BAB 12

5.9K 431 1
                                    

Nngasih tau aja, untuk gambaran cerita selanjutnya ada di foto belakang dan profil author:) seterusnya akan begitu jika author akan up cerita baru guys!

Yang udah liat, udah kebayang bakal seperti apa ceritanya?😆😜

.

.

.

Winter dan Giselle segera bergerak ke Sevastopol untuk pergi ke makan ibu Karina yang berada disana. Giselle sedikit khawatir karena tempat itu adalah wilayah yang diperebutkan oleh Rusia dan Ukraina.

Resikonya lebih tinggi untuk mati.

"Pakai rompi anti peluru ini" ucap Giselle sembari memberikannya pada Winter.

"Untuk apa benda merepotkan itu?" Ucap Winter.

"Aku mengantisipasi" ucap Giselle.

"Tidak perlu, seperti anak kecil saja" ucap Winter.

Lihat, Winter selalu seperti ini saat diberikan pilihan yang aman olehnya. Dia melakukan ini karena Rusia dan Ukraina sedang dalam situasi panas yang membuat kedua negara sedikit merenggang dan memutuskan untuk tidak bersama lagi.

"Bagaimana dengan ayah Karina?" Ucap Winter.

"Aku masih belum menemukannya, susah sekali karena hampir tidak ada jejak yang menjelaskan siapa ayah Karina" ucap Giselle.

Winter menghela nafasnya. Kenapa sangat susah sekali? Winter sudah menurunkan hacker andalannya untuk mencari tapi tetap saja hasilnya nihil.

"Artinya, ayah Karina bukan orang sembarangan" ucap Winter.

"Aku setuju" Ucap Giselle.

Kan? Biasanya mereka bisa menemukan sebuah identitas dengan sangat cepat bahkan hitungan hati saja, tapi ini? Mereka sudah mencarinya berhari-hari tapi tetap saja tidak ketemu.

Kemungkinannya adalah, ayah Karina adalah orang penting atau bukan sembarang orang.

Tak terasa mereka sudah sampai. Winter turun bersama Giselle, dia memakai kacamata hitam karena cuaca sangat terik hingga membuat matanya terasa terbakar.

Mereka memasuki area pemakaman dengan dipandu oleh penjaga makam untuk menemukan makam ibu Karina.

Setelah mencari, akhirnya ketemu.

Giselle dan anak buah Winter yang ikut menunggu di tempat yang sedikit jauh karena perintah Winter.

Winter menaruh buket bunga yang dia beli sebelum kemarin diatas kuburan "mertuanya" itu.

"Halo, Aku Winter. Sudah lama aku mencari anda dan berharap anda masih hidup karena Karina sangat ingin bertemu Anda" ucap Winter.

Hanya ada nama saja di nisan itu.

Yoo Minji.

Tidak ada keterangan tanggal lahir ataupun meninggal, hanya nama dan kosong.

"Putrimu sangat berani tinggal sendirian di dunia yang kejam ini. Karina tidak membencimu, dia sangat mencintaimu. Dia gadis yang pemberani dan cantik, aku yakin dia cantik karena ibunya" ucap Winter.

Tiba-tiba dia merasa canggung berbicara lagi, entah kenapa dia merasa ada seseorang yang menepuk pundaknya dibelakang sana meskipun dia tahu tidak ada siapapun dibelakangnya.

"Aku juga tahu kalau anda tidak mengakhiri hidup tapi diakhiri, Aku akan menemukan pelakunya. Aku juga akan menjaga Karina, anda jangan khawatir dan berbahagialah bersama Tuhan. Aku akan mendoakanmu, jikapun doaku sampai dikabulkan oleh Tuhan" ucap Winter sembari tertawa saat di bagian akhir.

Dikabulkan Tuhan...

Rasanya tidak mungkin bukan? Winter rasa Tuhan tidak akan mengabulkan doa yang dia buat, dia penuh dengan dosa dan tidak pernah beribadah padanya.

Setelah selesai, dia berdiri dan pergi dari sana. Dia akan kemari lagi dengan membawa Karina, pasti Karina ingin bertemu dengan ibunya.

"Kembali ke mansion" ucap Winter.

Hari sudah siang, matahari lebih terik. Panas sekali, seperti di neraka menurut Winter.

Di mansion, Karina dan Ningning sedang bermain ular tangga. Sebenarnya Ningning yang mengajak, Karina menurutinya karena tidak enak melihat Ningning yang sangat antusias itu.

Karina mengantuk tapi Ningning masih penuh dengan energi.

"Giselle!!" Teriak Ningning senang.

Karina yang sudah tidur itu langsung terbangun dan melihat sekelilingnya. Ternyata Winter dan Giselle sudah pulang, dia berdecak saat melihat winter mendekat kearahnya.

"Kenapa tidur disana" ucap Winter.

"Kau tahu alasannya" ucap Karina.

Winter memberikan isyarat pada Giselle untuk membawa Ningning pergi dari sana, dia akan mengajak Karina keluar.

"Kau lelah?" Ucap Winter.

Karina melihat Ningning yang sudah pergi itu merenggangkan otot tubuhnya yang pegal itu.

"Sangat lelah! Minggir, aku ingin tidur" ucap Karina.

Dia berjalan kearah tangga dan hendak naik keatas menuju kamar. Dia sangat kelelahan saat bermain dengan Ningning, dia seperti memiliki bayi besar saja.

"Jika kau lelah aku tidak akan jadi mengajakmu keluar" ucap Winter.

Langkah naik Karina terhenti mendengar itu, dia berbalik dan turun lagi kebawah lalu berlari kearah Winter.

"Keluar?" Ucap Karina dengan binar.

"Tidurlah, bukankah kau lelah? Lain kali saja keluarnya" ucap Winter.

Saat Winter akan pergi, Karina menarik tangannya dan menatapnya tajam tapi tiba-tiba tatapannya sangat lucu seperti anak anjing yang minta dipungut.

"Aku tidak lelah, jadi ayo keluar" ucap Karina.

"Baiklah, bersiaplah. Aku menunggumu disini" ucap Winter.

Tanpa pikir panjang Karina langsung berlari keatas dengan cepat untuk berganti pakaian.

Karina sangat senang karena pertama kalinya dia akan keluar setelah dikurung didalam sini selama beberapa hari!

.

.

.

TBC

WINTER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang