Hari Minggu sudah berlalu digantikan dengan hari Senin. Seperti biasa kewajiban anak sekolah pada hari ini adalah melaksanakan upacara bendera rutin, sama halnya dengan Bulan yang kebetulan menjadi pembawa acara karena kali ini bagian kelasnya yang menjadi petugas.
Semua siswa-siswi sudah mulai memasuki lapangan utama dengan beberapa diantarnya dibawa ke depan karena melanggar aturan entah itu karena atribut yang tidak lengkap, ukuran celana atau rok yang tidak sesuai dengan ketentuan sekolah termasuk dengan para siswa yang memiliki rambut panjang. Dengan langkah malas mereka menuruti arahan dari sekbid kedisiplinan OSIS.
Semua sudah berbaris rapi dengan seragam putih-putih dan tanpa menunggu lama upacara pun dimulai.
Satu demi satu rangkaian acara Bulan sebutkan seraya dilakukan oleh petugas lapangan sampai akhirnya tiba pada bagian amanat pembina upacara, cukup menghabiskan waktu lama terbukti dengan para siswa yang kini sudah bergerak tak nyaman di barisannya. Hanya barisan belakang, sementara di depan mereka berusaha terlihat untuk tetap tegap seolah mendengarkan padahal aslinya sudah jengah mendengar hal-hal yang terus diulang.
Menghabiskan waktu sekitar empat puluh menit untuk menyelesaikan upacara, kini semua siswa sudah mulai bubar meninggalkan lapangan luas itu. Tapi tidak dengan para petugas, sebelum kembali ke kelas mereka memutuskan untuk berkumpul terlebih dahulu di tempat yang sebelumnya dipakai oleh Bulan.
"Oke, thank you, Guys! Kalian melakukannya dengan baik," ucap Adhit, ketua ekskul Paskibra sekaligus yang membantu latihan mereka selama seminggu penuh.
Para murid IPA-3 itu mengangguk tak lupa dengan senyum yang diperlihatkan.
"Thank you juga udah mau bantuin kelas kita." Alyza yang merupakan ketua kelas menanggapi perkataan pemuda hitam manis itu.
"Heum, gak masalah."
"Yaudah, kalau gitu gue sama temen-temen gue balik ke kelas, bel udah bunyi."
"Ah, iya. Silakan."
"Eh, Lan?"
Baru dua langkah Bulan beranjak dari tempatnya kini ia harus berhenti ketika Adhit memanggil namanya.
"Iya?" tanya Bulan bingung.
"Mmm … nanti katanya ada kumpulan OSIS, lo dateng, ya?"
Bulan mematung. "Oh, oke. Gue usahain dateng, kalau gitu gue duluan."
Adhit mengangguk sebagai jawaban seraya memberikan gerakan tangan seolah mempersilahkan Bulan untuk kembali melanjutkan jalannya.
Sama dengan yang sekolah Bulan lakukan, sekolah Andra juga baru menyelesaikan upacaranya. Sekolah swasta elite yang berada di tengah kota ini memiliki ratusan siswa sehingga membuat mereka seperti kumpulan semut yang berjalan ke sana kemari jika dilihat dari gedung ke tiga sekolah ini.
SMA Cakrawala namanya, selain berada di kawasan yang bisa dibilang strategis, semua fasilitas dan pelayanan di sini pun tak kalah bagusnya dan tidak akan mengecewakan. Itulah kenapa biaya untuk masuk ke sini bisa dibilang mahal.
Di salah satu kelas tepatnya di XI IPA 1 suasana mendadak hening ketika seorang siswa dengan postur tubuh tinggi dengan seragam serupa plus tas gendong yang hanya disampirkan di sebelah bahunya berjalan tegap memasuki ruangan itu, membuat orang-orang yang ada di sana diam seketika seolah terpana melihat kharisma yang terpancar.
Suara kursi yang terdorong akibat diduduki menyadarkan semuanya, terutama seseorang yang bisa dikatakan sebagai pemilik bangku tersebut kini menatap tak percaya pada orang yang baru datang itu.
"Lo lupa jalan ke kelas?"
Mendengar pertanyaan yang terlontar dari orang yang kini menjadi teman sebangku membuatnya melirik sekilas dan hanya mengembuskan napasnya malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMICOLON (COMPLETED)
Teen FictionDua tokoh utama yang dipertemukan tanpa sengaja dengan membawa luka hidup masing-masing. Berusaha menjadi kuat di hadapan satu sama lain meskipun salah satu dari mereka selalu gagal dalam menunjukkannya. Hal-hal sederhana yang dilakukan Bulan selal...