Chapter [ 20 ]

3.6K 393 15
                                    

Setelah menekan tombol pin apartemennya, Jongseong segera melangkah masuk, melepas sepatunya, dan menggantinya dengan sandal rumah, sebelum kemudian meletakan tas sekolahnya di atas sofa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah menekan tombol pin apartemennya, Jongseong segera melangkah masuk, melepas sepatunya, dan menggantinya dengan sandal rumah, sebelum kemudian meletakan tas sekolahnya di atas sofa.

Pemuda itu melangkah menuju dapur, untuk mengambil sekaleng minuman, sebelum pada akhirnya dia mengambil duduk.

Menyadari ada seseorang, Sunghoon yang tadinya tidur di atas sofa, dengan wajah yang dibenamkan di atas bantal—lantas segera mengangkat wajahnya.

Jongseong dapat melihat wajah bantal lelaki itu, dengan sorot kelelahan.

"Lo turun lagi?"

Kening Sunghoon mengerut, bingung.

Jongseong mengulang ucapannya. "Lo, ngerace lagi di sirkuit poker?"

"Kok tau?"

Pemuda kelahiran seattle itu seketika memutar bola matanya malas. "Jelas gue tau, mobil lo yang paling mencolok di basement."

Sunghoon kembali meletakan kepalanya di atas bantal. "Sengaja aku bawa, garasi sirkuit lagi direhab."

Jongseong tak menanggapinya, beberapa saat hanya ada keheningan.

Pemuda itu melepas blazer sekolahnya, menyisakan kemeja sekolahnya yang terbuka menampilkan baju kaos hitam.

Ketika dia kembali memandang ke arah Sunghoon, kening pemuda itu seketika mengerut. Maniknya menatap lengan kanan Sunghoon yang nyaris berada di pinggir sofa, dengan lengan hoodie yang sedikit tersingkap ke atas.

Jongseong meletakan kaleng minumannya, dan segera mendekati Sunghoon, tanpa permisi langsung menarik lengan hoodie pemuda itu hingga sebatas siku.

Sunghoon tentu terkejut dengan pergerakan tiba-tiba itu, padahal dia hampir saja kembali ke alam mimpi.

"Kak—" Ucapan Sunghoon tertahan, ketika dia baru menyadari, jika Jongseong kini dengan sorot yang sulit diartikan, tengah menatap lengannya yang dipenuhi dengan luka sayat.

Sial, bagaimana Jongseong bisa mengetahuinya.

Sunghoon menarik tangannya, tapi cengkraman Jongseong jauh lebih kuat.

Tanpa permisi Jongseong beralih menarik tangan sebelah kirinya, hingga membuat Sunghoon seketika mengambil duduk.

Lagi-lagi Jongseong menarik lengan hoodie pemuda itu, hingga menampilkan luka-luka yang sama. Bahkan beberapa luka itu masih terlihat baru.

Sunghoon yang tadi memberontak, berusaha menarik tangannya, kini hanya bisa pasrah, dan menunduk. Tidak berani untuk sekedar bertemu tatap dengan lelaki di hadapannya yang masih tak bergeming.

"Udah dari kapan?" Jongseong bertanya dengan nada tenangnya, dan hanya dibalas dengan gelengan dari Sunghoon.

"Park, gue ngomong sama lo, tatap gue, dan jawab pertanyaan gue." Tegas Jongseong.

Dia, baik? [ JayHoon ]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang