Sembilan

102 7 0
                                    

Hari Senin pun tiba. Hari dimana Ryujin berharap masalah kesalahpahaman Hyunsuk dan Taeyong selesai.

Ia berangkat seperti biasa, menoleh ke sana kemari menunggu Hyunsuk datang. Semalaman ia berfikir jika ia tidak bersalah dan Hyunsuk yang terlalu berlebihan. Ya, Ryujin berusaha untuk tidak menyalahkan dirinya sendiri.

Tak lama orang yang ditunggu pun datang. Hyunsuk datang dengan pakaian rapih namun tidak dengan wajahnya. Wajah yang biasanya segar itu kini terlihat sayu dengan mata merah, wajahnya terlihat sangat lelah dan frustasi. Ryujin ingin menyapa namun ia urungkan saat Hyunsuk mengabaikannya dan melewatinya. Semarah itukah Hyunsuk?

Taeyong yang melihat itu menghela nafas lalu menyusul Hyunsuk. 

" Tenang aja, jangan sedih " ucap Taeyong seraya menepuk pundak Ryujin sebelum menyusul Hyunsuk. Ryujin mengangguk.

Jam 10 pagi saat aktivitas masih berlanjut, Hyunsuk sudah duduk dan mengobrol dengan teman-teman yang lain kecuali Alen tentunya. Hyunsuk sekarang sangat banyak bicara dan yang dibicarakan masalah patah hati. Hal itu tentu membuat Yoan dan Celin saling pandang karena bingung. Mereka juga merasa bosan karena Hyunsuk terus mengatakan patah hati.

" Kamu lagi patah hati ya? " Tanya Celin. Hyunsuk menatap Celin sebentar lalu mengangguk.

" Patah hati punya ku diambil orang, aarrgghhh " ucapnya yang berakhir ia mengacak rambutnya frustasi.

Alen yang mendengar itu hanya diam dan berusaha terlihat fokus pada pekerjaannya walaupun aslinya ia fokus mendengarkan Hyunsuk.

" Ryujin diambil siapa emang? " Tanya Celin lagi.

Diam sejenak lalu Hyunsuk melirik tajam Taeyong yang menghampiri Alen.

" Yang jelas temen kalian yang baru nikah tapi sering ngedeketin Ryujin " ucap Hyunsuk yang membuat Celin dan Yoan kompak menatap Taeyong.

Yang ditatap pun mendecak, " udah berapa kali gue bilang kalo gue ngga ada niat ngerebut Ryujin dari Lo, suk "

" Halah, mana ada maling mau ngaku " ucap Hyunsuk.

" Tolong lah, Lo jangan terlalu negatif thinking Mulu. Gue emang playboy, tapi gue sadar diri gue udah punya istri dan Ryujin udah gue anggep adek sendiri " ucap Taeyong. Tadi pagi ia sudah menjelaskan semuanya kepada Hyunsuk, namun laki-laki itu terus menyangkal dan membuat seolah-olah dialah yang paling tersakiti. Taeyong tentu harus sabar menghadapi anak kecil seperti Hyunsuk.

" Lo pikir laki-laki mana yang ngga cemburu liat ceweknya jalan sama laki-laki lain hah?! " Bentak Hyunsuk yang sudah emosi dari tadi.

Taeyong menghela nafas lelah. Jika difikir-fikir ia salah tidak sih? Mengajak keluar Ryujin dengan niat meminta tolong kepada perempuan itu. Lagi pula Ryujin dalam posisi bebas disini. Ia tidak punya pacar. Hyunsuk? Ryujin hanya dekat dengan laki-laki itu. Memang benar harus saling menjaga perasaan, tapi Ryujin sudah mengatakan kepada Hyunsuk lebih dulu jika ia akan pergi membantu Taeyong. Itu artinya Ryujin menghargai Hyunsuk sebagai laki-laki spesial di hatinya.

" Sekarang aku tanya sama kamu "

Semua perhatian kini tertuju pada Ryujin yang datang dari arah kantor. Gadis itu rupanya sudah mendengarkan percakapan teman-temannya dari tadi.

" Kalo kamu ngerasa cemburu, ngerasa ngga suka, ngerasa ngga rela ngeliat aku keluar sama cowok lain kenapa kamu ngga ngelarang? " Tanya Ryujin. Ia juga sedikit emosi.

Semuanya diam begitupun Hyunsuk. Ia hanya menatap ke depan dengan raut wajah menahan emosi.

" Kalo kamu ngelarang aku keluar aku ngga bakal keluar. Aku serius " lanjut Ryujin.

" Lagipula aku keluar sama kak Taeyong karena aku pengin bantuin dia ambil kue di rumah kak Alen apa salahnya? Aku bilang ke kamu, udah. Aku ngajak kamu juga udah tapi kamu ngga mau "

" Aku ngga ngelarang karena aku ngga mau terlalu ngekang kamu " ucap Hyunsuk yang kini sudah berdiri berhadapan dengan Ryujin.

" Ngga mau terlalu ngekang tapi berakhir kaya gini?! Kamu marah-marah karena salah paham dan dijelasin ngga mau ngerti?! Kamu kekeh sama pikiran negatif kamu sendiri sampe ngga mau menerima penjelasan orang lain! Kamu terlalu keras kepala! "

" Jangan dikira cuma kamu yang ngerasain sakit. Aku, aku juga sakit ngeliat kamu kaya gini. Aku bingung kak Hyunsuk aku bingung. Kamu maunya apa? Kamu ngga mikirin yang lain? Mereka, kak Alen sama kak taeyong juga sakit hati karena omongan kasar kamu "

Hyunsuk mendecak, " jangan pada playing victim deh "

Ryujin menatap Hyunsuk tak percaya. " Siapa yang playing victim? "

Suasana menjadi semakin tegang. Diantara 6 orang yang berada di sana hanya Ryujin dan Hyunsuk yang mengeluarkan suara dengan volume yang lumayan keras.

" Kalian semua playing victim tau ngga?! Udahlah, salah mah salah aja ngga usah ngelak. Terserah kamu mau pergi sama siapapun aku ngga akan ngelarang " setelah mengatakan itu Hyunsuk pergi.

" Ini ada apa sih? " Tanya soobin yang mendengar keributan dari tadi. Namun, ia tidak mendapatkan jawaban apapun. Semuanya diam. Yoan dan Celin saling lempar pandang, Alen dan taeyong pun sama sedangkan Ryujin, ia terus menatap ke arah perginya Hyunsuk dengan dada yang terasa nyeri. Bukan, bukan karena Hyunsuk marah kepadanya, namun karena Alen dan taeyong yang sudah merasakan sakit hati karena Hyunsuk. Laki-laki itu sudah memaki-maki keduanya dengan kata-kata kasar. Sangat tidak sopan mengingat Hyunsuk jauh lebih muda dari mereka. Akhirnya Ryujin menjadi menyalahkan diri sendiri. Jika saja ia tidak datang ke kota ini dan tidak melamar pekerjaan disini, ini semua tidak akan terjadi. Ini semua karenanya, ya, sejak saat itu Ryujin terus menyalahkan diri sendiri.






















Terimakasih sudah membaca, jangan lupa vote dan komennya🤗



HTS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang