PART 20 : Malam Yang Berkesan

92 24 72
                                    


Hawa sejuk menembus kulit putihnya karena angin begitu kencang di malam yang gelap terdapat beberapa bintang yang indah. Sosok lelaki mengenakan hodie berwarna hitam, memasuki mobil hitam. Malam ini rencananya ia akan pergi ke rumah orang tuanya.

Darrel mengendarai mobil dengan kecepatan rata-rata, menuju rumah orang tuanya. Dalam hatinya, tersimpan banyak penyesalan dan kemarahan. Ia marah, orang tuanya telah membuat Oliver menderita.

Beberapa menit kemudian, Darrel telah tiba di depan rumah besar bercat warna putih. Darrel keluar dari mobil. Darrel melangkahkan kedua kakinya, menuju teras rumah mewah tersebut.

Darrel menekan bel rumah agar penghuni rumah mengetahui kedatangannya dan membukakan pintu untuknya. Tidak lama kemudian, pintu besar berwarna putih terbuka oleh sosok wanita paruh baya. “Malam, Tuan Muda Darrel,” ujar wanita itu dengan menunduk.

Darrel tersenyum lebar, menatap wanita itu. “Malam, Bi. Tolong panggilkan papa dan mama. Saya harus bicara dengan mereka,” sahut Darrel.

Darrel memasuki ruang tamu, menunggu di kursi sofa berwarna merah. “Tuan Muda mau minum apa?” tanya pembantu rumah tangga itu.

“Air putih saja, Bi,” jawab Darrel.

Pembantu rumah tangga itu memanggil majikannya untuk menemui putranya yang baru saja datang. “Tuan, Nyonya, ada Tuan Muda Darrel di ruang tamu,” ujarnya, membuat Aileen mengerutkan keningnya.

“Ada apa anak itu ke sini?” tanya Dhani Aileen begitu heran.

“Saya tidak tahu, Tuan, Nyonya,” jawab pembantu rumah tangga itu.

Dhani dan Heni bergegas, menuju ruang tamu. Dareen mengikuti langkah kedua orang tuanya. Mereka tidak mengerti, mengapa Darrel tiba-tiba datang ke rumah.

Sesampai di ruang tamu, Darrel menatap dingin kedatangan mereka. “Malam, Ma, Pa, Dareen,” sapa Darrel dengan nada ramah.

“Ada apa kamu ke sini, Darrel?” tanya Dhani dengan dingin.

“Kenapa? Nggak boleh saya ke sini? Apakah saya sudah benar-benar Anda anggap mati, Pa?” tanya Darrel.

Dhani memutar bola matanya. “Jangan banyak drama kamu! Cepat, katakan, apa tujuanmu kemari!” desak Dhani.

Darrel menyilangkan kedua tangannya di dada. Ia menatap tajam kedua orang tuanya. “Saya mau bertanya, apakah saya ini anak kalian? Kenapa saya begitu mendapatkan perlakuan berbeda? Apakah karena penyakit dalam tubuh saya, saya tahu saya merepotkan selama ini. Untuk itu, saya minta kalian jangan pernah campuri urusan saya, terutama Dareen!” terang Darrel dengan nada tegas. “Kita putus hubungan sekarang!” tambah Darrel, membuat Dhani, Heni, dan Dareen terbelalak.

Tiba-tiba Dhani tertawa. “Mana ada putus hubungan seperti itu, anak bodoh!” umpat Dhani.

“Bisa saja. Saya harap kalian nggak pernah muncul lagi di depan saya. Sudah cukup hidup saya selama ini kalian buat menderita. Dari saya diperlakukan sangat buruk di rumah ini, keirian Dareen, tuntutan kalian, pacar saya yang selalu Dareen rebut. Saya muak sama kalian. Kalian tahu, saya sudah menemukan Oliver. Dia sudah tiada sejak tiga tahun yang lalu, saya sangat membenci kalian! Karena kalian, hidup Oliver menderita hingga akhir hayatnya!”

“Ya, bagus, dong, anak itu sudah tiada,” sahut Heni, lalu tertawa.

Darrel menatap tajam Heni. “Mama! Mama jahat banget! Kalau saja kalian tidak pernah mengusir Oliver, Oliver masih hidup sampai sekarang! Kalian sangat licik, mengambil harta milik Om Shyam dan Tante Aisyah! Harusnya itu milik Oliver! Kalian sungguh tega! Saya ke sini hanya mengakhiri hubungan kita. Satu lagi untuk Dareen, jangan coba-coba usik saya lagi. Kali ini, saya tidak akan tinggal diam kalau Anda kembali merecoki hubungan asmara saya, titik! Saya permisi!”

Mbak Boba & Mas Seblak [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang