BAB 35

3.8K 337 9
                                    

1 minggu kemudian...

Karina masih belum terbangun dari komanya, ini sudah hari ke 7. Tapi istrinya yang cantik itu belum membuka matanya sama sekali.

Setiap hari, dengan setia winter duduk disamping brankar Karina dan menemani Karina sepanjang hari. Tanpa pernah meninggalkan Karina sendirian.

"Bos, kami menemukannya" ucap Giselle.

Winter yang sedang memegang tangan Karina hanya tersenyum kecil, akhirnya ketahuan juga siapa dalangnya.

"Siapa" ucap Winter dingin.

"Aidan" ucap Giselle.

"that damn corrupt cop" ucap winter.

Seharusnya dia tidak membiarkan pria tua itu! Dia terlalu mengikuti ucapan presiden dan membiarkan pria tua itu hidup dan mencelakai Karina hingga anak mereka meninggal seperti ini!

Dia melakukan kesalahan besar.

"Bunuh dia sekarang dan suruh orang-orang kita yang ada di Dubai untuk membunuh keluarganya" ucap winter dingin.

"Baik bos" ucap Giselle.

Giselle keluar dari kamar inap Karina. Dia langsung bergegas pergi ke kediaman Aidan dan menelpon ketua cabang mereka di Dubai.

Kembali lagi ke Winter dan Karina.

"Bangunlah, apakah kau bermimpi indah sampai tidak mau bangun hm? Ini sudah 1 minggu, sayangku. Ayo bangun, Karina" ucap Winter pelan.

Dia tidak bisa menunggu lebih lama lagi, dia ingin Karina bangun. Melihat kedua mata cantik yang selalu dia lihat terbuka dan menatapnya.

Dia ingin itu.

Beberapa saat kemudian, Giselle mengetuk pintu lagi dan masuk kedalam.

"Winter, presiden menyembunyikan keberadaan Aidan" ucap Giselle.

"Presiden... Dia menguji kesabaranku" ucap Winter geram.

"Apakah kami harus pergi ke gedung putih?" Ucap Giselle.

"Tidak, itu terlalu beresiko. Presiden memiliki kuasa penuh disini, jika dia menyuruh militernya untuk membunuh kita semua maka habislah. Turunkan hacker terbaik kita, lacak keberadaan Aidan. Apapun yang terjadi, temukan pria brengsek itu" ucap Winter.

Giselle mengangguk.
Dia menatap Karina yang masih tidur.

"Ini sudah 1 minggu, kenapa dia belum bangun?" Ucap Giselle.

"Dia sedang bermimpi indah, itulah sebabnya dia tidak bangun-bangun" ucap Winter.

Percakapan mereka berakhir disana. Giselle langsung keluar untuk menemui hacker mereka yang berada di kota Yekaterinburg.

Winter melihat Karina yang menitikan air matanya saat masih tak sadarkan diri itu.

Karina menangis.

"Sayang, ada apa hm? Apakah mimpi itu berubah menjadi sedih?" Ucap Winter sembari menyeka air mata Karina yang turun.

Perlahan, mata yang dia rindukan itu terbuka dan terlihat mata Karina yang sangat cantik.

Winter membulatkan matanya terkejut, dia berdiri dan memegang wajah Karina selagi Karina masih menyesuaikan cahaya yang menerpa matanya itu.

Dia berteriak kepada anak buahnya yang ada diluar untuk memanggilkan dokter sekarang juga.

"Karina, sayang. Apakah ada yang sakit?" Ucap Winter.

Karina masih mengerjapkan matanya berulang kali karena cahaya matahari membuat matanya sakit dan kepalanya menjadi pusing.

"Permisi, saya harus memeriksa kondisi pasien"

Ternyata dokter itu sudah datang.
Winter langsung menyingkir dari sana dan melihat Karina yang sedang diperiksa oleh dokter.

"Kondisi pasien sudah stabil. Syukurlah pasien terbangun dari komanya. Setelah ini, pasien harus menjalani beberapa tes untuk memastikan semuanya baik-baik saja"

Dokter itu langsung keluar setelah mengatakan itu.

Karina masih diam sembari melihat kesana-kemari dengan bingung. Sepertinya Karina masih belum sepenuhnya sadar sekarang.

"Karina, kau mengingatku?" Ucap winter lembut.

"Ya... Kau... Winter..." Ucap Karina pelan.

Winter membawa air dan Karina meminumnya. Tenggorokannya kering sekali, mungkin karena dia belum minum selama 1 minggu ini.

Setelah beberapa saat, Karina meraba perutnya karena terasa sakit saat dia menggerakkan badannya itu.

"Winter, kenapa perutku seperti ini? Dimana jelly? Apakah dia sudah keluar?" Ucap Karina.

Deg.

Winter terdiam seketika.

"Istirahatlah dulu, tidurlah lagi" ucap winter.

"Jawab dulu winter, dimana jelly? Bawakan dia padaku, apakah dia laki-laki atau perempuan?" Ucap Karina bersemangat.

Tadinya dia lemas, tapi setelah mengira jika anaknya sudah lahir dia menjadi lebih bersemangat dan tenaganya kembali pulih dengan sangat cepat.

Winter hanya diam sedari tadi.

"Winter?" Ucap Karina lagi.

"Tidurlah dulu, setelah itu aku akan menjelaskannya padamu" ucap Winter.

Tunggu, ini aneh?

Ada apa ini?

Pikirannya sudah kemana-mana.
Apa yang terjadi pada anaknya?
Kenapa winter terus diam saat dia menanyakan jelly?

"Jelaskan padaku! Kemana jelly ku!! Winter! Kemana jelly! Kenapa dia tidak ada didalam perutku?! Katakan!" Teriak Karina.

Winter memegangi tangan Karina yang terus memberontak sembari berteriak menanyakan jelly mereka.

"Karina! Tenanglah!" Ucap winter.

"Dimana jelly ku, Winter? Kenapa kau diam saja? Dia baik-baik saja bukan? Katakan padaku winter..." Ucap Karina sesegukan.

Apa yang harus winter lakukan?
Apakah dia harus memberitahu Karina tentang ini? Tapi Karina baru saja sadar, bagaimana jika Karina sakit lagi nantinya? Tapi jika dia tidak memberitahu Karina, istrinya itu akan terus berteriak-teriak seperti itu dan membuat Karina sakit lagi nantinya.

"Karina, jelly..." Ucap winter.

"Apa? Selesaikan kata-katamu!" Ucap Karina marah.

"Jelly pergi" ucap Winter.

Huh?

"Apa maksudmu?" Ucap Karina.

Winter mengigit bibirnya karena berusaha untuk menahan air matanya yang hendak turun dari matanya itu.

Melihat itu, Karina juga ikut berkaca-kaca karena dia sudah tahu jawabannya.

Karina tahu arti kata itu.

"Jelly sudah tiada, sayang" ucap winter.

Tidak...

Tidak mungkin.

.

.

.

TBC

WINTER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang