"Mom, i told you—"
"Jay, that's not the case." Wanita itu menatap meyakinkan putranya. "Ini masalah mama."
Jongseong menggeleng, "Selama ini aku nurut sama mama. Aku berusaha abain semuanya, tapi justru keadaan makin buruk."
Wanita itu tak mampu lagi berkata-kata, dia pun sama frustrasinya. Nyonya Park hanya bisa menghela nafas kasar, menundukan wajahnya, lelah dengan keadaan.
Jongseong lantas mengenggam tangan Ibunya, kali ini dengan terang-terangan memperlihatkan sorot keperduliannya. "Aku bantu atasin ini."
Wanita itu lagi-lagi menggeleng, dia mengangkat wajahnya, menatapa Jongseong sayu. "Jay, mama mohon—"
"Aku nggak nerima penolakan."
"Jay—"
"Cukup, mah—"
"Jay Park, dengerin mama!" Nada bicara wanita itu seketika meninggi. Untungnya tidak begitu banyak pelanggan di restorant itu. Kalau tidak, mungkin mereka sudah menjadi pusat perhatian.
Jongseong seketika bungkam. Mendapat sorot tegas milik Ibu nya yang setengah berair.
"Kamu pikir, papa kamu itu gimana? Dia iblis Jay. Jangan ikut campur, ini urusan mama dan papa. Kamu cukup fokus sama pendidikan kamu."
"Mah—"
"Kamu nggak usah mikirin mama. Seharusnya kamu tau, ini bukan pertama kalinya buat mama. Mama bisa nahan semuanya."
"Karna itu aku nggak mau mama selalu nahan, nahan dan nahan! Mama ngerti nggak maksud aku apa?!" Sarkas Jongseong mulai jengah dengan kebiasaan Ibunya.
Wanita itu mengusap air matanya, dia tidak boleh menangis. Dia tidak mau Jongseng semakin khawatir terhadapnya. "Semua bakal berlalu, Jay. Kamu liat 'kan seperti biasanya, selalu begitu."
Jongseng mengusak rabutnya kasar, menghela nafas frustrasi. Rasanya dia ingin menangis saja. Apa-apaan Ibunya ini.
"Mama nggak cape? Aku cape, mah. Aku cape liat kalian selalu kayak gini. Aku cape sama papa. Lebih baik semuanya diakhirin!" Tanpa sadar manik pemuda itu sudah berair, sorotnya terkesan penuh akan keputus asaan. "Selama ini aku hidup, setiap hari aku selalu takut, aku takut, karna aku tau saat-saat kayak gini pasti bakal terulang lagi! Pasti bakal datang!"
"Mungkin kita selalu bisa ngelewatin semua ini, tapi kelamaan aku juga kewalahan sama kebiasaan buruk papa yang nggak bisa dirubah, mah! Kalau seumur hidup aku harus selalu ngeliat mama nahan dan nerima semuanya, dengan pertahanin keluarga palsu ini, aku nggak bisa!" Tekan Jongseong, kali ini dengan sorot tegasnya.
Sedangkan Nyonya Park, wanita itu hanya bisa menangis tersendu-sendu. Lidahnya terasa kelu.
"Akhirin semuanya, kita nggak butuh papah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia, baik? [ JayHoon ]✔️
Romance[ END ] "Gue pikir permen manis, ternyata narkoba." Dom! Park Jongseong Sub! Park Sunghoon 🏅#1 brandal 🏅#1 jongseong Warn!! b×b gay!!