PART 23 : Mencoba Menu Kafe Diatmika

69 21 56
                                    

Heera kembali ke kafe dengan perasaan kesal. Ia benar-benar sangat malu malam ini. Lelaki itu benar-benar sudah membuatnya kalah telak. Ia menghampiri Gibran. “Gib, jaga kafe, nanti tutup kalau udah jam sembilan. Kakak tiba-tiba pusing banget, Kakak pulang, ya?” ujar Heera.

“Iya, Kak. Habis ribut sama Kak Darrel lagi, Kak?” tanya Gibran memastikan.

“Ah, jangan bahas dia. Kakak malas sama dia!” ketus Heera. “Oh, ya, kalau ada yang nanya camilan, bilang saja habis menunya. Kakak benar-benar nggak bisa kerja sekarang. Besok Kakak akan carikan karyawan buat bantu Kakak bikin camilan. Pikiran Kakak kacau.” Heera bergegas meninggalkan kafe, menaiki mobil berwarna hitam. Heera menjalankan mobilnya, menuju rumah.

Sesampai di kamar, Heera meletakkan tas selempang di atas meja. Ia tiba-tiba menatap boneka boba pelangi yang berada di dalam lemari kaca. Heera membuka lemari kaca, lalu mengambil boneka itu. Heera menatap tajam boneka itu. “Pemilikmu sangat menyebalkan. Ah, bagaimana aku bisa jatuh cinta kalau dia sangat menyebalkan seperti itu. Aku ingin diperlakukan dengan manis, bukan dijahili,” gerutu Heera. Heera memeluk boneka boba pelangi pemberian Darrel. Heera sangat menyayangi boneka itu.

Heera meletakkan boneka itu di atas ranjang. “Hari ini temani aku tidur, ya? Aku butuh kamu walau yang memberikan kamu padaku menyebalkan,” ujar Heera. Perempuan itu mengambil pakaian ganti, lalu pergi ke kamar mandi untuk berganti pakaian.

Beberapa menit kemudian, Heera telah keluar dari kamar mandi. Ia hanya menggunakan tanktop berwarna putih dan celana pendek selutut berwarna hitam. Rambut lurusnya tergerai sebahu. Heera membaringkan tubuhnya di ranjang, lalu memeluk boneka boba pelangi pemberian Darrel. Heera menarik selimut, kemudian mulai memasuki alam mimpi.

***

Hari ini Heera sudah mendapatkan karyawan untuk membantunya membuat camilan. Wanita itu merupakan tetangganya yang baru saja bercerai dari suaminya dan membutuhkan pekerjaan untuk membiayai anaknya yang baru berusia lima tahun. Heera merasa iba, ditambah Heera tahu wanita itu sering mengantarkan makanan ke rumah. Heera akhirnya memakai wanita muda itu untuk membantunya di kafe bagian membuat camilan. Karena Heera sudah mulai kelelahan melayani pengunjung kafe yang makin hari makin ramai saja.

Heera tengah meletakkan pesanan dua gelas minuman boba rasa brown sugar cinta pantang untuk ditolak dan minuman boba rasa vanilla latte hanya namamu yang terukir dihatiku, satu porsi tteoboki, dan satu porsi rujak cireng yang berisi delapan buah. “Silakan dinikmati hidangannya, atas nama pesanan Juwita dan Airlangga,” ujar Heera dengan ramah. Kedua remaja itu mengangguk.

“Terima kasih, Mbak Heera,” ujar Airlangga dengan ramah.

“Jangan terlalu manis padanya. Manisnya padaku saja, Kak,” bisik Juwita yang cemburu Airlangga tersenyum kepada Heera.

Heera hanya tersenyum. “Ah, pacar Adek nggak akan tertarik sama saya, kok. Tenang saja.” Heera segera meninggalkan pasangan remaja itu.

“Posesif sekali,” gerutu Airlangga.

Heera kembali duduk di depan meja kasir, ia menatap para pengunjung yang makin ramai. Heera tiba-tiba saja memikirkan kejadian semalam. “Benar-benar pemaksa, Darrel. Oh, aku harus membalasnya juga. Jika kemarin dia memaksaku makan di restorannya, aku akan memaksanya untuk menikmati boba di sini!”

Heera mengeluarkan ponsel, kemudian menekan aplikasi chat berwarna hijau. Heera mulai mencari kontak Darrel. Heera menyimpan nomor Darrel semenjak asma Darrel kambuh di apartemen waktu itu. Ia menyimpannya untuk berjaga-jaga, jika suatu saat membutuhkan nomor itu. Heera mencuri dari ponsel Gibran tanpa sepengetahuan pemuda itu. Namun, Gibran tahu, hanya saja pura-pura tidak tahu jika kakaknya sudah mencuri nomor Darrel dari ponselnya.

Nona Irian : Kemarin Anda sudah memaksa saya makan di restoran Anda. Sekarang, Anda juga harus menikmati minuman boba saya. Datanglah ke sini sekarang juga! Kalau dalam waktu enam menit Anda tidak datang, saya sendiri yang akan menjemput Anda di restoran!

Di restoran, Darrel tertawa saat memandangi pesan yang baru saja ia terima dari Heera. “Oh, jadi dia menawarkan boba untukku? Kesempatan bagus,” gumam Darrel, lalu tersenyum miring.

Batu Berjalan : Saya akan segera datang. Saya bukan penolak seperti Anda. Satu menit juga saya akan segera tiba di Kafe Diatmika.

Darrel melangkah keluar dari restoran, kemudian memasuki kafe boba. Ia menghampiri Heera yang duduk di depan kasir. Melihat Darrel sudah datang, Heera beranjak, lalu menghampiri Darrel. Heera meraih jemari Darrel. “Ayo, duduk.” Heera membawa Darrel ke lantai dua. Mereka menempati kursi nomor dua belas.

“Pilih menu sekarang,” pinta Heera.

Darrel menatap semua menu kafe Heera. Lelaki itu tersenyum lebar. “Saya pesan minuman boba rasa Swiss chocolate cinta tidak kenal menyerah untuk didapatkan. Sama camilan otak-otak goreng balado jodoh tidak akan kemana,” pesan Darrel, membuat Heera mendengkus kesal.

Darrel tertawa, melihat ekspresi Heera. “Kenapa? Layani pengunjung itu yang sopan dan manis, dong. Kalau ketus, siapa yang mau beli coba,” ejek Darrel.

“Ketus saya Cuma ke kamu! Karena kamu tidak bisa diramahin!” gerutu Heera. Perempuan itu segera pergi ke dapur untuk membuatkan pesanan Darrel.

Darrel geleng-geleng kepala. “Heera, Heera ... makin suka saya sama kamu,” gumam Darrel.

Heera mulai membuatkan pesanan Darrel. Membuatnya dengan raut wajah kesal. Tidak pernah Heera menunjukkan senyum sama sekali untuk lelaki itu. Menurut Heera, Darrel sangat menyebalkan, jika diberi senyum, pasti lelaki itu akan merasa percaya diri dan menganggap Heera telah menyukainya.

Heera membawakan pesanan Darrel. “Ini, pesanan atas nama Darrel Aileen atau Batu Berjalan. Orang keras yang bergerak,” jelas Heera, mencibir Darrel. Darrel tertawa kecil mendengar itu.

Darrel tersenyum lebar, membuat Heera mengerucutkan bibirnya. “Pasti sangat enak,” puji Darrel. Darrel mulai mencoba camilan tersebut, lalu meminum minuman boba tersenyum.

Rasanya enak. Emang seharusnya kami berkolaborasi, sih. Batin Darrel.

“Kenapa kita nggak gabungkan saja usaha kita? Akan menjadi usaha yang besar dan sukses. Saya yakin, kita akan semakin maju dan usaha kita lebih besar jika kita bekerja sama,” jelas Darrel.

Heera menggeleng. “Saya ogah usaha sama Anda,” sahut Heera, menolak tawaran Darrel.

Darrel tersenyum miring. “Kenapa nggak mau?” tanya Darrel.

“Anda hanya akan membuat saya terganggu. Jangankan kerja sama, kita bersaing saja Anda masih berbuat jahil, apa lagi nanti kita kerja sama? Bisa-bisa Anda membuat saya semakin gila,” sahut Heera dengan dingin.

Darrel mengangkat sebelah alisnya. “Oh, ya? Anda bisa gila? Tergila-gila sama pesona saya, ya?” tanya Darrel begitu percaya diri.

Heera menatap tajam ke arah kedua mata Darrel. “Jangan kepedean!” ketus Heera. Darrel kembali tertawa keras.

“Pede itu emang wajib, kok. Kalau nggak pede, mana bisa melangkah? Bener, nggak?” tanya Darrel sembari menatap Heera dengan penuh binar.

Heera menggeleng. “Pokoknya Anda jangan pernah mimpi saya mau bekerja sama dengan usaha Anda, apa lagi menjalin hubungan kasih dengan Anda! Saya ilfeel sama Anda! Ingatlah itu! Jangan banyak berharap!” peringat Heera dengan tegas.

 




See you next part ☺️

Mbak Boba & Mas Seblak [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang