Bulan mendongakkan kepala saat sosok jangkung itu memberinya payung di tengah hujan. Ah, padahal posisi keduanya sudah sama-sama basah, aneh memang. Detik berikutnya tanpa aba-aba mereka tertawa lepas menikmati suasana yang ada, bermain hujan di tengah taman kota tanpa ada rasa takut sedikit pun karena dalam diri keduanya ada keyakinan selama mereka bersama jahatnya semesta bukan apa-apa. Bukankah sebelumnya mereka juga melewati banyak hal yang menyakitkan?
"Lo minta gue tunggu di sini cuma buat ambil payung, Ndra?" tanya Bulan ketika tawa mereka mereda.
Alih-alih menjawab Andra hanya mengendikkan bahunya dan memberikan payung itu ke tangan Bulan sepenuhya, lalu ia berjalan ke arah bangku yang tak jauh dari posisinya berdiiri. Dan selama itu Bulan hanya jadi penonton dari setiap hal yang Andra lakukan. Merasa diacuhkan, Bulan menyimpan payung itu. Tak peduli jika kembali terkena guyuran air dari langit, toh dari awal juga sudah basah, kan?
"You okay?" tanya Bulan saat ia sudah duduk tepat di sebelah Andra.
Lagi-lagi tak ada jawaban, sosok itu hanya menoleh dan menatap dalam dengan senyuman tipis di bibirnya yang terlihat pucat.
"Ndra ... lo tau, gue selalu ngerasa jadi orang paling beruntung karena memiliki lo di dunia yang terus-terusan meminta gue untuk jatuh ini. Lo selalu berhasil jadi alasan gue untuk hidup berkali-kali." Bulan terus menceritakan semua hal yang ada di pikirannya tentang Andra tepat di depan pemuda itu sendiri. Ia seperti tidak akan kehabisan kata untuk menggambarkannya sekali pun diminta untuk membuat cerita yang utuh tentang sosok itu. Ia bahkan ragu jika bisa menyelesaikannya hanya dalam seratus halaman.
"Gue selalu berharap lo ada di samping gue sampai kapan pun, kita beriringan kemana pun dan menghabiskan waktu bersama seperti yang lo bilang."
"Lo selalu bilang, kemana pun gue pergi, gue harus pergi sama lo. Lo ingat itu, kan?"
Andra hanya mengangguk dengan senyuman yang tak pernah lepas dari bibirnya.
"Dulu gue selalu ngira kalau Tuhan gak adil tentang kehidupan yang gue jalani, tapi dengan cara itu akhirnya gue bisa ketemu lo. Sosok Andra yang selalu kuat di hadapan gue, Andra yang selalu mengusahkan apa pun demi lihat gue senyum, Andra yang hanya akan bersikap lembut saat sama gue, Andra yang selalu khawatir sama keadaan gue, Andra yang bahkan siap sedia jadi tempat ternyaman buat gue pulang padahal lo sendiri gak dapatin itu."
"Rasanya ucapan terima kasih itu gak bakalan cukup untuk semua hal yang udah lo kasih buat gue, Ndra. Lo berhasil ngebuat gue akhirnya berani melawan dunia dengan adanya lo di hidup gue. Gue selalu berdo'a kalau Allah bakalan selalu mendekap lo dengan kasih sayang sama cintanya yang nggak lo dapatin dari orang tua lo pada saat itu, atau bahkan dari kurangnya hal yang gue kasih ke lo, gue selalu berharap penjagaan Allah yang nantinya kan jadi pemenang di setiap keadaan hidup yang lo alami."
"Dulu gue selalu bilang kalau gue juga bisa jadi rumah buat lo, tapi nyatanya selama kita kenal lo yang beneran jadi rumah. Pada saat lo sedih pun nyatanya gue gak bisa menghibur atau memberi apa pun selain pelukan yang gue punya, gue selalu ngerasa gak bisa ngasih yang terbaik buat lo meskipun lo gak nuntut itu ke gue."
"Andra, di kehidupan berikutnya gue minta tolong untuk kembali jadi Andra yang gue punya di sini, ya? Bantu gue untuk memohon dan minta izin sama Allah, gue gak mau lo jadi milik siapa pun nantinya."
Di tengah hujan yang semakin mereda, dapat Bulan rasakan wajahnya ditarik mendekat ke arah Andra, rasa dingin dari tangan pemuda itu sedikit membuatnya bergidik. Tanpa berucap apa pun Andra terus mendekatkan wajahnya, hingga waktu terasa lambat Bulan rasakan saat keduanya beradu, rasa dingin itu perlahan menjadi hangat dan tanpa sadar Bulan menitikan air mata.
"ANDRAAA!!!"
Bulan terbangun dari tidurnya, ia menangis dengan dada dan tenggorokan yang terasa sesak. Sosok itu, Andra, terasa nyata sekali kecupan dan sentuhan tangan di pipinya. Rasa dingin yang perlahan menghangat itu benar-benar dapat Bulan rasakan, ia merindukan Andra, sangat.
Tangisnya tak kunjung mereda meski mimpinya sudah berlalu dari dua jam yang lalu, ia benar-benar ingin menyentuh Andra kembali, mendekapnya seperti dua tahun yang lalu.
Tidak ingn terus-terusan terpuruk akhirnya Bulan beranjak dari ranjang, membersihkan diri dan akan menemui Andra di tepatnya.
_________
Menghabiskan waktu sekitar satu jam akhirnya Bulan sampai di tempat yang akan ia kunjungi, sebelumnya ia mampir ke toko bunga langganannya saat bersama Andra untuk membeli mawar putih kesukaan pemuda itu. Sebelum melangkah lebih jauh, Bulan kembali menghembuskan napas guna mengurangi rasa sesak yang terus bersemayam tanpa berniat meninggalkannya sedikit pun.
Langkahnya melaju menyusuri tanah yang mulai kering karena sebelumnya terguyur hujan, hanya tinggal beberapa langakh lagi sebelum ia dapat sampai ke tempat Andra berada. Air matanya kembali luruh setiap ia mengunjunginya, berteriak dalam hati kenapa semesta merebut paksa dunianya.
Bunga yang Bulan bawa kini sudah berpindah tempat di dekat batu yang brtuliskan nama lengkap pemudnya, Alfeandra Gifari. Tanpa berkata apa pun, kaki Bulan terasa lemas begitu saja, ia terduduk dengan tangisan yang menyayat hati siapa pun yang mendengarnya.
"Ndra ... terima kasih karena udah datang ke mimpi gue semalam, tapi ternyata itu gak ngebuat gue berhenti buat kangen sama lo, sentuhan tangan sama kecupan bibir lo malah semakin membuat gue mau peluk lo setiap harinya."
"Gu-gue ... gue benar-benar mau lo ada di sini. Andra, gue mau lo temenin gue lagi."
"Lo selalu ngajarin gue banyak hal, tapi kenapa lo gak ngajarin gue hidup tanpa lo. Di saat gue mau damai sama dunia, kenapa gue kembali dipatahkan tanpa ada penawarnya, Ndra?"
"Allah udah jawab do'a gue, ya? Dia udah dekap lo sepenuhnya, harusnya gue seneng, kan? Tapi kenapa rasanya sesakit ini, Ndra."
"Hari-hari gue rasanya hampa banget tanpa lo. Lo tau, setiap hari gue harus nahan sakit di tenggorokan biar gue gak nangis karena mau ketemu lo."
"Gak bosan-bosannya gue ucapin terima kasih untuk semua hal yang lo beri sama lo ajarkan, dan janji lo dulu yang lo tepatin, bahwa lo gak akan mengakhiri cerita hidup lo sendiri sebelum waktunya. Terima kasih sudah ada di dunia ini meskipun masanya telah habis. Lo abadi di hidup gue, Ndra."
"Maaf karena ternyata gue masih belum bisa merelakan. Ndra, after 2 years, lo tetap pemenangnya. Gue janji akan terus hidup sampai nanti masanya habis kita akan ketemu lagi. Janji bantuin gue buat terus memohon sama Allah biar kita ketemu lagi, ya."
"Terbanglah bersama cinta dan kasih yang kamu punya, Ndra. Bulanmu akan selalu bersinar, sendirian."
__________
Alfeandra Gifari, telah menghembuskan napas terakhirnya 07 Agustus 2022 akibat luka berat yang ia dapatkan di kepala setelah sebelumnya koma selama 1 Minggu. Sebelum itu ia sempat sadar beberapa jam dengan meninggalkan surat yang ia tulis saat keadaannya begitu lemah.
Andra's love
Ma, Pa, maaf jika selama ini Andra menjadi anak yang kurang baik untuk mama sama papa, tapi jika nanti Andra dilahirkan kembali, Andra tetap mau jadi anak kalian dengan keadaan yang lebih baik, supaya Andra bisa membuktikan kalau Andra emang layak mendapat kasih sayang dari kalian. Maaf jika dengan adanya Andra malah membuat mimpi kalian terkubur gitu aja, tapi Andra bener-bener bangga punya orang tua seperti kalian karena sedikit pun gak pernah nyerah sama dunia, berbeda dengan Andra yang ingin mengakhirinya berulang kali.
Ma, Pa, kalian harus tau, di gelapnya hidup Andra, akhirnya Andra ketemu sama Bulan yang bisa kasih cahaya untuk Andra. Sinarnya pada saat itu memang redup, tapi setidaknya kita dapat melihat jalan dengan adanya itu.
Setelah Andra mencoba mengakhiri cerita sebelum pada waktunya, Bulan berhasil membuat Andra untuk menjadi cerita yang utuh tanpa meninggalkan pertanyaan apa pun di akhir cerita yang ada. Andra sayang kalian, jika masa dan cerita Andra sudah habis, tolong untuk selalu mengingatnya, ya. Setidaknya meski tanpa judul, Andra pernah jadi bagian paragraf di cerita mama, papa dan Bulan.
I love you to the moon and back. Nanti kita ketemu lagi.
Alfeandra Gifari;
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMICOLON (COMPLETED)
Teen FictionDua tokoh utama yang dipertemukan tanpa sengaja dengan membawa luka hidup masing-masing. Berusaha menjadi kuat di hadapan satu sama lain meskipun salah satu dari mereka selalu gagal dalam menunjukkannya. Hal-hal sederhana yang dilakukan Bulan selal...