BAB 57

3.5K 305 7
                                    

6 bulan kemudian...

Setengah tahun sudah berlalu setelah kejadian yang menyeramkan menurut Karina itu, ayah mertua dan kandungnya meninggal dalam waktu dekat.

Sungguh hari-hari yang buruk.

Ningning sudah melahirkan, bayinya adalah perempuan. Sangat cantik, sama seperti ibunya. Nama putri Ningning dan Giselle adalah Uchinaga Aeri Feodora, nama panggilannya adalah Aeri. Sedikit panjang bukan?

Yang membuat Karina sedih adalah, kenapa dia tak kunjung hamil kembali?

Padahal dia ingin sekali segera memiliki seorang anak bersama Winter, tapi sepertinya Tuhan masih belum memberikan itu kepada mereka.

Baik, Karina sabar.
Dia akan menunggu kembali.

"Kenapa dia sangat cantik, Ningning" ucap Karina gemas.

Dia sedang menggendong Aeri.
Ningning main ke mansion bersama bayi yang sudah berusia 3 bulan itu karena permintaan Karina.

"Tentu saja, lihat dulu ibunya" ucap Ningning sembari mengibaskan rambutnya.

Karina terkekeh melihat itu.
"Jangan makan makanan sembarangan, apalagi pedas. Ingat, kau sedang menyusui" ucap Karina.

"Aku tidak makan sembarangan, eonni" ucap Ningning.

"Lalu itu apa? Kau sedang memakan makanan pedas, Ningning" ucap Karina.

Ningning terkekeh sendiri disana.
"Ayolah, hanya sedikit. Lagipula sudah lama aku tidak memakannya, aku ingin memakannya walaupun sedikit" ucap Ningning.

"Sudah bukan? Buang makanan itu" ucap Karina pada maid.

"Eonni~" ucap Ningning protes.

"Sudah-sudah, ini Aeri. Susui dia" ucap Karina.

Karina memberikan Aeri pada Ningning, wanita itu naik keatas untuk menyusui Aeri. Gila jika Ningning menyusui Aeri disana, bisa-bisa Giselle langsung menendangnya.

Winter dan Giselle baru saja datang setelah Ningning masuk kedalam kamar, mereka baru saja menghadiri rapat mafia.

Entah apa pembahasannya.

"Kalian ingin makan?" Ucap Karina.

"Ya, aku sangat kelaparan karena si brengsek ini tidak membiarkanku makan sesuap disana" ucap Giselle.

"CK, berisik" ucap Winter.

"Kenapa kau seperti itu, Winter. Kasihan Giselle kelaparan seperti itu" ucap Karina.

Winter tidak mendengar dan duduk di sofa, Karina menghela nafasnya melihat itu.

"Makanan sudah siap di meja makan, langsung makan saja disana. Jika sudah, Ningning ada diatas bersama Aeri" ucap Karina.

"Baiklah, kau yang terbaik" ucap Giselle.

Karina duduk disamping Winter.
"Kau lelah?" Ucap Karina.

"Kau ingin jawaban jujur atau tidak?" Ucap Winter.

"Kau lelah" ucap Karina.

Winter mengangguk disana.
Setelah kematian Mikhail, banyak pihak yang ingin mengambil alih tapi Winter menolak karena bisa saja terjadi pemberontakan lainnya yang mungkin lebih besar dari Mikhail.

Untuk mencegah itu, para sesepuh di Dunia mafia ini berunding dan memutuskan untuk menyerahkan organisasi mafia milik Mikhail pada Winter, awalnya itu ditolak keras tapi setelah mendengar penjelasan jika harusnya Karina yang harus melanjutkan tapi Karina adalah istrinya jadi itu jatuh di tangannya.

Wilayah kekuasaan Winter menjadi lebih luas dan besar, menjadikannya mafia terbesar di Rusia.

Winter senang tapi bebannya bertambah.

"Bukankah Aeri sangat lucu?" Ucap Karina.

"Tentu saja, anak itu adalah bayi" ucap Winter.

"Aissh! Kau sungguh tidak peka" ucap Karina agak kesal.

Winter menatap Karina.
"Kau ingin bayi?" Ucap Winter.

Nah!!!

"Apakah kau ingin juga?" Ucap Karina.

"Tentu saja, kenapa harus ditanya lagi?" Ucap Winter.

Karina mulai memainkan jarinya, dia gugup sekarang dan Winter menyadarinya.

"Ada apa?" Ucap Winter.

Dia masih belum menjawab.

Winter menarik tangannya lalu naik keatas, ke kamar mereka. Winter mendudukkan Karina di sofa yang ada di balkon kamar mereka.

"Ada apa hm?" Ucap Winter lembut.

"Aku sangat ingin bayi tapi aku takut" ucap Karina.

Winter mengerutkan keningnya.
"Takut kenapa? Bukankah kau ingin?" Ucap Winter.

"Bukan itu, bagaimana jika aku memang tidak bisa hamil lagi?" Ucap Karina.

Setelah mengatakan itu, kepalanya lebih menunduk disana. Seakan menutupi wajahnya yang akan menangis itu.

Winter berlutut dihadapan Karina dan memegang tangan Karina, dia memegang dagu Karina agar menaikkan kepalannya.

"Sssttt, jangan menangis. Kenapa berbicara seperti itu hm? Belum saatnya saja, jangan berbicara seperti itu lagi. Ingat? Belum saatnya saja" ucap Winter.

"T-tapi ini sudah lama dan masih belum juga, kapan itu datang Winter?" Ucap Karina.

"Semuanya punya waktu masing-masing, Karina. Mungkin belum saatnya kita memiliki seorang anak bukan? Lagipula kau saja sudah cukup bagiku" ucap Winter.

"Itu tidak cukup! Harus ada anak yang melengkapi kita, Winter. Kenapa kau tidak mengerti " ucap Karina.

"Ya ya, aku mengerti tapi kau juga harus mengerti dan jangan bersedih lagi. Nanti saatnya akan tiba" ucap Winter.

Karina mengangguk mengerti.

Winter menghapus air mata Karina.
"Sudah, jangan menangis lagi. Wajahmu menjadi jelek jika menangis" ucap Winter.

Karina tertawa mendengar itu.
Winter juga ikut tertawa disana.

"Nah, sekarang sudah cantik lagi" ucap Winter.

Karina tersenyum kearah Winter lalu memeluk Winter yang sedang berlutut dihadapannya itu.

"Semoga saat itu datang dengan cepat" ucap Karina.

.

.

.

TBC

WINTER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang