Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rasanya benar-benar aneh.
Selama beberapa hari ini—mungkin sudah seminggu, yang ada di dalam kepala Sunghoon hanya Jongseong dan Jongseong.
Dari mata hari terbit, sampai terbenam, sampai—bahkan Sunghoon sempat memimpikan pemuda Seattle itu.
Sunghoon semakin bingung akan dirinya, ditengah-tengah itu dia juga merasa kalut, anehnya dia terkadang justru merasa tidak tenang.
Apa-apaan, jika sudah menyangkut perasaan itu benar-benar rumit. Sunghoon mengakui itu.
Di sisi lain ada rasa menolak dalam diri Sunghoon—untuk menyukai Jongseong. Tidak boleh, sejak awal perjanjiannya mereka hanya berpura-pura berpacaran, sekedar menyelamatkan Jongseong dari Jinkyung. Atau mungkin sekarang dari wanita-wanita yang mengejar Jongseong lainnya?
Kalau iya, keterlaluan sekali.
Tanpa sadar Sunghoon melipat bibirnya ke dalam, mengingat bagaimana saat-saat Jongseong menciumnya—sial, dia harus sadar, itu hanya sekedar pencitraan di depan publik agar semua orang semakin yakin dengan hubungan mereka.
Dia tidak boleh goyah seperti ini. Dasar bodoh.
"Lo bilang nggak bakal balik lagi ke sirkuit poker." Suara lelaki yang baru saja kembali dengan membawa dua cup Latte, lantas menyadarkan Sunghoon dari lamunannya.
Seketika Sunghoon mendengkus, tanpa permisi langsung meminum sedikit latte yang baru saja disodorkan oleh Heeseung. "Lo sendiri, gue nggak bego, Jooyeon bilang lo sesekali masih bisa dateng ke sirkuit poker. Bohong lo sama gue, bilangnya udah nggak berurusan lagi sama mereka—"
"Oke, kita impas. Kita sama-sama bohong di sini." Sergah Heeseung langsung, agaknya mulai jengah.
Sunghoon merotasikan bola matanya, malas.
"Tumben lo."
"Apa?" Sunghoon menatap bingung.
Heeseung menaikan alisnya, "Biasanya kalo ke sini, lo selalu pesan cheesecake." Dia menatap curiga, jangan-jangan dugaannya—
Pemuda bermarga Park itu kembali meletakan cup minumannya, dan berucap, "diet gue."
"—pfftt!" Heeseung seketika menutup mulutnya, menahan tawa—benar dugaannya, membuat Sunghoon langsung melotot.
"Nggak usah ketawa lo! Nggak ada yang lucu!" Memang, jika sudah bersama Heeseung, Sunghoon pasti akan berubah bar-bar—bawaannya sensi.
"Apa? Diet? Lo mau bikin tubuh lo kayak gimana lagi? Kekurusan juga nggak baik, anjir." Pemuda itu tak habis pikir, sudah dengan nada setengah mengejek.
"Timbangan gue naik lima kilo."
"Bagus dong, daripada lo kurusan, jelek. Udah ah, nggak usah diet-dietan, norak banget." Seru Heeseung kelewatan jujur.