Andra mengucek matanya pelan seraya membangunkan tubuhnya untuk bersandar pada kepala ranjang. Ia cukup sadar untuk mengetahui dimana keberadaannya sekarang, tangannya terulur mengambil handphone yang sempat ia simpan di nakas.
Pukul 06.00 Andra bangkit dari tempatnya dan berjalan keluar kamar berniat untuk mencari sosok Fano yang entah dimana tidurnya. Dengan pelan ia menuruni satu persatu tangga yang akan membawanya ke lantai dasar. Saat sampai pada pijakan terakhir ia dikagetkan dengan kehadiran wanita paruh baya yang muncul dari ruangan di sebelah kiri dan dapat dipastikan itu adalah dapur.
"Aaah …." Andra menggaruk tengkuknya yang tak gatal ketika mendapat tatapan bingung dari wanita itu.
"Kamu siapa?"
"Aaa sa-saya …."
"Lho, kok Mama gak bilang kalau mau pulang?"
Dua orang itu menoleh saat mendengar suara orang yang lain.
"Lho?" heran Nida sambil tangannya menunjuk ke arah orang itu yang ternyata adalah Fano. "Kamu tidur di kamar tamu?"
Fano mengangguk tanpa beban sementara Andra tetap diam.
"Dia siapa?" Kini fokus Nida kembali pada Andra. "Kirain tadi subuh yang di atas itu kamu, Fan."
Tatapan Fano beralih ke Andra. "Oh, dia temen Fano, Ma."
"Mmm sa-saya Andra, Tante. Maaf merepotkan karena nginep di sini."
Nida mengangguk-anggukkan kepalanya. "Kalian satu sekolah?"
"I-iy--"
"Udahlah, Ma. Gak penting, Mama kapan pulang? Kok gak bilang dulu," ucap Fano memotong perkataan Andra.
Dengan kesal Nida menghembuskan napasnya ketika mendengar pertanyaan yang terlontar dari anak semata wayangnya itu. "Mama pulang jam empat subuh."
"Papa mana?"
"Papa masih di kamar. Kamu sekolah hari ini?"
"I-"
"Khem."
Ucapan Fano terhenti ketika Andra berdehem pelan sontak membuat ibu dan anak itu menoleh ke arahnya.
"Oh iya, aduh Tante lupa kalau ada kamu, Ndra," ucap Nida merasa tak enak.
Andra tersenyum kikuk. "Gak papa kok Tante, kalau gitu Andra pamit dulu. Maaf udah ngerepotin."
"Lo langsung pulang?" ucap Fano membuat Andra menatapnya. Tatapan mereka bertemu dan hanya dibalas anggukan singkat oleh Andra.
"Andra permisi, Tante. Terima kasih."
"Gak sarapan dulu? Tante udah masak, lho." Nida menahan tangannya.
Dengan lembut Andra melepaskan tangan halus itu. "Gak papa, Tan. Andra pulang aja," ucapnya dan langsung berjalan menuju pintu utama.
"Lho tapi, kan--"
"Udahlah, Ma. Lagian Andra juga mau ke sekolah, rumah dia jauh dari sini." Fano yang sedari tadi hanya menonton kini ikut buka suara ketika melihat sang ibu yang sepertinya akan terus memaksa pemuda itu untuk sarapan di sini.
Nida yang mendengar ucapan anaknya hanya merenggut kesal. "Ya udah, kalau gitu kamu sekarang mandi. Mama mau bangunin papa dulu."
Fano berdehem pelan sebelum akhirnya ia meninggalkan Nida di ruang tengah yang berdekatan dengan tangga itu.
Di tempat lain, Andra sudah sampai di kediamannya. Ia memarkirkan motor lalu dengan pelan masuk ke rumah tanpa menimbulkan suara apa pun.
Dengan langkah sedikit berjinjit Andra terlonjak saat mendengar suara tegas Dimas. Ia berbalik, menatap takut papanya yang seperti biasa sudah siap dengan pakaian kantornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMICOLON (COMPLETED)
Teen FictionDua tokoh utama yang dipertemukan tanpa sengaja dengan membawa luka hidup masing-masing. Berusaha menjadi kuat di hadapan satu sama lain meskipun salah satu dari mereka selalu gagal dalam menunjukkannya. Hal-hal sederhana yang dilakukan Bulan selal...