dua puluh empat

85 11 0
                                    

Satu Minggu terlewati, Ryujin benar-benar sudah merasa biasa saja. Ia sudah melupakan rasa kecewanya kepada Hyunsuk. Biar lah Hyunsuk ingin bersikap seperti apa, Ryujin sudah tidak perduli lagi.

Sekarang yang ia harus lakukan adalah fokus bekerja. Ingat, niatnya datang kemari jauh-jauh dari kotanya adalah untuk bekerja. Sudah cukup waktu berbulan-bulannya terbuang hanya untuk memikirkan hal tidak berguna.

Nanti juga ia akan mendapatkan seseorang yang lebih baik dari Hyunsuk. Tapi jika ada orang baru datang, ia takut akan mengalami hal yang sama.

Ryujin mengambil bolpoin yang tidak sengaja ia jatuhkan di dekat pintu masuk. Baru saja ia kembali berdiri, didepannya ada Hyunsuk yang menatapnya.

Ryujin diam, ia bingung.

" Kenapa? " Akhirnya Ryujin bertanya.

" Minggir, gue mau lewat "

Ryujin sempat tercekat namun ia langsung sadar dan menggeser tubuhnya. Hyunsuk sekarang sangat berbeda.

Ryujin menghembuskan nafasnya lalu masuk ke dalam kantor.

Ryujin duduk termenung di dalam kantor. Kerjaannya sedang longgar dan Lora sedang dinas ke luar kota 3 hari. Ia menatap foto yang terpajang di dalam kantor dimana foto itu adalah foto bersama karyawan Lora. Tatapannya mengarah kepada Jihoon. Laki-laki itu sudah resign 2 hari yang lalu dan kini sudah berada di Tokyo. Jujur, ia merasa sangat kehilangan seorang teman karena Jihoon pergi. Padahal pertemanan mereka tidak putus, namun yang namanya berpisah dengan jarak yang jauh rasanya tetap kehilangan.

" Ryujin " panggil Alen yang masuk ke dalam kantor.

" Kenapa kak? "

" Numpang ngadem hehehe "

" Oh, silahkan "

Alen sesekali melirik Ryujin yang tengah menulis random. Biasa, untuk mengisi waktu luang.

Ia ingin sekali Hyunsuk di keluarkan dari perusahaan. Selama Ryujin di kantor, jelas ia sama sekali tidak mengetahui keadaan di lapangan. Setelah kejadian Hyunsuk yang emosi karena cemburu itu, suasana kerja tak lagi sama seperti dulu. Semua orang sering di buat kesal oleh Hyunsuk. Lagipula absensi Hyunsuk pun jelek. Ia sering membolos. Mungkin tinggal menunggu waktu untuk di keluarkan.




Sepulang kerja, Ryujin dan Fika memutuskan untuk berjalan-jalan ke kota. Sekali-kali mereka mencoba pulang malam walau semalam-malamnya jam malam mereka adalah jam 9.

Sesampainya di kota, Ryujin langsung melihat banyaknya penjual makanan disini. Itu sangat menggiurkan mengingat ia jugaa belum makan malam.

Setelah memesan makanan, mereka duduk di kursi yang sudah di sediakan. Makanannya enak-enak dan harganya pun murah. Sangat pas dikantong anak kos.

" Hyunsuk Hyunsuk " Fika menyenggol lengan Ryujin seraya berbisik lalu ia menggerakkan matanya menatap Hyunsuk yang tengah berjalan bersama Felly.

Ryujin menghela nafas. Bodoamat, tapi mengganggu nafsu makannya.

" Aman-aman, kayaknya ngga liat kita. Habisin makannya dulu " ucap Fika.

Hyunsuk dan Felly duduk tidak jauh dari meja mereka. Namun sepertinya Hyunsuk maupun Felly tidak sadar bahwa di dekat mejanya ada Ryujin dan Fika.

Mereka asik berpacaran dengan Hyunsuk yang sering mengusap kepala Felly, sesekali tertawa bersama, bergandengan tangan walaupun tidak sedang menyebrang jalan:)

Romantis bukan?

Fika memasang muka julid, " liat aja, hubungan mereka ngga bakal bertahan lama "

Oke, Ryujin benar-benar bersikap bodoamat sekarang. Hanya saja ia masih tidak menyangka bahwa ia akan mengalami hal semacam ini. Ditinggal pas lagi sayang-sayangnya ges.

HTS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang