tiga belas

87 11 0
                                    

Ryujin menggeret kopernya keluar dari kamar kos. Ia memakai sepatunya lalu mengunci pintu kamar.

Oke, mudik dimulai.

Ia pulang menaiki bus antar provinsi. Ini pertama kalinya ia berpergian jauh sendirian.

Awalnya ia fikir akan menakutkan namun setelah dijalani, rasanya biasa saja. Tidak ada yang menakutkan malah mengasikkan. Ia jadi merasa lebih dewasa saja sudah berani bepergian jauh sendirian. Random memang Ryujin ini.

Tapi saat bepergian jauh seperti ini harus hati-hati apalagi membawa banyak barang. Pintar-pintar saja menjaga diri dan barang yang kita bawa.

Ryujin menyenderkan tubuhnya di kursi. Ia menoleh ke kanan melihat keluar jendela bus. Untung cuacanya sedang bagus.

Ia tidak mengabari Hyunsuk karena paket internet dan pulsanya habis. Ia pulang seperti gembel. Padahal kemarin bertemu, namun ia lupa untuk memberitahu.

Tunggu, ia merasa tenang sekarang. Sebentar lagi ia pulang, sampai rumah dan bertemu orang tua. Setelah beberapa bulan tidak bertemu, ia menghadapi segala masalah sendiri, kini rasanya ia ingin menumpahkan semuanya di rumah. Bukan, bukan menceritakan hal pedih yang dialaminya disini, namun, menumpahkan rasa rindu kepada mereka.

Perjalanan ditempuh hampir 7 jam. Ia tertidur pulas karena merasa lelah karena pulang kerja ia langsung berangkat mudik. Malam hari sangat dingin walaupun ia sudah memakai jaket tebal tapi dinginnya tetap saja terasa.

Ia tersentak bangun. Entah perasaannya saja atau memang benar bus ini melaju sangat kencang sampai di belokan pun tubuhnya menempel di kaca karena bus nya seperti ingin terbalik. Ia tau, jalanan sepi tapi kenapa cepat sekali! Ia takut tau. Kepalanya pun jadi pusing. Jangan sampai ia mabuk pliss!

Mendekati daerah rumahnya, ia bersiap-siap turun. Memasukkan barangnya seperti tiket bus dan Snack yang belum sempat ia makan. Penumpang tinggal dirinya.

Ya, ia penumpang terakhir yang belum turun. Maklum, tujuannya paling jauh.

Tak lama sang kenek bus yang duduk di samping sopir menoleh ke belakang menatapnya.

" Tugu Tunas, neng? " Ucapnya bertanya tempatnya untuk turun.

Ryujin mengangguk. Bus perlahan berhenti, sang kenek membukakan pintu. Lalu ia turun diikuti Ryujin. Tak lupa ia mengucapkan terimakasih kepada sang sopir yang sudah membuat spot jantung.

Sang kenek mengambil koper Ryujin yang berada di bagasi lalu menyerahkannya kepada Ryujin.

" Makasih pak " ucap Ryujin.

" Sama-sama neng " ucapnya seraya tersenyum lebar.

" Dijemput neng? " Lanjutnya bertanya.

" Iya pak "

Sang kenek menoleh kesana kemari namun tidak melihat adanya seseorang yang seperti sedang menunggu gadis didepannya ini. Hanya ada toko yang buka 24 jam dan terlihat sepi dan penjual cilok yang tengah istirahat di terasnya.

" Yang jemput belum Dateng? "

" Em, belum pak, paling sebentar lagi Dateng "

" Yaudah kalo gitu, saya lanjut ke terminal ya. Sampeyan hati-hati " ucap sang kenek. Ia tentu khawatir dengan Ryujin yang sendirian disini. Ini masih dini hari, jam 1 lewat lima belas menit. Takutnya ada preman yang mengganggu nanti. Tapi ia harus cepat-cepat sampai terminal.

Akhirnya sang kenek masuk lagi ke dalam bus dan bus kembali melanjutkan ke tempat tujuan akhirnya yaitu terminal.

Ryujin duduk di kursi yang berada di depan toko untuk menunggu ayahnya menjemput.

Ia menoleh ke arah penjual cilok. Ia ingin cilok tapi tak tega membangunkan sang penjual yang tertidur pulas. Terlihat sekali jika ia lelah.

10 menit ia menunggu, ayahnya datang. Ia mencium punggung tangan ayahnya dan langsung menuju ke rumah. Selama di jalan mereka mengobrol banyak hal.

Sampai di rumah ibunya sudah memasakkan nasi goreng sesuai permintaannya. Ia sangat rindu nasi goreng buatan ibunya. Tidak ada yang bisa menandingi nasi goreng buatan ibunya.

" Makan yang banyak, kamu tambah kurus loh " ucap sang ibu yang menatap anak sulungnya dengan tatapan rindu bercampur prihatin.

Ryujin hanya mengangguk seraya melanjutkan makannya.

" Kamu disana lagi Deket sama cowok ya? " Tanya ayahnya yang baru selesai makan.

Ryujin berhenti mengunyah. Ia menatap kedua orang tuanya bergantian.

Bagaimana mereka tau?

Ia harus menjawab apa sekarang. Jujur atau bohong?

Dan akhirnya Ryujin mengatakan dengan jujur jika ia memang sedang dekat dengan seseorang yaitu Hyunsuk.

" Ngga papa kalo Deket, yang penting jangan melewati batas. Hati-hati juga sama cowok, mulutnya itu bahaya banget " ucap sang ayah menasehati.

" Ayah sok tau " celetuk Junghwan, adik satu-satunya Ryujin yang beru menginjak umur 15 tahun, lebih muda 3 tahun dari Ryujin.

" Bener kok, fakta banget malah. Ayah kan juga cowok, pasti tau lah " bela sang ayah.

" Aku juga cowok, tapi mulutku ngga bahaya "

" Bukan ngga bahaya, tapi belum bahaya. Coba Kalo kamu udah mulai suka sama cewek. Pasti gombalnya tingkat dewa "

" Engga " ucap Junghwan cepat. Ia yakin dirinya tidak seperti itu.

" Kita buktiin aja nanti "

Junghwan beralih menatap sang kakak kesayangannya itu, " pokoknya kalo sampe ada cowok yang nyakitin kakak, bilang ke aku. Biar aku hajar tuh cowok " ucapnya seraya menunjukkan tinjunya.

Ryujin terkekeh, " iyaaa sayang "

Rasa sayang Junghwan terhadap Ryujin sudah tidak bisa diragukan lagi. Ia sangat menyayangi Ryujin. Ia sangat tidak rela jika ada yang menyakiti Ryujin.

Setelah sampai dirumahnya sendiri, Ryujin lupa akan ponsel. Rasanya ia tidak ingin memegang ponsel. Padahal di tempat yang berbeda, ada seseorang yang dari tadi mengecek ponselnya berharap mendapat balasan dari Ryujin.




HTS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang