PART 17 : Siapa Yang Akan Menang?

81 23 73
                                    


Heera menatap tajam Darrel. Kedua tangannya mengepal di atas meja. Bisa-bisanya seorang Darrel Aileen, saingan yang selalu membuat Heera kesal, mengajaknya berkencan. “Saya tidak mau berkencan dengan Anda!” teriak Heera dengan tegas.

Darrel tersenyum. “Kenapa? Kan, kita itu cocok?” tanya Darrel begitu santai.

“Apa? Cocok?” Heera menggeleng. “Enak saja kita cocok! Anda tidak ada cocoknya sama sekali sama saya, batu berjalan!” ketus Heera.

Darrel tertawa kecil. “Anda belum menyadari,” sahut Darrel.

“Pokoknya saya nggak mau berkencan sama Anda!” bentak Heera naik oktaf.

Darrel mengangkat sebelah alisnya. “Saya akan buat Anda berkencan sama saya, Nona irian. Dengan cara apa pun juga,” sahut Darrel begitu berambisi, membuat Heera menjadi pasangan kencannya.

Heera menggeleng. “Nggak ada pasangan kencan! Saya nggak mau berkencan, apa lagi sama Anda! Tidak sudi berkencan dengan Anda!”

Darrel tertawa. “Sekarang ini, kita lagi kencan, loh. Nggak merasa Anda?” tanya Darrel, membuat Heera terbungkam. Ia mendengkus kesal. Sampai rumah, ia akan benar-benar mengamuk kepada Gibran. Semua ini salah Gibran!

“Ah, ini bukan kencan!” sahut Heera mulai berdebat.

“Kencan, Nona. Coba saja nonton drama Korea, ini tuh, kencan,” sanggah Darrel.

“Pokoknya saya nggak mau berkencan sama Anda!”

Darrel menatap tajam Heera, ia tertawa. “Oh, ya? Yakin nggak mau kencan sama saya? Saya itu tampan, tinggi, putih, saya serba bisa, saya pengusaha restoran sukses, kenapa tidak mau sama saya? Anda beruntung, loh, dapat tawaran kencan dari saya. Saya ini idaman para wanita,” jelasnya dengan begitu berbangga diri.

Heera mencebik. Tatapannya mendelik ke arah Darrel. “Sombong sekali Anda, batu berjalan. Anda pikir saya nggak laku? Saya ini cantik, tinggi, putih, pintar, saya juga serba bisa, saya ini idaman para pria, loh. Saya ini pemilih. Anda bukan tipe saya, ya. Kekasih saya itu sangat sempurna. Anda dibandingkan jauh dengan kekasih saya, batu berjalan!” sahut Heera membanggakan dirinya menjadi idaman para pria.

Darrel mengerutkan keningnya. “Oh, ya, jauh? Masa, sih? Anda janganlah berbohong,” sanggah Darrel.

Heera mendengkus kesal. “Ah, sudah, lah. Capek saya berdebat dengan Anda! Pokoknya nggak ada kencan di antara kita! Saya menolak tawaran Anda, batu berjalan! Anda jauh dari idaman saya. Jangan berharap bisa mendapatkan hati saya, ya!” tegas Heera.

Darrel tersenyum miring. “Mungkin hari ini Nona irian bisa menolak saya. Lihat saja hari berikutnya, Nona pasti tidak akan menolak saya. Saya akan pastikan Nona akan berkencan dengan saya. Cinta dapat datang karena terbiasa. Saya akan mendatangkan cinta untuk Nona. Kita lihat, yang menang pendirian Nona irian yang mau single selamanya, atau menang dengan usaha saya yang ingin menjadikan Anda pasangan kencan,” jelas Darrel, memberikan tantangan kepada Heera.

Heera mengerucutkan bibirnya karena kesal. “Kenapa sih, Anda ingin berkencan sama saya?” tanyanya dengan kesal.

“Ya, kita senasib bukan?” tanya Darrel.

Heera menggeleng. “Oh, No! Saya tidak senasib sama Anda! Ah, saya mau pulang, mau ngamuk sama Gibran!” Heera bergegas meninggalkan restoran dengan perasaan kesal.

Darrel tertawa, memandang kepergian Heera. Darrel menyilangkan kedua tangannya di dada. “Oke, mari kita lihat, saya atau Anda yang akan memenangkan tantangan itu, Nona Heera irian,” gumam Darrel. Darrel bergegas membayar tagihan makanannya dengan Heera.

Mbak Boba & Mas Seblak [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang