Nggak akan ada sedih-sedihan lagi kook. Soalnya kan mau tamat 🤗😆.
Uwi dan Raka masih tinggal di apartemen yang kecil. Awalnya terasa aneh, meski interiornya mewah, tapi luas unit apartemen itu sama dengan luas kamar mereka di rumah Sentul. Tapi lama kelamaan mereka lebih nyaman dengan ruang yang lebih sempit.
Bi Odah masih pulang kampung. Raka dan Uwi membiarkan Bi Odah pulang kampung hingga mereka pindah ke rumah baru yang sedang dibongkar ulang atapnya. Karena rumah lama, otomatis seluruh rangka atapnya sudah lapuk, jadi sekalian saja diganti dengan baja ringan. Niatnya hanya atapnya saja, tapi ujung-ujungnya ganti keramik dan lain-lain agar lebih nyaman ditinggali.
Sejak peristiwa kebakaran, Raka jauh lebih sibuk dari biasanya. Nggak ada lagi tradisi antar jemput Uwi kerja. Suaminya pergi dari subuh hingga isya hampir setiap hari. Jadi Uwi kembali ke habitat asalnya menjadi pengendara motor. Dia berangkat kerja dari apartemen di daerah Tanah Sareal menuju kantornya. Sore hari masih menyempatkan mampir ke rumah Mama.
"Ruisha, mau beli mobil nggak? Kita masih bisa beli LCGC untuk kamu," tanya Raka. Mereka sedang menyantap makan malam bersama. Lama kelamaan Uwi mengikuti menu sehat Raka berupa tumis-tumisan yang minim minyak.
"Enggak, Ka. Motor aja udah cukup. Nanti aja beli mobilnya kalo kondisi keuangan kita udah stabil." Melihat kerja keras suaminya yang banting tulang setiap hari, menyurutkan hasrat Uwi untuk membeli ini dan itu.
Raka menangkup kedua tangan Uwi. "Sabar ya, Ruisha. Suatu saat aku pasti beliin kamu Pajero lagi. Itu mobil kesayangan kamu kan?"
Uwi turun dari stool, lalu memeluk Raka dari samping. Mengecup pipi Raka sekilas, Uwi berbisik, "Makasih ya, Daddy. Semangat kerjanya. Besok kamu pulang malem lagi?" Daripada Pajero, rasanya Uwi lebih ingin menghabiskan waktu lebih lama bersama suaminya yang jarang di rumah.
Raka merangkul bahu Uwi. "Iya. Maaf ya, Ruisha. Kamu tunggu di rumah Mama ya. Nanti aku jemput."
"Memangnya besok mau ke mana?" Uwi mendongak agar bisa melihat wajah Raka dengan jelas. Meski dia berdiri, tubuhnya masih lebih pendek ketimbang Raka yang duduk di stool.
"Aku mau dateng ke pameran industri di JCC, ada oven dari Korea yang mau kita pesan. Terus langsung visit pabrik supplier di Sukabumi."
"Sama siapa?"
"Sendiri. Biasanya aku ditemani Pak Salim. Tapi rasanya masih aneh untuk cari pengganti beliau," raut wajah Raka berubah sendu. Pasti dia membayangkan Pak Salim meski hanya sejenak.
Uwi tambah mengeratkan lingkaran tangannya di pinggang Raka. Dia rindu suaminya yang akhir-akhir ini sibuk bekerja setiap hari.
"Aku bisa bantu apa, Ka?"
Raka mengecup kening Uwi. "Bantu doa aja ya dari istriku. Supaya rejeki kita makin lancar, kerjaanku dimudahkan."
Uwi mengangguk. Memejamkan mata, Uwi menempelkan telinganya pada dada Raka, lalu merasakan degup jantungnya yang menenangkan. "Selalu."
"Makasih istriku."
"Raka," Uwi mendongak lagi.
"Iya, Ruisha."
"Besok aku pengin cuti. Aku ikut kamu ya?" Uwi menawarkan diri. Dia sudah mempertimbangkannya sejak lama. Ingin mencoba menemani suaminya yang hilir mudik ke sana-sini sendiri. Bahkan suaminya pernah menyetir sendirian ke daerah Jawa Tengah tanpa menginap dan langsung pulang di hari yang sama.
"Kamu...yakin?" Raka terkejut mendengar penuturan istrinya.
"Yakin. Aku mau nemenin kamu, Raka."
Senyuman Raka melengkung lebar. "Aku juga mau ditemani kamu. Makasih, Sugar. I love you."
KAMU SEDANG MEMBACA
Memetik Bulan [Completed]
ChickLit* Spin-Off: I Wanna Get Lost With You (Uwi-Raka) Sejak kecil Ruisha selalu bercita-cita memiliki pasangan yang tampan dan kaya. Sampai melewatkan satu doa penting, yaitu memeluk agama yang sama. Sedangkan cita-cita Raka hanya satu, mempunyai keluarg...