PART 36 : Ketertarikan

71 18 75
                                    


Dareen tengah merenung di kolam renang. Kedua kakinya masuk ke dalam air, sementara badannya ada di tepi kolam. Dareen menggerakkan kedua kakinya. Ia tengah memikirkan sesuatu.

Dareen mengembuskan napasnya. “Tidak apa-apa. Kamu harus ikhlas Heera sama Darrel. Ya, walau Heera adalah perempuan yang benar-benar membuatku jatuh padanya. Darrel lebih pantas dengannya daripada aku,” gumamnya.

Pikiran Dareen terseret oleh satu bulan yang lalu, di mana dirinya mulai dekat dengan Heera.

Setelah pertemuan tidak sengaja itu dan berakhir menginap di rumah Heera, Dareen datang di kafe Heera karena ada klien yang memintanya meeting di sana. Saat selesai meeting, Dareen menghampiri Heera yang tengah menunggu di kasir.

“Oh, jadi kamu yang punya kafe ini?” tanyanya berusaha berbasa-basi. Ia sudah tahu dari akun Instagram milik Heera.

Heera mengangguk. “Ngapain di sini? Mau cosplay jadi patung?” tanya Heera, membuat Dareen tertawa lepas.

“Kamu lucu banget, sih! Gemes sama kamu!” Saat Dareen hendak mencubit pipi Heera, Heera menahannya.

“Jangan sentuh!” tegasnya.

Dareen menghela napas. “Kalau Darrel boleh?” tanya Dareen.

Heera menatap tajam Dareen. “Ngapain bahas Darrel?” tanya Heera dengan ketus.

“Ya, kan, kamu pasti sering, dong, ketemu sama Darrel,” sahutnya.

“Nggak penting kamu tahu! Yang jelas kalian berdua menyebalkan,” gerutu Heera, lalu mengerucutkan bibirnya.

Dareen kembali tertawa karena melihat ekspresi bibir Heera yang menggemaskan. “Kayak gitu minta cium?” tanyanya, lalu mengedipkan sebelah matanya.

Heera melotot, lalu memukul pundak Dareen. “Jangan mesum, ya! Kita baru aja temenan!” peringatnya dengan tajam.

“Iya, ya, Bu Boba,” sahutnya, membuat kedua alis Heera menyatu.

Heera berkacak pinggang, lalu menjewer telinga Dareen. “Jangan sembarangan, ya! Aku belum setua itu! Aku seumuran sama kamu mau saudara kembar kamu!”

Dareen kembali tertawa, “Iya, maaf.”

Semenjak itu, Dareen setiap hari mendatangi kafe Heera dan berbincang-bincang dengan Heera. Dareen dan Darrel tidak jauh berbeda. Mereka sama-sama jahil kadang membuat Heera sangat kesal.

“Kamu kalau galak makin cantik, loh,” gombal Dareen.

Heera memukul lengan Dareen dengan sendok. “Jangan kayak Darrel kamu!” Tiba-tiba Heera menatap ke jendela samping. Dareen mengikuti tatapan Heera, ia sadar bahwa Heera teringat dengan Darrel. Walau begitu, Dareen ingin berusaha membuat Heera jatuh padanya.

“Ya, udah maunya apa?” tanya Dareen.

Heera menopangkan dagunya dengan kedua tangannya. Heera terlihat cantik bagi Dareen. “Kamu nggak pulang? Nggak capek pulang kerja ke sini?” tanya Heera.

Dareen menggeleng. “Kalau lihat kamu, capeknya langsung hilang,” sahut Dareen.

Heera menyentil dahi Dareen. “Kamu dari tadi gombal terus! Kita kan, temen, jangan gitu, lah,” protes Heera.

Dareen tertawa. “Ya, tapi itu faktanya, Heera. Masa aku harus bohong sama kamu,” sahut Dareen dengan tatapan menggoda di depan Heera.

Heera menghela napas. “Ah, terserah, deh!” Heera beranjak dari kursi, tetapi Dareen menahan lengan Heera.

“Boleh aku bantu?” tanya Dareen.

Heera mengerutkan keningnya. “Kamu nggak capek? Kamu baru pulang kerja. Nanti dicariin papa kamu,” sahut Heera.

Mbak Boba & Mas Seblak [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang