Bab 49

3.3K 313 7
                                    

Rencananya gagal total!

Malah dia yang hancur!

Sudah beberapa hari dia dirantai begini, seperti tahanan. Dia tidak bisa kemana-mana dan hanya duduk diam diatas kasur sepanjang hari.

Lalu masuk Winter, sepertinya wanita itu baru saja kembali bekerja. Karena hari sudah malam, biasanya Winter pulang bekerja jam begini.

"Kau sudah makan?" Ucap Winter.

"Belum" ucap Karina judes.

Winter yang hendak menyimpan jas kedalam lemari itu langsung berbalik kearah Karina setelah mendengar jika Karina belum makan.

"Ini sudah sore dan kau belum makan? Apa yang orang-orang itu lakukan saat aku tidak di rumah, mereka perlu diberi pelajaran" ucap Winter marah.

Eh!

"Hey! Kau mau kemana!" Teriak Karina.

"Mereka tidak bekerja dengan benar hingga kau belum makan seperti ini, aku akan menghukum mereka agar jera" ucap Winter.

Astaga, gawat!

"Kemari! Hey! Kembali, Winter!" Teriak Karina.

Winter yang sudah melangkah keluar itu langsung berhenti setelah Karina memanggil namanya, sudah sekian lama akhirnya Karina menyebut namanya.

"Kembali" ucap Karina.

Dia menurut dan mendekat kearah Karina yang menyuruhnya untuk duduk didepannya.

"Aku belum makan karena aku memang belum ingin, bukan mereka yang tidak menyajikan makanan. Bahkan mereka sudah mengganti beberapa piring karena makanan yang disajikan sudah dingin, jangan hukum mereka. Aku yang salah, bukan mereka" ucap Karina menjelaskan.

"Kenapa kau belum makan" ucap Winter.

"Kau pelupa atau memang tuli? Bukankah aku sudah bilang jika aku belum ingin makan tadi?" Ucap Karina.

Winter menghela nafasnya.
Dia berdiri lalu keluar dari kamar.

"Hey! Kau tidak akan menghukum mereka bukan?! Yakkkk!!!! Kau tidak mendengarkanku, dasar brengsek!!" Teriak Karina kesal.

Fine, ini bukan salahnya jika orang-orang itu dihukum atau bahkan dipecat oleh Winter. Dia sudah berusaha menjelaskan tapi wanita itu keras kepala, ini bukan salahnya kan?

Tak berapa lama kemudian, datang Winter dengan membawa troli makanan.

"Ini masih hangat, makan" ucap Winter.

"Mereka memasak lagi?" Ucap Karina

"Aku yang memasaknya" ucap Winter

Huh?
Wanita itu yang memasaknya?

Winter duduk dipinggir kasur dan memasangkan meja kecil diatas kasur hingga memudahkannya untuk menyimpan makanan disana.

Karina diam karena makanan dihadapannya terlihat begitu enak. Dilihat saja sudah membuatnya meneguk ludah, sepertinya enak?

"Kenapa diam saja? Makan itu" ucap Winter.

Masih gengsi, Karina hanya diam.

"Kau takut aku menambahkan sesuatu yang aneh pada makanan ini? Lihat ini, aku akan memakannya terlebih dahulu agar kau percaya" ucap Winter.

Winter memakan sesuap makanan yang dibuatnya itu lalu menelannya dihadapan Karina, dia tersenyum kecil melihat Karina yang terlihat ingin sekali mencicipi makanannya ini.

"Aku hanya akan mencicipinya saja" ucap Karina.

"Baiklah" ucap Winter.

Beberapa menit kemudian...

Semua makana dihadapan Karina ludes tak tersisa, membuat Winter terkekeh karena orang yang hanya ingin mencicipi saja itu menghabiskan semua makanan.

"Enak kah? Sampai habis tanpa sisa" ucap Winter.

"Biasa saja" ucap Karina.

"Biasa saja tapi habis" ucap Winter.

"CK, diamlah. Aku sudah makan kan?" Ucap Karina kesal.

"Ya ya" ucap Winter.

Setelah selesai membereskan piring serta lainnya, Winter masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang berkeringat karena memasak untuk Karina tadi.

"Aku akan memasak lagi untukmu besok" ucap Winter.

Karina tidak menjawab.

Winter kembali duduk disamping Karina dan memberikan sebuah handuk pada Karina.

"Kenapa kau memberikan itu padaku" ucap Karina.

"Keringkan rambutku" ucap Winter.

"Kau tidak punya tangan?" Ucap Karina.

"Anggaplah ini bayaran karena aku sudah memasak untukmu" ucap Winter.

Dengan kesal Karina menarik handuk itu dan mengeringkan rambut Winter disana.

"Biasanya kau selalu mengeringkan rambutku setiap aku selesai mandi, atau memakaikan skincare" ucap Winter.

"Aku?" Ucap Karina.

"Ya, kau" ucap Winter.

Dia tidak ingat jika dia melakukan itu.

"Ngomong-ngomong, siapa jelly?" Ucap Karina.

Winter yang sedang mengoceh sendiri itu langsung terdiam mendengar nama jelly. Membuat Karina bingung disana.

"Hey, aku bertanya padamu" ucap Karina.

"Jelly adalah putri kita yang sudah pergi" ucap Winter.

"Putri?" Ucap Karina.

"Bukankah aku sudah bilang jika kau pernah keguguran? Jelly adalah bayi yang ada didalam perutmu" ucap Winter.

Karina terkejut mendengar itu.
"Jadi, anak kecil di mimpiku waktu itu adalah bayiku yang sudah meninggal?" Ucap Karina.

Winter langsung duduk dan menatap Karina yang masih terkejut itu, dia memegang tangan Karina.

"Kau bertemu dengannya?" Ucap Winter.

"Ya, dia memanggilku mama" ucap Karina.

"Apakah dia memanggilku juga?" Ucap Winter.

"Aku tidak tahu, tapi dia memanggil seseorang Daddy" ucap Karina.

Winter tersenyum mendengar itu. Dia langsung memeluk Karina dengan erat, winter terus tersenyum disana.

"Lepaskan aku" ucap Karina.

Tak lama, terdengar suara ketukan pintu didepan.

"Winter! Buka!" Teriak Giselle.

"Mengganggu saja" ucap Winter.

Dia bangkit dan berjalan kearah pintu, dia membuka pintu dan melihat Giselle yang terengah-engah dengan mata berkaca-kaca.

"Ada apa denganmu? Apakah Ningning masuk rumah sakit lagi?" Ucap Winter.

"Bukan bodoh!" Ucap Giselle.

"Jelaskan dengan pelan-pelan! Aku tidak mengerti ucapanmu, sialan" ucap Winter.

Giselle memegang kedua bahu Winter lalu memegang bahunya dengan erat. Winter bisa melihat wajah Giselle begitu sedih.

"Ayahmu meninggal" ucap Giselle.

.

.

.

TBC

WINTER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang