11. Hari Pernikahan

12.9K 1.8K 374
                                    

Maaf lama, karena lima ribu kata. Happy reading! 🧡

Sejak kepulangannya ke Indonesia, Uwi hanya memiliki waktu dua hari untuk berleha-leha, sisanya dia kembali ke kehidupan nyata. Menjadi budak korporat lagi.

Keluarga Lily dan Mas David memilih tanggal pernikahan di hari sabtu. Awal dari libur weekend yang panjang karena senin besok adalah tanggal merah. Jumat sore setelah bekerja, Uwi baru meluncur menuju Bandung dengan travel.

"Halo, Ly?" Uwi menjawab telepon Lily dengan suara pelan.

"Lo udah sampe mana Beb?"

"Nggak tau gueee. Masih mandek di Jagorawi anjiir. Masuk lingkar Jakarta aja belom. Ly, kirimin helikopter dong." Uwi bersandar lemas di kaca jendela mobil. Beginilah konsekuensi pergi ke arah Bandung saat malam libur panjang. Macet total.

Sudah tiga jam perjalanan, boro-boro sampai Bekasi, keluar Jagorawi saja belum.

"Ya ampun. Gimana dong, Beb. Nggak ada helikopter di sini. Adanya Mas Raka. Tapi dia cuma punya mobil." Suara Lily terdengar panik.

"Suruh dia sewa private jet," jawab Uwi.

"Mas Raka, kamu bisa nyewa private jet ngga? Sahabatku kejebak macet di Jagorawi nggak gerak-gerak." Enggak, Lily nggak bercanda. Dia menanyakannya dengan nada yang serius, tersirat panik yang kentara. Uwi menggigit bibirnya, menahan tawa.

"Nggak ada landasannya, Mbak Ly. Kalau boleh landing di tengah jalan tol, gue sewa private jetnya sekarang." Suara Raka memenuhi telinga Uwi. Ah, sudah lama dia nggak bertemu Raka. Mungkin ... hampir dua bulan?

"Tuh, denger sendiri kan Beb. Nggak bisa."

"Pokoknya gue menuntut ganti rugi, Ly," keluh Uwi dengan nada serius, meski dia sebetulnya bercanda.

"Iya, iya. Gue udah siapin kamar yang view sama fasilitasnya paling oke buat lo." Lalu tiba-tiba Lily berbisik sambil cekikikan. "Sebelahan sama Mas Raka."

Uwi mendelik di samping ponselnya. "Anjir lo, Beb. Sekalian aja lo siapin penghulu buat gue sama Raka."

"Hah? Beneran mau?" Lily terpekik kencang.

"Ya enggalah gue bercanda. Ah capek ngomong sama lo. Yaudah nanti gue kabarin kalo udah masuk Cipularang."

"Iya. Lo bobo aja biar kerasa sebentar, Beb."

"Iya, lo tidur juga gih, Ly. Besok kan mau kawin."

Uwi merasa dirinya sudah tidur lama sekali. Jam pada layar ponselnya menunjukkan pukul 11 malam. Dia sempat panik, dikira sudah akan sampai. Taunya, plang kecil di tengah jalan tol menunjukkan KM 47. Gila, sudah enam jam perjalanan dan Uwi belum sampai juga!

Untuk melenyapkan rasa kesal dan memanjangkan kesabarannya, Uwi mengambil ponsel. Ternyata penuh dengan notifikasi chat dari Lily.

Mirielle Sachi PPI
Beb udah sampe mana?
Beb? Nggak kelewat kan?
Ruisha?
Hei..

You
KM 47!!! LEMES GUEEEE LILYYYYYY HELPPPPPP!!

David Austin PPI is calling you...

"Halo," jawab Uwi dengan suara serak. Khas orang baru bangun tidur.

"Beb, ini gue. Hp gue mati. Udah lancar belum sekarang?" tanya Lily tanpa basa basi.

Uwi melirik pemandangan di luar jendela mobil yang bergerak dengan sangat cepat. Jalan tol terasa sudah lengang.

"Udah kok. Tapi gue laper. Cemilan gue udah abis."

Memetik Bulan [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang