sebelas

101 7 0
                                    


Masalah belum selesai.

Ya, belum selesai justru malah bertambah runyam. Hyunsuk lah yang membuatnya runyam. Ia terlalu terbawa emosi dan emosinya tidak bisa di kontrol. Semua tau jika Hyunsuk orang yang emosional namun mereka tidak menyangka akan se emosional ini.

Setelah pekerjaan Hyunsuk longgar, seperti biasa ia menghampiri Yoan dan Celin untuk mengobrol dan bercanda. Selalu seperti itu. Dulu, sebelum kejadian Hyunsuk cemburu, jika Hyunsuk sedang longgar yang dihampiri pasti Ryujin. Namun sekarang, Hyunsuk tak lagi melakukan itu seolah Ryujin tidak ada. Menyapa pun sangat jarang. Ryujin merasa ada sesuatu yang hilang dan itu membuatnya merasa sesak luar biasa.

Nyesek.

Bayangkan saja, Ryujin sudah menyayangi Hyunsuk lalu tiba-tiba Hyunsuk marah sampai mengabaikannya seolah ia tidak ada. Rasanya, duhhhh susah dijelaskan. Apalagi sindiran dari Hyunsuk terus-terusan ia dapatkan.

Ryujin merasa sangat bersalah. Ia merasa semua ini terjadi karenanya.

Alen dan taeyong pun seolah sudah tidak bisa apa-apa lagi.

" Biarin deh Hyunsuk mau ngelakuin apa terserah dia. Susah ngomong sama orang emosian " ucap Jihoon beberapa waktu yang lalu.

Sudah hampir melewati Minggu kedua belum ada tanda-tanda keadaan akan kembali tentram seperti semula. Ini sangat membebani Ryujin. Ia juga khawatir akan akhir hubungannya dengan Hyunsuk. Walaupun belum ada ikatan apapun namun yang namanya sudah dekat dan ada kejadian seperti ini pasti akan berpengaruh terhadap hubungan keduanya. Sekarang saja sudah renggang, bagaimana nanti?

Tak sadar Ryujin melamun setengah jam sampai melupakan pekerjaannya. Diam-diam Hyunsuk memperhatikan Ryujin yang melamun. Ada rasa bersalah dihatinya melihat Ryujin seperti itu, tidak bersemangat dan seceria dulu semenjak ia marah. Namun apa boleh buat, ia sangat cemburu dan emosi. Biarlah dari kejadian itu Ryujin belajar untuk lebih menghargai perasaan orang yang menyukainya.

Saat waktu istirahat Hyunsuk tidak tahan melihat Ryujin banyak melamun. Ia merasa dadanya sesak melihat Ryujin sedih. Akhirnya ia mengesampingkan egonya dan menghampiri Ryujin. Ia mengusap kepala Ryujin lembut, sama seperti dulu lagi. Ia duduk di belakang Ryujin, yang posisi kursinya lebih tinggi dari yang sedang Ryujin duduki.

" Jangan ngelamun. Setan masuk ngga pake permisi " ucap Hyunsuk. Ia sedikit memajukan tubuhnya untuk melihat wajah Ryujin yang dari tadi tetap diam dan menampakkan kesedihan. Melihat itu hati Hyunsuk terasa tercubit. Ia mengusap pipi kanan Ryujin pelan, " kenapa sedih gitu? Aku udah ngga marah sama kamu kok " ucapnya lembut, sangat lembut.

" Udah ngga marah tapi kenapa nyindir terus? Kamu pikir ngga sakit apa disindir-sindir kaya gitu?! " batin Ryujin. Entah mengapa ia tidak bisa melayangkan protes itu kepada Hyunsuk.

" Ngga papa " dan akhirnya hanya itu yang bisa Ryujin ucapkan.

" Kalo ngga papa ngapain ngelamun? " Tanya Hyunsuk yang lagi-lagi dengan nada lembut.

Ryujin diam tidak menjawab.

" Senyum dong. Cemberut gitu nanti cantiknya ilang " ucap Hyunsuk. Mau tidak mau Ryujin menampilkan senyum walau tipis. Padahal ia sama sekali tidak minat untuk tersenyum.

Hyunsuk tertawa kecil lalu mencubit pipi Ryujin gemas. Ia kemudian sedikit merengkuh tubuh Ryujin dari belakang dan menumpukan kepalanya di bahu kanan Ryujin.

" Aku kangen kamu. Banget " ucap Hyunsuk seraya memejamkan mata. Ia berkata jujur, hampir dua Minggu ia mendiamkan orang yang ia suka ternyata menyakitkan apalagi sampai membuat Ryujin bersedih seperti ini. Ia melakukan itu sebenarnya agar menyembunyikan kesedihannya dari semua orang. Jika dibelakang ia sangat ingin menangis. Entah karena ia sudah begitu mencintai Ryujin atau bagaimana. Tapi cara ia menyembunyikan rasa sedihnya tentu salah.

" Maaf udah ngediemin kamu, maaf udah marah sama kamu, maaf aku ngga bisa kontrol emosi. Aku ngga suka liat kamu kaya gini, jadi, balik ke Ryujin yang ceria kaya dulu ya? " Ucap Hyunsuk lirih seperti bisikan karena ia mengucapkan itu tepat disamping telinga Ryujin.

" Aku minta maaf kalo aku ada salah sama kamu " ucap Ryujin. Ia sedikit mengangkat kepalanya saat merasa air matanya ingin turun.

" Dimaafin " ucap Hyunsuk.

" Udah jangan sedih gitu ah, jelek banget muka kamu " lanjutnya.

Ryujin mendengus, ia menoleh menatap Hyunsuk. Posisi mereka sangat dekat sekarang.

" Jelek-jelek gini kamu suka " ucap Ryujin nyolot.

" Iya, aku udah sukaaa banget sama cewek jelek di depan aku ini. Udah jelek, galak, cerewet lagi. Paket komplit lah pokoknya ".

Mendengar itu Ryujin memukul lengan Hyunsuk, alisnya sudah menukik tajam pertanda ia kesal, " kok malah ngata-ngatain aku sih?! "

Hyunsuk tertawa kecil, Ryujin galaknya sudah kembali.

" Bercanda, sayang "

Ryujin membeku. Ini pertama kalinya ia mendengar Hyunsuk memanggilnya sayang.

Aaaa Ryujin terbang.

Hyunsuk semakin mengeratkan rengkuhannya, " I love you " bisiknya seraya memejamkan mata, menikmati moment ini. Berbeda dengan Ryujin yang kini membatu ditempat. Ia tidak bisa bergerak bahkan menjawab Hyunsuk saja tidak bisa walaupun ia ingin.








Keuwuan dimulai lagi, mwehehehehehe....

Terimakasih sudah membaca🤗




HTS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang