Maaf lamaaa, kali ini gara-gara lama muncul idenya. Pokoknya kalo lama update, antara aku lagi sibuk, mager, atau nggak ada ide ya wkwkwk.
"Ka...Raka..." Masih memejamkan mata, Uwi meraba sisi kasur di sebelahnya yang kosong. Tangannya mencari raga suaminya.
"Iya, Ruisha?" Dipan berderit dan sedikit terguncang, karena tubuh Raka menduduki kasur. Mengisi sisi sebelah Uwi yang kosong. Uwi membuka mata ketika tangannya berhasil menggapai lengan Raka.
Uwi menangkup tubuh Raka. Untuk mendekapnya kencang. Tulang Uwi terasa remuk, tapi dia bangun dengan perasaan tenang.
Kemarin Papa masih diare. Tapi lambat laun tekstur fesesnya sudah memadat. Terakhir Papa buang air besar kemarin siang. Beliau juga mengakui sudah hilang rasa mual dan perutnya nggak kembung lagi.
Uwi dan Raka masuk ke kamar mereka setelah makan malam dan membantu mengerjakan PR adik-adiknya. Bukannya langsung tidur, mereka malah begadang karena olahraga di atas ranjang. Mencoba eksplorasi berbagai gaya.
"Abis darimana?" Suara Uwi serak, khas baru bangun tidur.
Raka mengusap rambut Uwi. Membuat kantuknya datang lagi. "Aku tadi nyetrika." Tapi ucapan Raka mengejutkan Uwi. Dia bangun terduduk.
"Hah? Udah selesai, Ka?" Dia melihat sekeliling kamarnya. Nggak ada jejak bekas menyetrika pakaian.
"Udah kok."
"Harusnya kamu bangunin aku."
Raka mendekap Uwi dari belakang. "Nggak apa. Udah hampir enam tahun aku terbiasa nyetrika baju sendiri. Lagipula bajunya nggak banyak."
Merasa nyaman, Uwi bersandar pada dada Raka. "Yaudah kalo gitu. Apa schedule kita hari ini, Ka? Kayaknya Papa udah sembuh. Nggak ada jadwal terapi juga. Jadi bisa ditinggal berdua Mas Anto."
"Karena Papa udah membaik, pagi ini aku mau urus kerjaan sebentar ya?"
Aneh. Hati Uwi tercubit sedikit perasaan nggak rela.
"Raka, apa aku batalin cutiku aja ya? Setelah tiga R berangkat sekolah terus Mama pergi ke toko, aku berasa gabut. Ada Mas Anto yang jaga Papa, ada Bi Siti yang bersih-bersih, toko Mama juga sepi kalau pagi." Uwi sudah terlanjur mengajukan cuti seminggu penuh. Mendengar Raka berencana pergi, dia tiba-tiba merasa menyesal mengajukan cuti sangat lama.
"Ruisha, kamu mau nggak...ikut aku visit pabrik?" Keinginan ini sempat terlintas di pikiran Raka sejak dulu, mengajak Uwi berkunjung ke pabrik.
"Aku ganggu kerjaan kamu nggak?" Uwi balik bertanya dengan antusias.
"Jelas engga. Tapi di sana berdebu dan panas. Nggak apa?" Raka menjelaskan situasi di lapangan. Siapa tahu istrinya keberatan.
Bukannya ragu, Uwi malah menoleh ke arah Raka sembari tersenyum menggoda. "Lebih panas dari permainan kita semalam?"
Raka tertawa. "Solat subuh dulu, Ruisha." Raka mencium puncak kepala istrinya.
"Setelah itu?" Mata Uwi membola, dengan ekspresi penuh harap.
"Melanjutkan yang semalam?" Raka tersenyum penuh arti. Berbeda dengan istrinya yang banyak menebar kata-kata menggoda, Raka memilih menyergap langsung tanpa banyak kata.
===
Raka dan Uwi menyempatkan diri ke rumah Sentul untuk mengambil puluhan sembako, sebagai bentuk bingkisan pernikahan Uwi dan Raka untuk seluruh pegawai pabrik.
Pertama kalinya Uwi menaiki Ford Ranger Double Cabin. Raka membawanya melewati jalan pintas kampung yang banyak lubang dan belum beraspal. Bagaikan berkegiatan offroad, sejak tadi mobil mereka terguncang melewati jalan berbatu, sesekali nyaris tergelincir di jalan bertanah padat yang tergenang bekas air hujan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memetik Bulan [Completed]
ChickLit* Spin-Off: I Wanna Get Lost With You (Uwi-Raka) Sejak kecil Ruisha selalu bercita-cita memiliki pasangan yang tampan dan kaya. Sampai melewatkan satu doa penting, yaitu memeluk agama yang sama. Sedangkan cita-cita Raka hanya satu, mempunyai keluarg...