dua puluh enam

76 9 2
                                    

Satu Minggu setelah Ryujin bertemu Hyunsuk dan Felly di kota, sikap Hyunsuk seakan canggung dan sungkan jika sedang berduaan dengan Felly di depan Ryujin.

Namun sudah tiga hari ini Hyunsuk tidak masuk kerja tanpa keterangan. Entah kemana orangnya Ryujin tidak tahu.

Ryujin tersadar dari diamnya saat Lora meletakkan sekotak donat di meja Ryujin.

" Dimakan " ucap Lora.

Ryujin tersenyum, " terimakasih Bu "

Lora mengangguk. Ia membuka ponselnya dan mengetik sesuatu dan tak lama kemudian ia meletakkan ponselnya di meja.

Ryujin memakan donatnya seraya membolak-balikkan kertas yang berisi pekerjaannya. Sebenernya sudah selesai. Ia hanya mengeceknya kembali, takut ada yang salah.

" Selamat siang Bu Lora " Irene dan Sehun masuk ke dalam kantor seraya menyapa Lora dengan ramah.

" Selamat siang pak Sehun, Bu Irene. Silahkan duduk " ucap Lora mempersilahkan tamunya yang sudah ia tunggu dari tadi.

Sehun duduk lalu menoleh ke arah Ryujin. Ia menaik turunkan alisnya dengan senyuman lebar lalu ia kembali menatap Lora.

" Rencana mau nambah karyawan lagi? " Tanya Irene.

" Iya, buat ganti karyawan yang keluar " jawab Lora.

Apa karyawan yang keluar itu Hyunsuk? Mengingat anak itu sudah lama tidak berangkat tanpa keterangan. Tapi jika iya, mengapa ia tidak pamit kepada yang lain saat ingin resign?

Irene menatap Sehun, " gimana hun, kira-kira bisa cepet dapet gantinya ngga? "

" Ya bisa sih, tapi ngga bisa janji ada loh ya " ucap Sehun. Ia tidak berani menjanjikan mendapatkan pengganti secepat itu.

" Iya ngga papa yang penting ada gantinya "

" Lagian kenapa sih tuh anak? Disenggol dikit langsung mental " ucap Sehun menggeleng-gelengkan kepala mengingat karyawan yang baru saja keluar itu.

" Ya Lo nyenggolnya gimana? "

" Gue bilang, kalo niat kerja ya kerja yang bener, jangan asal asalan. Wajar kan kalo atasan ngomong kaya gitu ke karyawannya? " Ucap Sehun.

" Wajar sih "

Lora menghela nafasnya, " emang anaknya begitu pak. Gimana ya, dia kan berasal dari keluarga berada, karena udah kebanyakan duit, kerja kadang seenaknya. Masuk ngga masuk terserah dia, uang dia udah banyak " ucap Lora.

Sehun menyenderkan tubuhnya, " kayaan juga gue. Tapi gue tetep kerja "

" Kayaan Suho kata gue mah "

Sehun melotot, " Lo ngebandingin gue sama Suho ya jelas kalah lah. Remahan rengginang gue yang ada "

Irene terkekeh, " yaudah Bu Lora, ditunggu aja penggantinya "

" Siap Bu Irene " ucap Lora.

Irene menepuk pundak Sehun, " ayo balik "

" Bentar napa sih, baru juga semenit disini. Masih kangen gue sama Ryujin " Sehun menatap Ryujin lalu mengedipkan satu matanya genit.

" Kek om-om pedo Lo sumpah. Yang ada Ryujin takut sama Lo. Udah buruan balik udah ditunggu Cahyo " Irene menarik-narik Sehun.

" Kami permisi Bu Lora "

" Iya silahkan, terimakasih banyak sudah main kesini "

Dengan terpaksa Sehun pasrah ditarik Irene.

" Wahai kanjeng ratu, tega sekali engkau memisahkan ku dengan adindaku " ucap Sehun penuh dramatis kepada Irene. Wajah melasnya sudah tidak bisa dikontrol. Untung sedang sepi tidak ada karyawan lain, jika ada yang melihat bisa jatuh wibawa seorang Sehun.

" Kebanyakan kerjaan Lo jadi gila begini " walaupun tidak ada yang melihat namun ia sangat malu Sehun bertingkah seperti ini.














***

" Ryujin, Hyunsuk keluar kerja? " Tanya Celin saat Ryujin lewat di dekatnya.

" Engga tau kak, aku udah lama ngga komunikasi sama dia "

" Nanyain Hyunsuk kok ke Ryujin, harusnya ke Felly. Salah nanya kau " ucap taeyong.

" Oiya, mereka kan udah pacaran ya?? Aku lupa " ucap Celin dengan nada yang dibuat-buat seolah menggoda Felly namun nyatanya ia tengah menyindirnya.

" Gimana Hyunsuk, fel? "

Dengan senyum bangga bercampur malu karena akhirnya semuanya tau Hyunsuk sudah menjadi miliknya, ia pun menjawab seraya sedikit menunduk.

" Dia resign kak "

" Bocah semprul. Resign ngga pamit ke kita, ngga sopan " Taeil gabung ke dalam obrolan.

" Emang Lo penting? Ngga kaleeee " ucap taeyong.

Taeil memutar bola matanya malas, " kenapa punya temen kok semprul semua. Angkat tangan gue dah " ia mengangkat tangan lalu berjalan menjauh.

Ryujin memilih pergi dan tidak mendengarkan obrolan mereka. Ia mengambil tasnya bersiap untuk pulang.

Di perjalanan pulang, ia diam menunduk. Jadi begini rasanya menjalani hubungan tanpa status. Berarti hanya teman kan? Yang dulunya sangat dekat sekarang sudah sangat asing. Melupakan fakta bahwa kita masih berteman. Kenapa Hyunsuk tidak memberitahunya jika ingin resign? Atau minimal berpamitan sebagai seorang teman. Lupakan jika mereka pernah mencintai satu sama lain. Tidak ada kata perpisahan, tiba-tiba ia pergi menghilang.

Yang Ryujin maksud itu, jika Hyunsuk sudah bersama yang lain ya sudah, kenapa harus bersikap seolah-olah mereka tidak pernah mengenal?

Walaupun masih di kota yang sama, Ryujin tak yakin bertemu dengan Hyunsuk lagi. Ia menghela nafas lalu masuk ke dalam kamarnya. Melamun sejenak, tanpa sadar ia membuka ponsel dan membuka room chatnya dengan Hyunsuk. Apa ini artinya ia masih mengharapkan sesuatu? Mengapa hati dan otaknya tidak singkron seperti ini? Ia sudah bodoamat kan? Kenapa masih ada harapan dihatinya?!!! Ia mengacak rambutnya frustasi.






HTS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang