Penyakit kalo kelamaan mager adalah...bingung mau ngetik apa. Maafin ya kalo kaku wkwkwkwkwk.
Harusnya nggak ada extra part, tapi ini bonus soalnya temen-temen rajin bangettt kasih komentar 🤣🤣🤣🤣🤣🤣. Makasih banyak yaa 🧡🧡🧡🧡.
Aku sengaja ngetik PANJAAAAANG BANGEEET sebagai balasan penantian sebulan lebih wkwkwkwk. Mudah-mudahan nggak bosen ya.
Btw, kangen banget dehh 😚🤗.
===
Dua minggu terakhir Uwi dan Raka pulang larut malam. Mereka sengaja mengejar urusan pengiriman kontainer sebelum pergi ke Munich. Jam dinding menunjukkan pukul sebelas malam ketika Raka dan Uwi memasuki kamar.
Uwi berjalan lunglai lalu merebahkan setengah tubuhnya di atas kasur.
"Ruisha, kamu capek banget ya? Maaf ya kita pulang larut malam terus."
"Nggakpapa, Ka. Nanti juga capek aku ilang kalau invoicenya udah cair. " Uwi memejamkan mata.
Rasa kantuk menyerang. Uwi nyaris berlayar ke alam mimpi. Tapi ucapan Raka membangunkannya kembali.
"Kamu istirahat sekarang ya, Ruisha. Besok kita long flight."
Dengan mata yang sudah berat, Uwi memaksakan diri untuk bangkit. "Kita belum packing, Ka."
Saking padatnya jadwal Uwi dan Raka, untuk packing saja mereka nggak sempat. Padahal besok mereka harus ke bandara setelah subuh.
"Biar aku aja yang packing. Kamu taruh aja baju-baju yang mau dibawa ke atas kasur. Atau aku aja yang pilih?" Raka mengeluarkan koper-koper besar dari dalam lemari. Lalu mengeluarkan beberapa tumpukan baju ke atas kasur.
Tubuh remuk dan serangan kantuk menyebabkan Uwi tergoda untuk memilih kasur ketimbang menghampiri lemari. Tapi mengingat suaminya juga tak kalah lelahnya, Uwi memaksakan diri menyeret langkah kakinya.
"Kamu mau bawa baju berapa pasang untuk dua minggu?" Uwi berdiri kebingungan di depan lemari. Ini adalah acara traveling pertama mereka yang terlama, apalagi Uwi jarang bepergian jauh dalam kurun waktu yang nggak sebentar.
"Lima pasang, belum termasuk mantel." Raka mulai menata baju-bajunya ke dalam koper.
"Oh nanti nyuci di sana ya? Aku juga deh. Kalo kurang tinggal pinjem baju Lily." Meskipun tubuh Lily jauh lebih kurus, tapi banyak ukuran baju Lily dan Uwi yang sama, karena Lily sering memakai baju yang oversize.
"Kamu nggak tahan dingin, harus bawa long john, Ruisha." Raka mengingatkan. Sekarang adalah bulan Febuari, meski winter di Jerman akan berakhir, tetap saja suhu masih rendah. Belum lagi mereka akan liburan sekeluarga ke Swiss.
Uwi memindahkan tumpukan baju ke atas kasur. Memandang gundukan bajunya yang lebih tinggi daripada milik Raka, Uwi mengernyit heran. "Ka, kok baju aku kayak banyak banget ya? Muat nggak kira-kira? Aku harus kasih space banyak untuk oleh-oleh." Belum apa-apa Uwi sudah memikirkan buah tangan untuk keluarga dan para karyawan.
Raka mengangguk mantap. "Muat kok. Kalaupun nggak muat, oleh-oleh kita kirim langsung dari sana. Atau beli koper baru dan bayar excess baggage aja."
"Iya juga ya, jangan kayak orang susah. Aku lupa duit kamu udah banyak." Meskipun uang tabungan mereka nggak sebanyak dulu, tapi sudah mencapai sepuluh digit pertama, dimana angka tersebut mustahil Uwi dapati jika hanya menjadi budak korporat.
"Aamiin." Raka terkekeh geli.
Melihat Raka yang sibuk menata isi koper, Uwi berinisiatif memastikan barang perintilan masuk ke hand bagnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memetik Bulan [Completed]
Literatura Feminina* Spin-Off: I Wanna Get Lost With You (Uwi-Raka) Sejak kecil Ruisha selalu bercita-cita memiliki pasangan yang tampan dan kaya. Sampai melewatkan satu doa penting, yaitu memeluk agama yang sama. Sedangkan cita-cita Raka hanya satu, mempunyai keluarg...