PART 38 : Terungkap

99 18 76
                                    


Darrel menatap Heera dengan penuh binar. “Jadi, sebenarnya perasaan saya sama Anda, saya suka sama Anda, Nona Heera Diatmika. Bukan sekadar suka, tetapi saya memang mencintai Anda, Nona. Saya akan jelaskan semua yang sudah terjadi.”

“Kenapa saya menjauh? Kenapa mantan saya dekat lagi sama saya? Saya akan jelaskan sama Anda. Saya menjauh karena saya merasa Anda tidak pernah tertarik sama saya. Saya hanya pengganggu dalam hidup Anda. Saya memutuskan untuk jauh saja dari Anda, lalu saya meminta Gibran untuk menginformasikan apa saja yang terjadi kepada Anda. Entah bagaimana, tiba-tiba mantan saya kembali. Dia tiba-tiba meminta maaf sama saya dan mengajak saya kembali berteman. Saya bukan pendendam, ya saya maafkan saja dan saya mau berteman dengannya.”

“Ayudia selalu mengingat masa lalunya sama saya, dia selalu mendekati saya dan menyentuh saya, Anda pikir saya kembali padanya?”

Darrel menggeleng. “Tentu saja saya tidak kembali lagi. Walau saya memaafkannya, sikap dia di masa lalu tidak bisa membuat saya luluh. Sebaik apa dia sekarang, saya sudah tidak mencintai dia lagi, Heera. Saya tidak benar-benar percaya sama dia. Dia mantan saya yang paling membuat saya sakit sampai koma dan restoran saya bangkrut. Walau saya melihat dia berubah, tidak lagi boros, marah-marah, tetapi saya hanya menganggap Ayudia teman, tidak lebih. Anda harus percaya sama saya kalau saya dan Ayudia tidak akan kembali. Saya hanya mencintai Anda, bukan dia.” Darrel memeluk Heera dengan erat. Lelaki itu meloloskan buliran bening. Ia tidak menyangka, Heera akan mengakui perasaan kepadanya. Cintanya kini tidak bertepuk sebelah tangan.

“Jadi, sekarang?”

“Kita pacaran. Kamu sekarang pacar aku dan aku pacar kamu. Panggilan kita berubah, aku-kamu, bukan saya-Anda lagi. Darrel Aileen dan Heera Diatmika telah resmi berpacaran,” ujar Darrel begitu bahagia.

Heera menangis terharu. Ia tidak menyangka, ternyata Darrel tidak kembali pada mantannya dan mencintai dirinya. Darrel mengecup singkat kening Heera dengan lembut.

“Aku janji akan menjagamu selalu, Heera. Aku akan menjadi lelaki terakhir denganmu. Aku tidak akan pernah meninggalkan kamu.”

Tiba-tiba saja, Heera kembali merasakan pusing, lalu pandangannya mengabur. Heera tidak sadarkan diri di pelukan Darrel.

Darrel membulatkan matanya, lalu menepuk pipi Heera. “Heera! Bangun!” Darrel bergegas menggendong tubuh Heera, masuk ke dalam mobil. Darrel segera membawa Heera ke rumah.

Sesampai di rumah Heera, Gibran mengajak Darrel membawa Heera ke kamarnya. Darrel membaringkan tubuh Heera di atas ranjang, lalu menyelimutinya. Heera terlihat sangat pucat. “Kenapa dia bisa sakit?” tanya Darrel.

Gibran mengembuskan napasnya dengan kasar. “Kak Heera banyak pikiran, mikirin Kakak kayaknya. Kak Heera kecapekan ngurus kafe apalagi akhir-akhir ini aku jarang bantuin dia, karyawan cuma dua. Ditambah Kak Heera belum makan, Kak. Dia masak, tapi dia nggak makan dari pagi,” jelas Gibran.

Darrel menggenggam jemari Heera dengan erat. “Kakak akan menjaganya sampai sembuh. Oh, ya, kamu ambil mobil Heera di jembatan. Kamu mau kemana setelah ini?" tanya Darrel.

"Mau ke kafe Kakak," jawab Gibran.

Darrel memberikan kunci mobil Heera. "Itu kuncinya. Kamu hati-hati," ujar Darrel.

Gibran mengangguk. "Jagain Kakakku, Kak."

Darrel mengangguk. “Pasti aku sangat menjaganya apalagi Heera sekarang kekasihku,” jawab Darrel, membuat Gibran berbinar-binar.

“Hore! Punya kakak ipar! Aku berangkat, Kak! Semoga langgeng!” Gibran bergegas meninggalkan rumah.

Darrel mengompres kening Heera. Ia menatap sendu Heera yang masih terpejam. “Maafkan aku, Sayang. Kamu seperti ini karena aku,” ujar Darrel begitu lirih. Darrel mengecup pipi Heera dengan lembut.

Mbak Boba & Mas Seblak [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang