BAB 66

3.5K 301 4
                                    

6 bulan kemudian...

Ketiga anak mereka sudah berumur 6 bulan sekarang, tidak terasa bukan?

Karina sedikit heran, kenapa anak pertama dan keduanya sama dengan winter sementara yang ketiga mirip sekali dengannya?

Dan anehnya lagi...

Jay dan Kay sangat kalem dan tenang, tidak seperti Jaz yang terus menangis dan rewel.

Apakah itu turunan?;v

Sekarang, Karina duduk didepan tiga ranjang bayinya dengan wajah ngantuk. Sejak dini hari dia belum tidur sana sekali karena Jaz terus rewel, Jaz hanya ingin digendong oleh Karina dan tidak mau Winter.

Winter sudah berusaha menenangkan putrinya tapi tetap saja Jaz menangis, tapi saat Karina menggendong Jaz, anak itu berhenti menangis.

"Sayangku, tidurlah dengan nyenyak. Mommy ingin tidur sebentar ya?" Ucap Karina sembari tersenyum kearah Jaz yang tertidur.

Karina berdiri dengan hati-hati dan naik keatas ranjangnya, dia memegang pinggangnya yang sakit karena terus berdiri sedari tadi.

Astaga, pinggangnya akan patah.

"Kapan winter kembali, sebentar lagi bagiannya untuk menjaga anak-anak" ucap Karina.

Sebelumnya mereka membuat kesepakatan, jika Karina tidak tidur dari semalam maka Winter yang akan menjaga anak-anak mereka dan Karina akan beristirahat.

Karina dan Winter tidak menyewa jasa baby sitter karena Karina sendiri tidak mau, selain faktor keamanan, Karina tidak akan mengizinkan orang asing untuk menyentuh anak-anaknya.

Tak terasa Karina sudah tertidur lelap.

.

.

.

Karina membuka matanya, dengan panik dia bangun dan melihat jam dinding yang ada disampingnya.

Sudah pukul 3 sore!!!

Dia melihat kearah keranjang bayinya, kenapa tidak ada?! Kemana Jay, Kay dan Jaz?!

Dengan panik dia memakai jubah piyamanya dan turun kebawah dengan panik sembari memanggil Felix dengan keras.

"Ada apa Karina?" Ucap Felix.

"Dimana Jay, Kay dan Jaz?!" Ucap Karina panik.

"Mereka bersama bos di taman, Karina" ucap Felix.

Huh?

Winter?

Karina berjalan kearah taman dan melihat Winter yang sedang duduk di kursi dan menggendong Jaz yang masih tertidur disana.

"Winter, astaga" ucap Karina.

Dia duduk disamping Winter dengan lega dan memegang pipi gembul Jaz. Dia kira anak-anaknya kemana, dia takut jika sesuatu yang buruk menimpa ketiga anaknya.

"Ada apa sayang? Kau baik-baik saja?" Ucap Winter.

"Kenapa kau tidak bilang jika akan membawa anak-anak huh? Aku khawatir saat melihat mereka tidak ada di tempat tidur" ucap Karina.

"Maaf, tadi kau terlihat kelelahan hingga tidur dengan pulasnya. Aku tidak mau mengganggu tidurmu, kau belum tidur semalaman karena menjaga Jaz yang rewel" ucap Winter.

"Bagaimana dengan Jay dan Kay?" Ucap Karina.

"Sepertinya biasa, kedua pangeran kita selalu tenang dan tidak rewel. Hanya Jaz yang sedari tadi menangis" ucap Winter.

Jazlyn...

Apakah sifat itu menurun darinya?

"Jaz sedang tertidur, makanlah dulu" ucap Winter.

"Kau sendiri sudah makan?" Ucap Karina.

"Sudah" ucap Winter.

Tiba-tiba....

KRUK... KRUK...

Perut Winter berkata lain.

Karina tertawa pelan sementara winter sudah memerah karena malu. Astaga, kenapa perutnya tidak bisa diajak berkompromi?!

"Mari makan bersama, taruh mereka diatas dulu lalu kita turun untuk makan" ucap Karina.

"Baiklah, ayo" ucap Winter.

Karina mendorong troli bayi Jay dan Kay sementara Winter menggendong Jaz dengan pelan-pelan. Mereka harus menidurkan ketiga bayi itu dan makan dulu.

.

.

.

Malam harinya...

"Ahhh..."

"Pelankan suaramu, sayang. Nanti mereka bangun" ucap Winter.

Karina menepuk bahu winter.
"Kau memasukkan tanganmu terlalu dalam, Winter!" Ucap Karina pelan.

Winter terkekeh lalu mencium bibir Karina dengan panas, sudah lama semenjak mereka belum melakukan seks lagi dan akhirnya mereka bisa.

Hari ini ketiga bayi itu tidur lebih awal, seperti menandakan pada ayahnya agar bisa berduaan bersama ibu mereka.

Winter mengocok vagina Karina agar lebih licin dan penisnya bisa masuk dengan mudah nantinya.

"Ahhh mmmhhh... W-wait..." Ucap Karina.

Karina melebarkan kakinya dengan tangan memegang bahu Winter, mungkin karena sudah lama jadi lubangnya kembali sempit.

"Fuck, kau sangat seksi" ucap Winter lalu mengeluarkan adiknya yang sudah tegang itu.

Tepat saat akan memasukkan penisnya itu, terdengar suara tangisan Jaz yang begitu menggelegar didalam kamar besar mereka.

"Ah, tidak..." Ucap Winter.

Karina menoleh kesamping, tempat tidur bayi mereka sedikit jauh dari ranjang tapi bisa Karina tebak jika anak itu pasti kelaparan sekarang.

"Minggir, Winter" ucap Karina.

"Sayang! Aku baru saja akan masuk!" Ucap Winter agak kesal.

"Lalu? Kau ingin anakmu terus menangis? Jika dibiarkan terlalu lama nanti Jaz akan sesak nafas, winter" ucap Karina serius.

Winter langsung menyingkir dari atas Karina dan duduk ditepi kasur. Dia menatap adiknya yang sudah sangat tegang itu, akan sulit menidurkannya lagi.

Karina berdiri dan memakai jubah piyamanya, dia berjalan kearah tempat tidur Jaz dan menggendongnya.

"Putri mommy lapar hm? Kau membuat Daddy mu kesal, sayang. Lihat wajahnya, kacau sekali bukan?" Ucap Karina sembari terkekeh.

"Jangan ganggu aku" ucap winter.

Setelah beberapa menit menyusui, Jaz kembali tertidur dengan lelap disana. Karina menatap jam, masih pukul 1 malam. Dia melihat kebelakang dan Winter sudah tertidur diatas ranjang mereka.

"Kasihan sekali dia" ucap Karina.

Karina berjalan kearah ranjang dan duduk disamping Winter yang sudah tertidur itu, dia terkekeh melihat Winter yang tidur tanpa memakai apapun.

Sepertinya setelah Jaz bangun tadi winter langsung tidur, karena kesal mungkin.

Karina mencium kening Winter lalu masuk kedalam pelukan Winter. Hangat sekali, Karina suka.

"Hmm?" Ucap winter terbangun.

"Tidurlah, ini masih tengah malam" ucap Karina.

Winter hanya berdehem lalu memeluk Karina sembari menyelimuti tubuh mereka berdua.

Dan akhirnya malam itu mereka gagal bercinta karena putri kesayangan mereka. Tapi mereka tidak masalah, karena di lain hari mereka bisa melakukannya.

Mungkin mereka harus menitipkan ketiga anak itu pada Giselle dan Ningning dulu?

Hmmm, itu ide yang bagus.

.

.

.

TBC

WINTER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang