BAB 58

3.3K 326 21
                                    

Beberapa minggu kemudian....

Keluarga Salvatrucha sedang mengadakan pesta pernikahan keponakan Winter yang bernama Gavin.

Karina tertawa semabari berjalan kesana-kemari dengan Ningning, mereka berbicara dengan orang-orang dengan senangnya.

Dimana Aeri?

Jawabannya adalah, bayi itu bersama Giselle yang duduk sembari memberi dot berisi asi Ningning.

"Kau... Terlihat aneh" ucap Winter.

"Diamlah" ucap Giselle.

Winter duduk disamping Giselle.
"Biarkan aku menggendongnya" ucap Winter.

"Untuk apa?" Ucap Giselle.

"Hanya ingin, sialan. Cepat berikan mahluk itu" ucap Winter.

"Sialan kau! Dia putriku dan dia mempunyai nama, brengsek. Panggil namanya dengan benar" ucap Giselle.

Mereka berdebat dengan bahasa kurang pantas didengar dihadapan seorang bayi yang masih suci itu.

"Berikan Aeri padaku, aku ingin menggendong keponakanku, sialan" ucap Winter.

"CK, dasar brengsek" ucap Giselle.

Giselle mencabut dot itu dan memberikan putrinya itu pada Winter dengan perlahan-lahan.

"Hati-hati, sialan. Awas saja jika kau membuatnya menangis, jangan erat-erat memegang tubuhnya! Kau bisa mematahkannya! Winter! Dasar bajingan kau! Hey!" Ucap Giselle.

"Kau bisa diam? Kau yang membuat putrimu menangis, bukan aku" ucap Winter agak jengkel.

"Aku panik" ucap Giselle.

"CK, kau lebay. Aku tidak akan membunuh mahluk sekecil ini, bodoh" ucap Winter.

"Bukan seperti itu, sialan. Kau tidak biasa menggendong bayi seperti ini, aku takut kau tidak tahu dan membuat Aeri sakit badan nantinya" ucap Giselle.

"Begitukah?" Ucap Winter.

"Ya, Ningning bilang jika cara menggendong bayi salah maka badan bayi itu akan pegal atau kesakitan" Ucap Giselle.

Mendengar itu, Winter langsung memberikan Aeri pada Giselle disana.

"Bukankah kau ingin menggendongnya?" Ucap Giselle.

"Tidak jadi" ucap Winter.

Giselle tertawa mendengar itu.
"Kau ini! Hey, kau harus sering berlatih agar saat kau mempunyai anak nanti akan terbiasa" ucap Giselle

"Kau benar" ucap Winter.

Giselle melihat Winter yang sedikit diam setelah dia berbicara seperti itu, seakan sadar jika dia salah bicara Giselle langsung mengalihkan topik pembicaraan mereka.

"Jika ingin bercerita, cerita saja" ucap Giselle.

Winter melihat ke sekelilingnya, orang-orang sibuk bercengkrama ditengah-tengah taman bunga yang indah sementara mereka duduk dipinggir dan hanya berdua saja.

"Sudah 6 bulan lebih setelah kejadian itu berlalu tapi kami masih belum mendapatkannya kembali, aku tidak masalah dengan itu tapi Karina. Dia selalu saja menyalakan dirinya sendiri dan sedih, membuatku bingung harus melakukan apa" ucap Winter.

"Aku mengerti kenapa Karina seperti itu, pasti berat baginya. Kau juga harus tetap mendukungnya dan jangan membuat Karina lebih down" ucap Giselle.

Winter hanya mengangguk.

Lalu datang Karina dan Ningning yang selesai berbicara dengan pengantin wanita, mereka datang dengan senyuman dan makanan ditangan mereka.

"Uri Aeri-ya!!!" Ucap Karina gemas melihat Aeri disana.

"Letakkan makananmu dulu, Karina. Nanti akan lengket pada anak itu " ucap Winter.

"Hehehe" ucap Karina.

Giselle memberikan Aeri pada Ningning, anehnya saat bersama Mommy nya anak itu malah lebih tenang daripada saat bersamanya.

"Winter" ucap Giselle sembari menyenggol lengan Winter.

Winter menatap Giselle dan melihat arah pandangan Giselle, dia melihat ada seorang pria tua dengan pakaian hitam khas mafia.

"Kami akan pergi sebentar, tunggu disini" ucap Winter.

"Kalian ingin kemana?" Ucap Karina.

"Kami akan segera kembali" ucap Winter lalu pergi bersama Giselle.

"Ck, dasar tidak sopan" ucap Karina.

Ningning hanya tersenyum melihat Karina yang sedang kesal itu, terkadang Karina seperti anak kecil saat bertengkar kecil bersama Winter tadi.

"Sudahlah eonni, mereka akan bertemu dengan pria tua itu" ucap Ningning.

"Siapa dia?" Ucap Karina.

"Bisa dibilang salah satu sesepuh di Salvatrucha" ucap Ningning.

Karina mengangguk-anggukkan kepalanya mendengar itu.

Karina membawa segelas Wine yang ditawarkan oleh pelayan padanya disana, dia minum wine itu dengan tenang dan baik-baik saja.

Beberapa menit kemudian, dia mulai merasakan ada yang aneh padanya.

"Hm?" Ucap Karina.

Kenapa kepalanya pusing sekali?
Perutnya juga sakit, seperti diputar didalam sana.

"Ada apa, eonni?" Ucap Ningning.

"Tak apa, aku sedikit mabuk" ucap Karina.

Karina berdiri dan hendak pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya agar dia sedikit sadar, wine ini sangat kuat hingga membuatnya langsung seperti ini.

Saat hendak berjalan, tiba-tiba Karina langsung terjatuh ke tanah lalu memegangi perutnya yang terasa sangat sakit sekali.

"Karina!!" Teriak Winter.

Winter berlari dan memangku Karina. Wajah Winter terlihat sangat panik disana, seperti ingin menangis.

"Siapkan mobil! Cepat!" Teriak Winter.

Dia menggendong Karina dan berlari menuju parkiran yang tidak jauh, winter bisa melihat wajah Karina yang meringis kesakitan sembari memegangi perutnya.

"W-winter..." Ucap Karina.

"Aku disini sayang, tunggu sebentar. Kita akan sampai di rumah sakit" ucap Winter.

Setelah sampai di rumah sakit, Winter langsung turun dan berlari kearah ruang pemeriksaan. Winter menunggu di luar ruangan dengan khawatir.

Beberapa saat kemudian, dokter keluar dari ruangan pemeriksaan.

"Bagaimana kondisinya?" Ucap Winter.

"Selamat, ka-"

"Istriku sedang sakit dan kau mengucapkan selamat?! Dasar sialan!" Teriak Winter marah.

"Aku belum selesai berbicara. Maksudku, selamat. Pasien sedang mengandung, usia kandungannya baru menginjak 1 bulan"

Huh?

.

.

.

TBC

WINTER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang