22. Marahnya Orang Sabar

11.7K 1.9K 637
                                    

Maaf lamaa. Settingnya masih di hari yang sama, tapi POV Raka dan (sedikit) Maura yaa.

Raka nggak fokus mendengar keluhan aspirasi yang disampaikan oleh manager produksi. Pertama kalinya Uwi berangkat kerja duluan tanpa memberitahu Raka. Jelas pacarnya sedang menghindar. Uwi masih marah.

Ucapan Raka semalam pasti sangat menyakiti Uwi. Sampai pacarnya semarah ini. Dia berusaha menemui Uwi untuk meminta maaf secara langsung. Tapi Uwi masih menghindar.

Menjelang makan siang, orang yang Raka sewa untuk menyelidiki berita hoaks memberi kabar. Ternyata benar dugaan Uwi, dalang di balik berita heboh ini adalah Maura.

Raka menghubungi Maura saat itu juga. Tanpa bertele-tele dia langsung berseru, "Kamu yang nyebarin berita omong kosong itu kan Mo?"

"Kalau iya, kenapa? Lagipula aku cuma kasih tau fakta. Dia kan memang pelakor," jawab Maura santai. Dia sedang merasa di atas awan. Berkat berita yang Maura sebarkan, followers media sosialnya meningkat signifikan. Memang banyak netizen yang mengasihani, tapi Maura nggak peduli, karena dia jadi kebanjiran job.

"Aku sama Uwi pacaran jauh setelah kita putus, Mo. Takedown beritanya sekarang juga. Kamu harus klarifikasi untuk meluruskan fitnah," perintah Raka tegas.

"Nggak mau."

"Minta maaf sama Uwi. Dia nggak salah apa-apa," ulang Raka lagi.

Maura tersenyum puas. Dia menikmati Raka yang tertekan. "Oke. Syaratnya kamu putusin dia. Aku akan minta maaf sekaligus klarifikasi kalau beritanya hoaks."

"Aku nggak akan putusin Uwi. Kamu harus belajar nggak selamanya dunia berputar di sekitar kamu, Mo. Silahkan kamu lawan aku, sakitin aku. Tapi jangan kamu sentuh Uwi. Dia nggak salah."

Amarah Maura terpancing begitu mendengar jawaban Raka. "Dia jelas salah besar! Berani-beraninya dia rebut kamu dari aku!"

Pekikan Maura ditanggapi Raka dengan tenang. "Nggak ada siapa merebut siapa. Aku dengan sadar memutuskan hubungan kita. Uwi hadir setelah kita selesai, kamu tau itu. Apa yang kamu mau? Akan aku turutin, tapi kamu harus klarifikasi dan minta maaf."

"Aku maunya kamu."

Tanpa memberi jeda otaknya berpikir, Raka menjawab sangat yakin. "Nggak bisa."

"Kamu nggak kangen main di ranjang sama aku? Cuma satu ronde, aku lakuin semua permintaan kamu." Maura menawarkan kenikmatan. Raka biasanya nggak akan menolak.

"Aku nggak mau, Maura." Raka masih sabar menjawab.

"Ayolah, nggak usah sok suci, Raka. Kamu udah berbulan-bulan nggak olahraga di ranjang kan? Kamu bisa dapet satu dua ronde. Tanpa kondom, aku udah pakai pil," goda Maura.

Raka menghela napas berat. "Aku udah pakai cara terhalus untuk berunding sama kamu. Aku kasih waktu sampai jam 3 sore. Kalau kamu nggak minta maaf dan klarifikasi, aku akan menempuh jalur hukum. Jangan kira aku nggak bisa tegas sama kamu, Mo."

"Uw, takut." Maura tertawa kencang. Dia begitu senang Raka terhimpit nggak punya jalan keluar. Maura nggak akan menyerah sampai Raka berbalik mengemis dan menuruti kemauannya. Maura tau betul Raka hanya omong kosong. Mana berani lelaki itu lapor polisi.

===

Setelah visit pabrik dan mengantar mie ayam untuk Uwi, Raka menjalankan mobilnya menuju toko Mama Uwi. Tanpa Uwi tau, sejak Lily ke Bogor, Raka sudah menjadi pelanggan tetap toko itu. Sengaja membeli bahan kue yang kurang laku atau menuju expired. Meskipun nggak suka kue karena tinggi gula dan bergluten, Raka bisa meminta tolong Bi Odah membuat kue, lalu membagikannya untuk para karyawan di pabrik.

Memetik Bulan [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang