Banyak scenenya, tapi aku padet-padetin aja yah, nggak begitu detail. Biar 2 chapter lagi udah selesaii episode Munich wkwkwkwk.
Febuari
"Masuk, Sayang," sambut Aga membuka pintu masuk wohnungnya.
"Lily masih keluar masuk toko. Belum dapet kado yang pas untuk Mas Dave." Dengan langkah canggung, Uwi mengikuti langkah Aga masuk ke dalam rumah.
"Bagus dong. Kita bisa pacaran dulu berdua."
Uwi pernah beberapa kali ke rumah Aga, dengan anak-anak PPI yang lain. Tapi baru kali ini dia menginjak rumah Aga sebagai perempuan yang memiliki hubungan khusus dengannya.
Rasanya aneh.
Biasanya dia abai, tapi sekarang mata Uwi menyisiri setiap sudut rumah Aga. Celingak celinguk memperhatikan setiap detail rumah Aga. Tatapan matanya terpaku pada pajangan salib yang terpatri tepat di atas ranjang. Uwi meremas tangannya dengan resah.
"Jangan duduk di bawah. Di kasur aja, Wi." Wohnung Aga nggak jauh berbeda dengan rumahnya dan Lily. Sebuah kamar studio yang ukurannya lebih sempit karena dia tinggal sendiri. Seperti kamar kosan berisi kasur dan meja belajar yang lengkap dengan dapur mini dan kamar mandi dalam.
Karena terlalu fokus dengan salib, Uwi baru menyadari ruangan ini dipenuhi oleh suara lagu yang terdengar asing di telinga. "Sorry sorry. Aku lupa matiin." Ah, ternyata lagu rohani.
"Santai aja, Ga," jawab Uwi canggung.
"Aku brunch dulu ya. Sorry, aku lagi masak babi. Lupa banget kamu sama Lily mau ke sini." Aga meringis, sedikit merasa bersalah.
Berusaha mengurangi kekakuan di antara mereka, Uwi berjalan menghampiri Aga di depan kompor.
"Lo masak babi apa?" Exhaust yang menyala nggak sanggup menyedot seluruh asap yang menguarkan aroma babi. Seisi rumah Aga menjadi berbau babi. Sebetulnya Uwi kurang nyaman, juga nggak terbiasa.
"Babi kecap. Enak deh. Mau nyoba nggak?" Aga menawarkan. Siapa tau Uwi khilaf ingin mencoba.
"Enggak lah." Meskipun ibadah Uwi bolong-bolong dan masih suka mencicipi alkohol, tapi dia nggak pernah berminat untuk mencoba makan babi. Kecuali makanan yang dia nggak tahu berkomposisi babi.
"Ojan kemarin nyobain babi buatan aku. Suka loh dia."
"Ojan mah emang Islam KTP."
Bagi perantau seperti anak-anak PPI, memasak adalah sesuatu yang harus dikuasai. Salah satu cara untuk bertahan hidup. Jadi nggak akan aneh lelaki macam Aga pun bisa memasak. Tapi yang hasil masakannya paling enak tetap Mas David. Dia sih juaranya.
"Udah zuhur belum sih, Wi?" Duduk lesehan, Aga menaruh piringnya di atas meja lipat. Uwi mengikuti sang tuan rumah. Duduk lesehan di sebelah Aga sambil memainkan ponselnya.
"Belum. Gue liat di aplikasi sih masih sejam lagi."
Baru saja kemarin Aga bertanya pada Uwi, berapa kali solat wajib dalam satu hari, beserta nama-namanya. Nggak Uwi sangka, Aga mampu menghapalnya.
"Emangnya setiap mau solat harus ngecek aplikasi ya?" Aga meraup sesendok penuh nasi dengan potongan babi di atasnya. Melihat cara makan Aga, membuat Uwi ikutan ngiler. Tanpa Aga ketahui, perempuan itu sebetulnya sedang menenggak ludahnya, menahan keinginan untuk mencoba.
"Enggak. Sejak di sini aja sih. Soalnya tiap hari jadwal solatnya geser-geser. Kalo di Indo, kan ada suara azan berkumandang yang jadi patokan, Ga. Lagian sepanjang tahun nggak akan beda jauh waktu solatnya. Subuh nggak jauh dari jam setengah 5, zuhur jam 12, asar jam 3-an, magrib jam 6, isya jam 7."
KAMU SEDANG MEMBACA
Memetik Bulan [Completed]
ChickLit* Spin-Off: I Wanna Get Lost With You (Uwi-Raka) Sejak kecil Ruisha selalu bercita-cita memiliki pasangan yang tampan dan kaya. Sampai melewatkan satu doa penting, yaitu memeluk agama yang sama. Sedangkan cita-cita Raka hanya satu, mempunyai keluarg...