengangguk, "lukanya jangan lupa diobatin, kak." Pesannya sebelum kemudian melangkah ke dalam kelas.

"Sunghoon! Akhirnya lo datang juga, lo tau nggak─"

"Masih pagi Huening, plis." Sergah pemuda itu langsung jengah.

"Tapi kali ini gue serius," Dia mengambil duduk di bangku yang ada di depan meja Sunghoon dengan tatapan menggebu-gebu. "Berita tentang lo di mading, anjing merinding! Lo liat nih tangan gue," Dia benar-benar memperlihatkan bulu tangannya, setelah sebelumnya menyingkap lengan kemeja sekolahnya ke atas. "Beneran merinding."

Sunghoon mengerutkan keningnya, bingung. "Berita tentang gue?"

Huening mengangguk bersemangat, "Nggak percaya? Ayo kita liat sama-sama di mading belakang."

Belum sempat Sunghoon protes, tangannya sudah ditarik keluar kelas.

Tidak butuh waktu lama untuk sampai di mading yang terletak tidak jauh dari kantin belakang. "Pelan-pelan, Kai." Sial, kaki Sunghoon hampir saja tersandung tangga.

"Misi-misi pangeran mau lewat!" Huening berseru, hingga membuat kerumunan siswa siswi itu terbuka memberi jalan untuk mereka.

Ketika sampai di baris terdepan, Sunghoon langsung saja membaca berita tentang dirinya yang Huening maksud.

Sedangkan beberapa siswa mulai berbisik sambil memperhatikan Sunghoon terang-terangan, entah hal baik atau hal buruk yang mereka pikirkan. Siapa yang tahu, hati manusia itu beragam.

Kedua orang tua dari Park Sunghoon kelas 2-1, tepat meninggal di hari Sunghoon menang dalam kompetisi Ice Skating.

Sunghoon bungkam.

Dia, baik? [ JayHoon ]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang