Meet

220 9 0
                                    

Sinar terik yang dipancarkan matahari siang ini benar-benar menyengat ke sekujur tubuh, dengan keringat yang bercucuran pemuda itu terus berlari berusaha lolos dari orang-orang yang mengejarnnya.

Berkali-kali ia melihat ke belakang guna memastikan jarak antara mereka tidak terlalu dekat, baru saja akan berbelok arah, di hadapannya sudah ada tiga orang yang menghadang. Andra -nama pemuda itu- mencoba mengatur detak jantungnya yang memburu akibat dari lari yang tidak berhenti sejak tadi.

Sial, orang yang tadi mengejarnya sekarang sudah berada tepat di belakang. 7 orang mengepung dan mengunci pergerakan tubuhnya.

"Gue yang mati kalau gini." Andra bergumam.

Lalu yang terjadi berikutnya adalah perkelahian, dengan kekuatan yang tersisa Andra terus berusaha menghindar dari pukulan yang terus diarahkan kepadanya, mencoba menangkis tangan-tangan yang silih berganti memukul pada tubuhnya yang semakin melemah.

Bugh!

Pukulan kuat berhasil Andra dapatkan di bawah dagu yang membuatnya limbung ke belakang dan seketika terlentang, rasa perih serta ngilu benar-benar mendominasi belum lagi sinar matahari yang semakin membuat pusing kepala.

"Argh!" Andra meringis ketika kaki dari salah seorang yang menyerangnya dengan kuat menginjak perut yang sedari tadi tidak terlewat dari pukulan.

Terlihat orang itu menyeringgai.

"Gue lihat-lihat wajah lo lebih cocok begini," ujarnya masih dengan menginjak perut Andra dan menatap tepat di matanya memperhatikan wajah yang kini sudah penuh dengan luka memar, tidak lupa dengan darah yang keluar dari sudut bibir.

Andra diam, ia lebih memilih untuk terus berusaha mempertahankan kesadarannnya dari pada menanggapi ocehan orang itu.

Lagi-lagi Andra meringis ketika perutnya kembali ditekan kuat.

"Gue ingetin lo sekali lagi, jangan pernah lo ikut campur dengan apa yang gue lakuin karena pada akhirnya lo gak akan menang apa-apa."

Dengan kesadaran yang tersisa sedikit Andra membalas tatapan orang yang masih setia menginjak perutnya. "Lo gila."

Mendengar ucapan yang terlontar dari lawannya yang sudah lemah membuat pemuda itu terkekeh pelan lalu menoleh menatap teman-temannya yang masih setia berdiri di belakang, dengan hanya memberikan kode lewat gerakan mata orang-orang itu maju beberapa langkah.

Setelah beberapa menit dengan posisi menginjak perut lawan, ia menjauhkan kakinya. "Gue harap lo masih bisa bertahan," ujarnya tertawa dan pergi meninggalkan Andra yang sudah terkulai lemas.

Sebelum benar-benar pergi sosok itu menitipkan pesan pada orang suruhannya untuk kembali menghajar lawan. Andra yang sudah tak bertenaga hanya bisa diam dan terus meringis ketika tubuhnya kembali mendapatkan pukulan berharap ada yang bisa menolongnya sampai akhirnya tiba-tiba ia mendengar teriakan dari seseorang dengan langkah yang semakin mendekat membuat orang-orang yang memukulnya berhenti saat itu juga.

"Siapa lo?!" Pertanyaan terlontar dari salah satu pemukul sambil menatap tak suka karena sudah mengganggu pekerjaannya.

Orang yang berteriak itu kini sudah berada tepat di hadapan mereka lengkap dengan smirk yang menghiasi wajah tampannya. Dibalik balutan baju putih abu tubuhnya berdiri tegap menatap remeh ke arah orang-orang itu.

"Gak liat nametag yang ada di baju gue?"

Orang yang bertanya tadi sontak mengalihkan pandangannya ke arah kiri baju yang dipakai pemuda itu, ia tersenyum remeh lalu tanpa aba-aba langsung menyerang disusul dengan yang lain.

SEMICOLON (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang