21. Jualan di Toko

9.8K 1.6K 423
                                    

Tadinya aku satuin isi chapter 20 sama 21. Tapi aku pisah aja deh, biar editnya gampang.

Meskipun hari Minggu, Ruisha harus bangun pagi. Dia nggak bisa menghabiskan waktunya dengan rebahan di atas kasur. Masalah Maura kemarin terlupakan begitu saja. Karena otak Uwi sudah penuh dengan pertanyaan bagaimana cara mencari cuan.

Uwi memaksa menyeret kakinya keluar kamar untuk menghampiri Mamanya di dapur.

"Pagi, Ma," sapa Uwi.

"Pagi, Kak. Udah solat?"

"Ini mau."

"Solat dulu. Abis itu tolong bantu goreng tempe. Mama mau menyeka badan Papa."

Sesuai instruksi, Uwi melakukan perintah Mama. Meskipun di rumah ada Bi Siti, beliau hanya ditugaskan menjaga Rei Rea, mencuci hingga menyetrika, dan membersihkan rumah. Yang memasak tetap Mama, Uwi kadang membantu sedikit.

Selesai memasak, Uwi langsung mandi. Hari minggu adalah jadwalnya menjaga toko seharian.

"Sarapan dulu, Kak," perintah Mama kala Uwi baru keluar dari kamar.

"Iya, Ma. Rei Rea mana?"

"Lagi dimandiin gantian sama Bi Siti." Seluruh penghuni di rumah Uwi terbiasa bangun pagi walaupun hari libur.

Uwi hendak mengambil segelas air dari dispenser di sebelah Mama. Sambil tersenyum menggoda, Mama menepuk bahu Uwi pelan. "Kak, Mas Raka lagi di toilet."

"Hah? Raka di sini?" Nyaris saja gelas yang sedang Uwi genggam terpeleset jatuh.

"Iya. Pakai kostum olahraga. Katanya mau anter Mama sama Kakak ke toko sekalian olahraga di GOR."

Baru saja disebut Mama, orangnya langsung muncul.

Tersenyum cerah, Raka menyapa, "Morning, Ruisha."

Uwi mengangguk kaku. Menggigit bibir, berusaha menekan perasaan senang.

"Morning, Ka." Kalau nggak ada Mama, Uwi pasti sudah menerjang memeluk Raka. Pagi ini Raka terlihat tampan.

"Duduk, Mas Raka. Ayo sarapan bareng dulu." Mama memaksa Raka duduk bergabung, menduduki kursi Riko di sebelah Uwi.

"Kak, barusan Mas Anto telepon, ijin mendadak hari ini. Jadi Papa nggak ada yang jaga. Kamu mau jaga toko atau jaga Papa?" Masih pagi, Mama sudah memberi kabar buruk.

"Jaga toko aja Ma." Bukannya nggak mau menjaga Papa, tapi Uwi masih canggung jika harus mengganti popok Papa sendiri.

"Sendiri bisa?" Mama memastikan. Sebetulnya Mama ragu, Uwi bahkan nggak tau perbedaan antara tepung terigu kiloan, tepung beras, tepung tapioka, dan maizena.

"Raka temani Uwi, Ma." Raka menawarkan diri.

"Kan Mas Raka mau olahraga?"

Raka menggeleng mantap. "Nggak jadi, Ma. Olahraganya besok aja."

Uwi mengenyit heran. Satu haripun Raka nggak pernah skip olahraga.

Setelah membuat smoothies dan membantu Mama mengganti baju Papa, Uwi berangkat ke toko. Kata Mama toko mereka harus buka lebih awal. Siapa tau banyak orang yang perlu bahan kue untuk baking di hari Minggu.

"Ka, gue aja yang nyetir. Lo sarapan dulu." Uwi mendahului Raka duduk di belakang kursi kemudi.

"Apa ini, Wi?" Raka mengintip isi wadah yang Uwi taruh di atas jok penumpang.

"Smoothies. Sambil makan di jalan aja Ka. Sorry baru jadi." Tadi Uwi membolehkan Raka sarapan dengan porsi sedikit. Karena menu sarapan di rumah Uwi hari ini tinggi lemak. Pasti pacarnya belum kenyang.

Memetik Bulan [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang