tiga puluh

81 8 0
                                    

Ryujin duduk lesehan di atas karpet setelah selesai makan siang. Yang lainnya entah pergi kemana dijam istirahat seperti ini. Tidak biasanya mereka keluar gedung.

Junkyu masuk lalu ikut duduk di samping ryujin. Ia meletakkan minuman botol di samping ryujin. Ia melihat bestienya itu diam saja terlihat tidak semangat. Ia tau Ryujin pasti lelah. Tanpa berfikir panjang ia memijit kaki Ryujin pelan membuat Ryujin termangu di tempat, menatap junkyu. Ia tak percaya dengan apa yang ia lihat dan ia rasakan. Junkyu memijat kakinya?

Ryujin belum mengatakan apapun. Ia menatap junkyu dengan ekspresi bingung.

" Cape ya? " Tanya junkyu.

Ryujin menggeleng kaku, " engga kok "

Jawaban Ryujin tidak membuat junkyu berhenti memijat kaki Ryujin. Ia terus melakukannya dengan satu tangannya sedangkan tangan yang lain bermain ponsel.

" Ngga usah Jun, aku ngga cape kok " ucap Ryujin karena merasa tak enak hati.

" Ssttt diem "

Ryujin pun diam dan membiarkan junkyu memijat kakinya. Ryujin benar-benar tidak pernah menyangka akan diperlakukan seperti ini. Junkyu sangat perhatian.

" Makasih " ucap Ryujin.

Junkyu menghentikan aktifitasnya dari ponsel lalu menatap Ryujin dengan tersenyum.

" Sama-samaa "

Ryujin mengambil satu botol minuman yang junkyu bawa tadi berniat ingin membukanya namun dengan cepat junkyu mengambil botol itu lalu membukanya kemudian memberikannya kepada Ryujin.

Lagi-lagi Ryujin dibuat terdiam. Junkyu makin hari makin perhatian woi!

" Makasih " hanya itu yang Ryujin ucapkan saat menerima botol itu.

Junkyu mengangguk.

" Nanti pulang bareng ya " ucap Junkyu.

Ryujin mengiyakan. Lagipula ia sedang malas berjalan di tepi jalan raya, sendirian pula.

Selagi junkyu memijat kaki Ryujin, Ryujin melirik-lirik ke arah layar ponsel junkyu. Ia ingin lihat dengan siapa junkyu berkirim pesan. Ternyata dengan teman-teman tongkrongannya.

Tak ada angin tak ada hujan, ia tiba-tiba terfikir apakah junkyu sudah memiliki kekasih? Logikanya tak mungkin manusia setampan dan seperhatian junkyu belum memiliki kekasih. Tapi semoga saja belum–eh?

Apanih?

Kok jadi berharap?

Ryujin menggelengkan kepalanya membuat junkyu menoleh.

" Kenapa? "

" E-engga papa " ucap Ryujin terbata.

Ryujin meringis kecil lalu memukul pelan kepalanya.

***

Ryujin menatap Lora yang terlihat sangat pusing karena baru saja mendapatkan komplain dari salah satu customer perusahaan. Tak lama telepon kantor berdering. Lora mengangkatnya dan berbincang sebentar lalu ia izin untuk ke kantor pusat.

Ryujin melanjutkan pekerjaannya lalu berhenti saat junkyu memasuki kantor.

" Bu Lora mana? " Tanya junkyu.

" Ke kantor depan. Ada apa? "

Junkyu menggeleng, " ngga papa "

Junkyu menggeret kursi agar berada di sebelah Ryujin lalu mendudukinya. Ia mengambil ponsel lalu memainkannya. Ia membiarkan Ryujin berkutat dengan bolpoin dan kertasnya. Lagipula pekerjaannya sudah selesai. Ia diam-diam mengarahkan kamera ke arah Ryujin lalu tersenyum simpul setelah mendapat foto Ryujin di layar ponsel nya.

Ryujin sadar dirinya habis di foto tapi ia tak menghiraukannya. Biarkan saja.

Ryujin menatap junkyu, " kerjaan udah selesai kok ngelamun? "

" Sibuk mikirin sesuatu "

" Mikirin apaan. Masih tanggal muda perasaan "

" Sibuk mikirin Ryujin "

Ryujin menghela nafas, " hati-hati sama omongan sendiri. Kalo bercanda jangan bawa-bawa perasaan " ucapnya karena ia tak mau jika junkyu hanya bercanda tapi dilakukan terus menerus.

Junkyu terkekeh.

Noh kan bercanda.

" Ryujin, komplainnya di cancel, yey " ucap Lora girang seraya memasuki kantor.

" Eh, ada junkyu. Lagi ngapain disini? " Tanya Lora. Sebenarnya ia tak terkejut mendapati karyawannya berada di dalam kantor karena ia membebaskan mereka memasuki kantor.

" Biasa Bu, ngadem " seraya melirik AC.

" Heleh, mau ngadem, apa mau ngapelin Ryujin? "

" Dua-duanya "

Ryujin menyenggol lengan junkyu, " kerja sana "

" Apa yang mau di kerjain, orang kerjaan aku udah selesai, cantik "

Pipi Ryujin memanas tolong. Ia menatap Lora kikuk sedangkan yang ditatap menepuk jidatnya melihat kelakuan anak jaman sekarang.

" Permisi bu " ucap Celin seraya memasuki kantor. Ia menyerahkan kertas yang diminta Lora.

" Wah, makasih ya Celin "

" Iya Bu, sama-sama. Saya boleh ngadem disini sebentar ya Bu. Cuaca lagi panas banget " ucap Celin.

" Iya ngga papa, silahkan. Lagian kerjaan kalian lagi pada longgar semua kan? "

Celin mengangguk, " dari depan katanya ada masalah, jadi berhenti sebentar "

Lora mengangguk membenarkan ucapan Celin.

Celin beralih menatap junkyu, " nih anak satu dari tadi dicariin ternyata disini "

" Awas ya macem-macem ke Ryujin " Celin memberi peringatan.

" Ngga akan lah kak " ucap Junkyu.

Celin mengatakan hal itu karena ia mengkhawatirkan sesuatu. Ia tau junkyu, ia sudah mengenalnya karena anak itu sering bercerita banyak hal.

" Terus gimana nih? Suka Ryujin beneran? " Tanya Lora kepo.

Junkyu menahan senyum lalu memalingkan wajah. Hal itu sontak membuat Lora dan Celin heboh.

Jantung Ryujin berdebar kencang. Ia menatap junkyu yang tengah memunggunginya.

" Kalo suka kenapa ngga ditembak? " Goda Celin yang terdengar menyindir.

Dengan menguatkan tekad, junkyu berbalik menatap Ryujin, " tunggu waktu yang tepat ya, Ryujin " ucapnya. Ia mengusap kepala Ryujin dan langsung pergi keluar kantor sampai lupa tidak berpamitan dengan Lora dan Celin saking malunya.

Sedangkan di dalam kantor Ryujin sibuk di goda oleh Lora dan Celin.

" Duh, adik kecil kita bakalan ngga ngejomblo lagi nih " ucap Celin.

Ryujin menutup wajahnya malu. Jantungnya berdebar hebat.








HTS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang