17. Sebulan Pertama

10.1K 1.7K 349
                                    

Kita biarkan Raka napas yaa, Maura disimpen dulu di dalem kandang. Maaf cuma sedikit, kalo kebanyakan takut diabetes 😘.

Sebulan sudah Uwi dan Raka menjalin hubungan. Bagi Uwi, rasanya...aneh. Belum pernah dia merasa hidup terasa semudah ini. Sebulan terakhir dia nggak pernah lagi terbebani akan alokasi gaji untuk biaya sekolah adik-adiknya. Pertama kali dalam hidupnya, gaji Uwi masih bersisa, nggak mulai dari nol layaknya jargon petugas SPBU.

Pajero Raka masih jadi penghuni di carport rumah Uwi, bersanding dengan Innova generasi pertama milik papa. Raka berkeras agar Pajeronya tetap dipakai oleh Uwi. Dia bilang, seluruh barang miliknya adalah barang milik Uwi juga.

Raka nggak bercanda. Uwi bebas memakai seluruh mobil milik Raka. Sejujurnya, Pajero adalah favorit Uwi. Jangan lupakan uang bulanan dari Raka, dia bilang untuk biaya bensin setiap bulan. Padahal, Raka sering mengantar jemput Uwi setiap pagi dan sore. Kalau berhalangan, Raka akan transfer uang untuk biaya gocar.

Perempuan itupun bisa sesuka hati keluar masuk rumah Raka. Memakai seluruh fasilitas di dalam rumahnya. Termasuk hari ini. Menguasai kolam renang di rumah Raka.

Hobi baru Rei dan Rea adalah berenang di rumah Raka. Sedangkan Rori, duduk santai di tepi kolam sembari menikmati kudapan. Adik-adik Uwi jadi sering main ke rumah Raka. Rea bilang rumah Raka seperti istana barbie yang dicat warna abu dan hitam.

"Sorry ya Ka. Keluarga gue beneran kayak parasit." Uwi meringis, melihat kondisi rumah Raka yang berantakan akibat ulah adik-adiknya.

"Hei, don't be sorry, Ruisha. Gue malah senang rumah ini jadi ramai. Thanks to your family." Raka melepas kausnya, bersiap gabung dengan Rei Rea yang sudah teriak memanggil dari tepi kolam renang.

Langkah Raka tercegat oleh Uwi yang menarik tangannya. Uwi melarang Raka beranjak sebelum dia membaluri tubuhnya dengan sunblock.

"Itu di deket siku lo, Ka." Uwi mengomentari setiap Raka melewatkan satu senti lengannya dari proteksi tabir surya.

"Punggung lo belum kena, Ka. Duduk dulu." Uwi mengambil alih botol sunblock. Lalu menuangkan isi dan meratakannya ke atas punggung Raka. Uwi terbiasa melakukan ini pada adik-adiknya. Sejak pacaran dengan Raka, Uwi merasa punya adik lima.

Tersenyum senang, Raka menikmati segala perhatian kecil Uwi. Meski diiringi ocehan Uwi mengenai pentingnya menggunakan sunblock sebelum berenang dan melakukan kegiatan outdoor lainnya.

"Denger nggak Ka? Lo tuh selalu lupa pake. Kalo kulit lo kebakar bisa perih. Balik badan. Sekarang muka."

Kemudian Uwi mengolesi sunscreen miliknya ke seluruh wajah Raka. Lelaki itu masih memejamkan mata, menikmati setiap jengkal sentuhan pacarnya.

"Done. Oke, lo boleh pergi sekarang."

Membuka mata, Raka memberikan senyuman terbaiknya. Dia bangkit berdiri, berjalan mundur menjauhi Uwi.

"Thanks, sugar." Tersenyum genit, Raka mengedipkan sebelah matanya.

Kini Uwi paham istilah jantung kelojotan. Mungkin dia sedang merasakannya. Sial, pantes aja Maura se-nggak rela itu lepasin Raka.

Tatapan mata Uwi nggak bisa lepas dari Raka. Sisa air yang melekat pada tubuh Raka membuatnya tampak bersinar di bawah cahaya mentari. Setengah telanjang, menampakkan otot yang kekar, hasil rutin workout setiap hari.

Ah, shit. Jangan lewatkan wajah Raka yang kian hari tambah memesona. Mungkin Raka memakai skincare merk Ruisha, pikir Uwi percaya diri.

Selepas kejadian pemukulan kaca mobil sebulan lalu, Maura Lampir belum berulah lagi hingga saat ini. Sepertinya akibat video kekerasan yang Raka kirim untuk mengancam perempuan itu.

Memetik Bulan [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang