Uwi terdampar di apartemen Mas David sejak ... sebentar, dia melirik jam tangannya dulu. Ah, sejak satu jam dua puluh menit yang lalu.
Pantas saja sekarang dia mati gaya. Dua episode drama korea sudah dilibas. Sebucket es krim milik Lily telah ludes. Kini meja dihiasi bucket kosong es krim yang berdampingan dengan mangkuk bekas bakso.
Sepertinya Uwi harus merebus bakso frozen bungkus kedua. Karena Mas David dan Lily belum juga tiba. Beruntungnya Lily, setiap bulan mendapat pasokan bakso frozen dari calon mertua. Tuhkan, Uwi sirik lagi.
Sambil merebus bakso, Uwi menghapus chat Aga. Akhir-akhir ini Aga semakin giat mendekatinya. Dia berkali-kali meminta maaf perihal teman wanitanya yang mengirim gambar tak senonoh.
Berulang kali Aga mengajaknya kencan. Dari mulai short trip, makan bareng, hingga menonton film di bioskop yang didubbing bahasa Jerman. Uwi sih iya-iya aja. Lumayan gratisan. Cukup uang Aga yang dia pakai, hatinya nggak usah dia beri.
Terdengar suara pintu yang terbuka. Uwi bersiap untuk menyemprot David Lily dari arah dapur. "Lama banget anjiiir. Kemana aja sih?"
"Ehm, maklum dapet pesawat yang transit 5 jam."
Uwi menoleh ke arah pintu masuk kala mendengar suara pria yang nggak familiar. "Eh? Siapa ya?"
"Ini masih jadi rumah Mas David kan? Passwordnya sih masih sama. Gue Raka, adeknya Mas Dave."
Wah, pantas saja wajahnya nggak asing. Memang mirip Mas David meskipun kakaknya jauh lebih tampan.
"Raka pacarnya Maura Ayuka?" Yang menempel di otak Uwi mengenai Raka hanyalah tunangan Maura Ayuka si artis hits itu.
Nggak menjawab, Raka hanya tersenyum canggung seiring langkahnya yang mendekati Uwi.
"Kenalin, gue Ruisha, anaknya Bapak Rudi sama Ibu Aisha. Lo bisa panggil gue Uwi. By the way, gue roommate Lily. Mas Dave sama Lily lagi grocery shopping, tapi ngga balik-balik," mengulurkan tangannya, Uwi memperkenalkan kiri.
Mereka bersalaman. Lalu mata Raka jelalatan memindai ruangan apartemen David yang nggak berpenghuni. "I see. Lo ... lagi masak?" Pandangan Raka beralih, melirik ke arah panci.
Uwi mengangkat kedua bahu. "Cuma rebus bakso frozen."
"Kayak kenal bungkusnya."
"Emang dikirim dari nyokap lo. Mau juga?" Uwi menawarkan.
Raka lebih senang mengonsumsi makanan sehat ketimbang ultra processed food seperti bakso kemasan. Tapi lelaki itu merasa kelaparan, berhubung terakhir makan di pesawat. Jadi nggak apalah hanya sesekali. "Boleh. Tolong rebusin ya."
"Jasa gue 5 €, Ka." Bagi Uwi, jangan harap jasanya diberikan secara cuma-cuma. Orang istimewa yang berhak mendapatkan jasa gratisnya hanya Lily seorang. Karena sumbernya berutang.
Raka hanya mengangguk sambil membuka dan membongkar isi kulkas serta lemari. "Lo tau nggak, Mas Dave naroh alkohol dimana?" Pikiran Raka sungguh keruh. Maura masih berusaha menghubunginya. Juga mengirim pesan terus menerus. Ponselnya banjir notifikasi dari mantannya. Salah satu isi dari chat yang dia baca adalah Maura siap terbang ke Den Haag untuk bersujud minta maaf di depan Ibunya.
"Adik macam apa yang ketinggalan info. Kakak lo itu udah tobat sejak gaul sama Lily. Bulan lalu bagi-bagi botol ke anak-anak."
Raka berdecak kesal. "Ck. Beneran bucin ya dia." Menyerah, lelaki itu duduk di meja bar. Mulai menikmati baksonya bersama Uwi.
"Lo mau minum? Ngebar aja di luar. Gue bisa temenin." Uwi menawarkan diri. Karena dia sedang melihat potensi.
"Berapa biaya jasanya?" Ah, Uwi suka nih lelaki yang pengertian macam Raka.
![](https://img.wattpad.com/cover/317099726-288-k568771.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Memetik Bulan [Completed]
ChickLit* Spin-Off: I Wanna Get Lost With You (Uwi-Raka) Sejak kecil Ruisha selalu bercita-cita memiliki pasangan yang tampan dan kaya. Sampai melewatkan satu doa penting, yaitu memeluk agama yang sama. Sedangkan cita-cita Raka hanya satu, mempunyai keluarg...