Setelah jalan-jalan di alun-alun kota dua hari yang lalu bersama dengan Bulan, kini Andra sudah mulai kembali ke sekolah. Ia berjalan santai di lorong yang akan membawanya ke kelas IPA 1, berbekal tas yang hanya menyampir di bahu serta tangan yang dimasukan ke dalam saku celana tanpa ada senyum di wajah membuat Andra seperti orang yang tak tersentuh. Siswa-siswi yang dilewati pun seolah tak ingin ambil pusing karena itu bukan pertama kalinya bagi mereka. Begitu pun dengan Andra, ia tak ingin memikirkan apa pun tanggapan orang-orang yang dilewati.
Berbelok ke sisi kiri kini Andra sudah berada tepat di depan pintu kelasnya. Ia melenggang masuk dan tiba-tiba saja suasana menjadi hening ketika ia melangkahkan kaki lebih dalam. Tatapan penuh tanya ia dapatkan namun kembali lagi Andra tak ingin menanggapi hal itu.
Andra duduk di tempat biasanya yang kebetulan Fano juga sudah ada di kelas. Semua yang ada di kelas kembali ke aktivitasnya masing-masing saat keterkejutan mereka sudah teratasi meski tak mendapat jawaban perihal kemana perginya Andra selama dua Minggu ini.
Fano menoleh, ia menatap Andra penuh tanya namun tak satu pun pertanyaan terlontar dari mulutnya.
Keduanya bersitatap saat Andra juga menoleh ke arahnya. "Kenapa?"
Fano gelagapan. "Ah, nggak. Lo ... baik-baik aja?"
Terlihat Andra mengangguk kecil. "I'm okay."
Lalu pembicaraan mereka harus terhenti ketika guru yang akan mengajar sudah memasuki kelas.
Dengan pelan Fano menghela napas, entah kenapa rasanya menjadi canggung padahal sebelumnya ia selalu blak-blakan pada sosok yang berada di sebelahnya ini.
Empat jam berlalu dengan dilewati oleh dua pelajaran yang lumayan menguras pikiran. Bel istirahat juga sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu hingga hanya menyisakan beberapa orang saja di dalam kelas termasuk Andra dan Fano.
Keduanya masih sama-sama diam tanpa ada yang berniat untuk membuka suara. Andra menyimpan handphonenya ke dalam saku dan akan keluar kelas, namun baru saja ia berdiri kini seorang gadis telah bergelayut manja di tangannya. Ia mendengus melihat sosok itu.
"Kamu kemana aja sih, Ndra?! Aku kangen tau," ucap gadis itu tanpa rasa malu.
Andra menghembuskan napas malas. "Lepasin tangan lo."
"Gak mau, ayo ke kantin bareng, aku laper."
Lagi-lagi terlihat Andra menghela jengah. Fano sendiri hanya menyaksikan tanpa ada niat untuk sekedar 'memisahkan' mereka seperti sebelumnya.
"Gue bilang lepasin Aren."
Aren mendengus. Ia menyentak tangan Andra kasar dan menatap pemuda itu kesal. "Kamu kok gitu terus ke aku, Ndra?"
"Berhenti ganggu gue," ucap Andra dan langsung berlalu keluar kelas tanpa mempedulikan apa-apa lagi.
Dengan wajah yang sedikit memerah menahan kesal Aren menghentakkan kakinya, ia menatap Fano yang kini juga tengah menatapnya dengan tatapan remeh sembari pemuda itu berjalan meninggalkan kelas yang mulai kosong.
"Argh! Sialan."
°°°°°°°
Pintu rooftop yang terbuka membuat Fano sontak memejamkan mata ketika hembusan angin langsung menyapa lembut wajah serta rambutnya, perlahan ia berjalan mendekati seseorang yang tengah terduduk di tengah-tengah lantai tanpa keramik itu.
Ia mendudukan tubuhnya di samping orang tersebut yang ternyata tengah memejamkan matanya dengan kedua tangan yang menjadi penahan ke belakang serta kaki yang satu tertekuk dan yang satunya dibiarkan berselonjor.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMICOLON (COMPLETED)
Подростковая литератураDua tokoh utama yang dipertemukan tanpa sengaja dengan membawa luka hidup masing-masing. Berusaha menjadi kuat di hadapan satu sama lain meskipun salah satu dari mereka selalu gagal dalam menunjukkannya. Hal-hal sederhana yang dilakukan Bulan selal...