Suara berisik membuat Siska tersadar dari lamunan panjangnya, setelah kejadian di sekolah tadi ia memang langsung pulang ke rumah dengan pikiran kalut. Pertemuan mendadaknya dengan Fano, anak tiri yang sudah tiga tahun ini lebih memilih tinggal di rumah kakak dari papa kandungnya, Kevin. Belum lagi mengingat amarah yang diperlihatkan oleh Fano pada Andra kala mengetahui bahwa ia adalah ibu kandungnya tambah membuat kepala Siska pening.
Lagi-lagi suara ribut kembali terdengar di telinga membuat Siska buru-buru keluar kamar guna melihat apa yang sebenarnya terjadi di luar sana lebih tepatnya ruang keluarga. Matanya membola kaget saat melihat keadaan di sana, mendapati Kevin sang suami berserta Rhival anak -tiri- pertamanya tengah saling menatap dengan tajam. Jelas sekali amarah menyelimuti mereka berdua meski Kevin terlihat lebih bisa mengontrolnya.
"AKU UDAH TAU SEMUANYA DARI LAMA, PA! AKU TAU SEMUANYA."
"APA YANG KAMU TAU HAH?!"
Rhival tersenyum miring mendengar itu. "Papa mau tau aku tau apa aja? Iya? AKU TAU KALAU KEPERGIAN MAMA BUKAN SEMATA-MATA KARENA FANO! AKU JUGA TAU PAPA SELINGKUH SAMA WANITA JALANG ITU PAS MAMA LAGI BERJUANG SAMA PENYAKITNYA! DAN AKU JUGA TAU PAPA GAK ADA DI SAMPING MAMA PAS MAMA LAGI BERTARUH SAMA KESELAMATANNYA SENDIRI! PAPA GAK ADA DI SAAT MAMA LAGI MEREGANG NYAWA PAS NGELAHIRIN FANO! PAPA GAK ADA DI SANA!"
Sunyi, semuanya seolah berhenti begitu saja. Siska yang mendengar pengakuan itu hanya mampu menangis dengan kepala yang tertunduk dalam, ia tak berani menyangkal atau pun sekedar melerai keduanya. Ia sadar sekarang.
"Apa? Papa gak bisa jawab, kan? Semua yang aku bilang bener, kan? Papa jahat tau, gak. Selama ini aku selalu diem pas Fano disiksa habis-habisan sama papa karena aku pikir emang gara-gara dia mama pergi. Tapi apa? Semuanya justru gara-gara Papa! Kalau aja Papa gak selingkuh kesehatan mama pasti gak akan memburuk. Papa tau mama sakit! Papa tau gimana keadaan mama tapi kenapa malah nambah bebannya dengan ngelakuin itu?!"
"Aku nyesel selalu percaya sama kalian! Aku nyesel selalu diam saat Fano ngerasain kesakitan itu dan aku nyesel ada di sini!"
Jatung Kevin seolah berhenti untuk beberapa saat, ia juga menyesali semua perbuatannya.
"V-Val ... ma-maafin Papa, Nak ..." ucap Kevin dengan tangan yang terulur untuk menyentuh Rhival, namun sebelum sampai tangannya sudah ditepis begitu saja.
Tak ada air mata di mata Rhival saat ini, ia hanya ingin meluapkan segala hal yang sudah ditahannya sejak lama. Dulu, ia memang tidak mengetahui kebenaran ini, yang ia tau hanya sebatas dirinya dan Fano adalah adik kakak yang berjarak satu tahun. Dan ketika Rhival kecil melihat sang adik selalu mendapat pukulan dari papanya ia hanya akan diam dengan segudang pertanyaan yang memenuhi kepala tanpa tau harus bertanya ke siapa, sering berjalannya waktu tak sengaja ia mendengar percakapan si papa dengan mamanya -yang dulu ia anggap mama kandung- karena memang tidak ada foto mendiang sang ibu di rumah ini.
Waktu itu umurnya sekitar 10 tahun dan ia sudah mengerti dengan apa yang dibicarakan oleh dua orang dewasa itu, mereka sempat menyebutkan satu nama, Tira, yang baru ia ketahui bahwa sosok itu adalah mama kandungnya. Di percakapan itu pun ia mendengar bahwa Tira ini meninggal karen Fano, dari situlah hubungan kakak beradik mereka hancur.
Sejujurnya, setelah itu Rhival hanya bisa memendam sendiri rasa penasarannya terhadap sosok ibu kandung, sampai pada tiga tahun berikutnya ia tahu semua begitu juga dengan Fano. Waktu itu Kevin lepas kendali karena pekerjaan kantornya tidak sengaja terbuang oleh Fano, di sanalah semuanya terbongkar. Fano mengetahui siapa dirinya dan alasan kenapa ia selalu mendapatkan perlakuan buruk di rumah ini.
Lalu, setelah lulus SMP, Nida selaku kakak kandung dari Kevin yang waktu itu baru kembali ke tanah air mengetahui apa yang terjadi di keluarga Wistara ini, sejak itu tanpa bantahan Fano memilih pergi dari rumah penuh siksaan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMICOLON (COMPLETED)
Teen FictionDua tokoh utama yang dipertemukan tanpa sengaja dengan membawa luka hidup masing-masing. Berusaha menjadi kuat di hadapan satu sama lain meskipun salah satu dari mereka selalu gagal dalam menunjukkannya. Hal-hal sederhana yang dilakukan Bulan selal...