PART 30 : Model Berulah

66 20 82
                                    


Heera tengah meletakkan satu gelas minuman boba rasa lychee  cinta suci hanya untukmu, satu gelas minuman boba rasa brown sugar cinta harus diperjuangkan, dan sepiring dimsum ada enam buah, rasa ayam kepiting cinta memang buta, ayam salmon cinta untuk menyatukan, dan ayam udang cinta harus siap tersakiti kepada meja nomor lima belas lantai satu. “Pesanan atas nama Namira dan Danta.”

Perempuan berambut kucir satu itu mengangguk, lalu tersenyum. Namanya Namira. “Baik, Mbak Heera, terima kasih,” ujar Namira.

“Makanan di sini unik sekali, Sayang,” ujar Danta, lalu mencolek dagu Namira.

“Iya, dong. Cocok buat kalian yang lagi kasmaran. Namira, kamu habis jadian, kan, sama Danta?” tanya Heera.

Namira mengangguk. “Baru semalam dia menembak saya, Mbak. Sekian lama, akhirnya dia peka,” jelas Namira begitu jujur.

Heera tersenyum lebar, menatap pasangan remaja yang baru jadian. “Oh, semoga langgeng, ya, Namira dengan kekasihmu namanya Danta. Sering-sering mampir ke sini kalau kencan. Biar makin feel rasa cintanya,” ujar Heera.

“Ah, iya, Mbak, terima kasih. Saya akan sering mengajak Danta untuk makan di sini,” sahut Namira dengan pipi yang memerah.

“Kalau begitu, saya permisi.” Heera menghampiri seorang perempuan berambut lurus sebahu yang baru duduk di meja nomor delapan.

“Permisi,” sapa Heera.

“Ah, benar, Mbak Heera, ya?” tanya perempuan itu.

Heera mengangguk. “Benar, saya Heera,” jawab Heera.

Perempuan itu mengangguk. “Saya dengar kafe ini sangat menarik dan penuh feel cinta. Saya datang dari Kediri. Saya diajak sepupu saya ke Jakarta untuk jalan-jalan karena saya sedang galau mencari kekasih saya entah di mana,” jelas perempuan itu.

“Oh, ya? Semoga segera dipertemukan dengan pacarnya, ya. Oh, ya, mau pesan apa, Mbak?” tanya Heera.

“Saya mau pesan minuman boba rasa choco muffin aku menunggu cintamu, sama risoles rasa ayam pedas aku yakin aku hanya milikmu. Atas nama Sakina,” pesan perempuan bernama Sakina.

Heera mencatat pesanan. “Baiklah, Mbak. Akan saya buatkan.” Heera meninggalkan Sakina, lalu pergi ke dapur. Heera mulai menyiapkan pesanan untuk Sakina.

Beberapa menit kemudian, Heera memberikan pesanan untuk Sakina. “Silakan dinikmati, Mbak Sakina. Semoga suka,” ujar Heera begitu ramah.

Sakina tersenyum kepada Heera. “Terima kasih, Mbak.” Heera bergegas kembali duduk di depan kasir.

***

Ayudia turun dari taksi. Ia berdiri di depan Kafe Diatmika. Perempuan itu penasaran, bagaimana rasa boba yang direkomendasikan oleh temannya itu yang katanya enak. Ayudia memasuki Kafe Diatmika. Ia menempati meja nomor sepuluh. Ayudia menatap sekitar.

Heera melihat Ayudia datang ke kafenya, menghampiri. Ia tahu Ayudia adalah model yang sedang naik daun di televisi. Heera akan melayaninya dengan baik karena pengunjung adalah raja.

“Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?” tanya Heera dengan ramah.

“Oh, Anda yang punya kafe ini?” tanya Ayudia.

Heera mengangguk. “Iya, dengan saya Heera Diatmika. Anda Nona Ayudia Anindita, model terkenal di televisi itu, ya?” tanya Heera balik. Heera tersenyum di depan Ayudia.

“Tentu. Saya cantik, modis, badan saya bagus, saya ini model paling cantik di Indonesia. Oh, ya, kata teman saya para model, kafe ini punya menu boba yang enak. Entah kenapa, kok, tampilan kafe ini kayak anak kecil, ya?” tanya Ayudia, membuat Heera menghela napas.

Mbak Boba & Mas Seblak [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang