dua puluh tiga

93 13 4
                                    

Ryujin berjalan sendirian menuju gerbang setelah sudah terlambat 10 menit jam pulang. Teman-temannya jelas sudah pulang lebih dulu. Tadi ia bertemu Sehun dan diajak mengobrol sebentar.

Tidak, Sehun tidak mengajak jalan.

Kalian jangan ngarep:)

Sehun hanya bertanya mengenai pekerjaan. Sudah itu saja karena ia juga sedang sibuk lembur.

Karyawan pulang, atasan lembur. Mantap.

" Ryujin "

Yang dipanggil menoleh kebelakang.

" Kak Celin? Kok baru pulang? " Tanya Ryujin setelah melihat Celin berjalan mendekatinya.

" Mampir kantin dulu beli ayam goreng " jawab Celin.

" Kamu sendiri dari mana? Tadi Bu Lora nyariin kamu terus dikira udah pulang duluan " ucap Celin.

Ryujin menggaruk kepalanya. Mana mungkin ia berani pulang duluan.

" Tadi ada keperluan sama pak Sehun "

" Owh gitu "

Ryujin mengangguk. Kemudian keduanya berjalan dengan keadaan hening sampai Celin kembali membuka suara.

" Hyunsuk udah jadian sama Felly ya? " Tanya Celin. Sebenarnya ia sudah tau tapi ia ingin mengetahui kalau Ryujin tau apa tidak.

" Iya...mungkin? "

" Udah Ryu, ikhlasin aja ya? Pasti nanti kamu bakal dapet yang lebih dari dia " Celin mengelus pundak Ryujin. Ia sedih melihat Ryujin tersakiti. Tau sendiri seberapa dekatnya Ryujin dan Hyunsuk. Tapi tiba-tiba menjadi seperti ini? Kejadian yang tak terduga sama sekali.

" Iya kak. Udah ikhlas kok " ucap Ryujin seraya tersenyum.

Sebenarnya ia tak tau sudah ikhlas apa belum.

" Denger-denger, dia mau kerja di luar negeri? "

Ryujin menoleh. Ia sudah jarang berkomunikasi dengan Hyunsuk. Ia tak tau jika Hyunsuk akan pergi jauh.

" Luar negeri? Kemana? "

" Ke Paris katanya. Mau nerusin bisnis papanya "

Ryujin mengangguk-angguk. Syukurlah kalo begitu.

" Berangkat kapan? "

Celin mengendikkan bahu tanda tak tahu.

" Semoga sukses " ucap Ryujin. Celin terkekeh lalu mencubit pipi Ryujin gemas.

" Udah di sakitin masih aja baik "

" Ya masa Berubah jadi jahat? kan ngga mungkin " Ryujin mengusap-usap pipinya yang terasa kebas.

Disisi lain, Hyunsuk tengah menghisap rokoknya di balkon kamarnya. Sebentar lagi senja. Ia ingin melihat senja.

" Anak kurang ajar itu mana bisa nerusin bisnis keluarga, mah "

Terdengar suara papa Hyunsuk yang menggema sampai terdengar oleh Hyunsuk.

" Tapi Hyunsuk anak kita satu-satunya. Dia pasti bisa " suara istrinya tetap lembut walaupun baru dibentak suaminya.

" Aku belum percaya sama Hyunsuk! "

Istrinya diam.

" Aku bakal serahin semua bisnis ku buat Hyunsuk tapi nanti, kalo Hyunsuk udah siap. Dan sekarang, belum waktunya "

Hyunsuk tersenyum miris. Ia memang belum siap. Ia sadar diri.

Sikapnya masih kekanak-kanakan. Entah kapan akan berubah. Rasanya masih sangat sulit. Ia masih mudah terjebak oleh sikap emosi yang meledak-ledak.

HTS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang