Kali ini Bulan sudah rapi dengan memakai hoodie putih yang dipadukan bersama celana kulot berwarna hitam dengan sandal berwarna serupa. Ia berdiam diri di pinggir jalan dengan sesekali melihat handphone, jam dan jalan bergantian.
Gadis itu menghembuskan napas pelan ketika orang yang ditunggunya tak kunjung datang, padahal ia sudah menunggu sekitar lima belas menit di sini. Dengan langkah pelan ia berjalan ke arah pos ronda yang tak jauh dari sana, kakinya benar-benar pegal sekarang.
"Andra kemana, deh. Apa macet?" tanya Bulan entah pada siapa, ia hanya khawatir tentang keselamatan sosok itu mengingat Andra yang selalu luka-luka tanpa ia tau apa penyebabnya.
Cukup lama Bulan duduk sampai akhirnya sebuah motor sport berwarna merah berhenti tepat di depannya. Mengetahui siapa pemilik motor itu Bulan bergegas mendekati.
"Lama, ya? Sorry," ucap Andra setelah membuka helmnya terlebih dahulu.
Bulan mengangguk. "Heum, tapi lo gak papa, kan?"
Mendengar pertanyaan yang terlontar dari gadis itu membuat Andra mengerutkan keningnya bingung. Ia turun dari motor dengan menatap aneh ke arah Bulan. "Gue gak papa, ada yang salah?"
Bulan menghembuskan napas lega mendengarnya. "Gak ada yang salah, gue cuma takut lo kenapa-napa."
Terdengar kekehan dari Andra sambil menggelengkan kepala tak habis pikir. "Gue baik-baik aja, tadi ada kendala di rumah makannya agak lama."
"Beneran?" tanya Bulan tak lupa dengan tatapan matanya yang menyelidik.
"Bener."
"Lo gak bohong, kan? Pasti ada yang luka." Bulan berbicara dengan badan yang memutari tubuh sosok jangkung itu.
Kegiatan Bulan terhenti ketika Andra mencekal lengannya. "Udah gue bilang gue gak papa. Jadi berangkat gak?"
"Hehe." Bulan menampilkan senyum seperti orang bodoh yang membuat Andra menghembuskan napas malas.
Lalu pemuda itu menyodorkan helm yang diterima cepat oleh gadis di depannya dan tanpa menunggu lama ia kembali menaiki motor.
"Yuk, berangkat," ujar Bulan setelah ia duduk aman di jok belakang.
"Pegangan," ucap Andra yang langsung dituruti oleh Bulan.
Detik berikutnya mereka meninggalkan tempat itu yang entah kenapa sore ini terlihat sepi tanpa ada orang yang berkumpul seperti biasanya.
Sepanjang jalan hanya dilewati dengan diam, keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing.
Bulan menatap jalanan yang terlihat keemasan karena sinar dari matahari yang akan kembali ke peraduannya, gedung-gedung pencakar langit juga menjadi pemandangan saat ini. Sesekali ia mengeratkan pegangan tangannya karena Andra yang menambah kecepatan.
Bulan bersandar pada punggung kokoh itu, aroma parfum yang maskulin menguar dari tubuh Andra membuat Bulan memejamkan matanya, sesaat mencoba menghirup harum yang khas itu. Dan tanpa Bulan ketahui Andra tersenyum manis di balik helmnya.
Cukup lama mereka berkeliling sampai akhirnya Andra menghentikan motor di tempat yang agak sepi. Bulan yang menyadari Andra akan melepaskan helm mencoba melepaskan pelukan dan sedikit menjauhkan badannya dari punggung sosok itu.
Andra menoleh ketika helmnua sudah terlepas, ia menatap Bulan yang juga menatapnya. Cukup lama mereka bersitatap sampai akhirnya Andra tersenyum membuat Bulan menatapnya aneh.
"Kita mau kemana? Masa keliling doang," tanya Andra ketika gadis yang ditatapnya masih belum bersuara.
"Lo yang ngajak, gue ngikut aja." Bulan menjawab dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMICOLON (COMPLETED)
Novela JuvenilDua tokoh utama yang dipertemukan tanpa sengaja dengan membawa luka hidup masing-masing. Berusaha menjadi kuat di hadapan satu sama lain meskipun salah satu dari mereka selalu gagal dalam menunjukkannya. Hal-hal sederhana yang dilakukan Bulan selal...