Bab 43

3.3K 285 5
                                    

Winter dan Giselle baru saja sampai di gedung terbengkalai itu, saat turun mereka bisa melihat mobil milik winter yang sudah terparkir ditepian.

"Shit" ucap Winter.

Mereka berlari masuk dan langsung berpencar di gedung seluas itu untuk menemukan Karina dan Ningning.

"Kenapa mereka kemarin, dasar sialan" ucap Giselle.

Winter berjongkok dan melihat jejak ban mobil yang masih baru itu, dia menggepalkan tangannya.

Ada seseorang selain Karina dan Ningning disini.

"Bos, disini"

Mereka berdua naik keatas dengan cepat dan melihat beberapa orang yang sudah tewas tertembak dengan beberapa lainnya yang masih hidup.

Ada juga Ningning yang sudah tak sadarkan diri dengan berlumuran darah juga.

"Dimana Karina!" Ucap Winter.

Matanya melihat sebuah tong.
Winter mendekat dan melihat ada sebuah kepala yang terlihat dari kejauhan, jantungnya berdegup kencang saat melihat itu.

Jangan bilang...

Tapi bukan.

Itu bukan Karina.

"Kau bawa Ningning ke rumah sakit. Aku akan mengurus bajingan ini" ucap Winter.

Dia berjalan kearah salah satu orang yang masih hidup disana, Winter langsung menarik kerah baju pria itu dengan keras.

"Siapa orangnya" ucap Winter dingin.

Orang itu diam.

Winter menekan luka tembak di kaki serta perut pria itu dengan keras hingga orang itu berteriak kesakitan. Tapi Winter malah terus menekannya.

"A-aidan"

"Katakan dengan jelas brengsek" ucap Winter.

"Aidan"

Dia langsung menarik pistolnya lalu menembak pria itu hingga tewas.

"Cari pria bangsat itu, sampai ke gedung putih. Cari dia sampai ketemu, jika tidak kepala kalian yang akan aku tebas" ucap Winter.

.

.

.

Disisi lain...

Karina terbangun disebuah ruangan, kamar lebih tepatnya. Tempat yang sangat asing baginya, ini bukan mansion Winter.

"Sudah bangun, cantik?" Ucap Aidan.

Mata Karina menatap pria itu.

"Kau..." Ucap Karina pelan.

"Winter memiliki wanita yang cantik, pantas saja dia menjagamu dengan sebegitunya" ucap Aidan.

Aidan mendekat kearah Karina dan duduk disamping Karina yang sedang terbaring diatas kasur. Tangan laknat itu mulai meraba-raba tubuhnya dengan sangat pelan.

Karina membulatkan matanya.

"Jangan menyentuhku!!!!" Teriak Karina marah.

"Kau menjadi lebih cantik saat sedang marah seperti ini, akan sangat sia-sia jika aku tidak mencicipimu" ucap Aidan.

Brengsek!

Tangan itu memegang payudaranya!!!

Karina memberontak dengan memukul wajah pria itu lumayan keras hingga berdarah.

"Dasar jalang sialan" ucap Aidan.

Pria itu menindih tubuhnya dengan cepat hingga pergerakannya dikunci, membuat Karina tidak bisa bergerak.

Aidan memegang dagu Karina, wajahnya mulai mendekat lalu mencium bibir Karina.

Sialan, bajingan sialan.

Bibirnya dilumat dengan paksa.

Karina langsung mengigit bibir Aidan hingga berdarah, membuat pria itu semakin marah dan memukul wajah Karina beberapa kali hingga wajahnya menjadi lebam dan terluka.

"Nikmati saja, akan nikmat. Sama saat kau melakukannya dengan wanita sialan itu" ucap Aidan.

Celananya diturunkan dan dia bisa merasakan jika ada sesuatu yang menyentuh vaginanya dibawah sana.

Tidak...

Tidak!!!!!!!!

Karina lebih memberontak dengan keras dibawah sana, dia menendang hingga meninju penis Aidan yang sudah keras itu.

Aidan langsung merintih kesakitan.

Melihat kesempatan, dia langsung berdiri dan membenarkan celananya. Dia mencari sesuatu yang bisa dijadikan sebagai senjata.

Dan ada, sebuah pena.

"Jangan mendekat!" Teriak Karina.

"Dasar menyebalkan, jalang sialan" ucap Aidan.

Aidan menarik tangan Karina dan mencoba menidurkannya diatas kasur lagi, tapi dia terus memberontak karena dia tahu jika dia akan diperkosa jika sudah berbaring diatas kasur.

Karena kesal, Aidan langsung membawa vas bunga yang lumayan besar lalu menghantamkannya pada kepala Karina hingga berdarah.

Karina langsung pusing.
Kepalanya berpura-pura dengan hebatnya, dia tidak bisa menahan rasa sakit ini.

Sangat sakit sekali.

Dia langsung pingsan disana.

"Aku sudah tidak bergairah untuk mencicipi tubuhmu yang indah ini, Arg sialan" ucap Aidan.

Pria itu memakai kembali celananya dan duduk di sofa sembari menelpon seseorang. Matanya terus menatap Karina yang pingsan dengan kepala bocor.

"Siapkan pesawatnya, besok aku akan pergi dari Rusia" ucap Aidan.

Setelah itu Aidan berjalan kearah Karina dan berjongkok sembari memegang rambut lembut Karina.

"Aku akan menyiksa Winter dengan ini. Kelemahannya adalah istrinya. Aku akan membawamu pergi darinya, sangat jauh hingga Winter akan gila. Itulah cara melumpuhkan orang itu" ucap Aidan.

.

.

.

TBC

WINTER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang